Terima kasih. Semoga suka.
Chris membereskan semua yang dibutuhkan. Pria itu siap kembali ke rumah sakit dan membawakan obat untuk Mahira. “Apa kamu mau pergi? Bukankah baru tiga hari di sini?” Elizabet berdiri di depan Chris. “Eli, apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Chris heran. Pria itu mulai curiga dengan rekannya.“Kastil ini dengan mudah diperbaiki oleh robot pekerja dan manusia.” Elizabet tersenyum.“Tentu saja. Ini dibangun dengan kecanggihan teknologi,” ucap Chris.“Kenapa kamu tidak tinggal di sini saja?” Elizabet memperhatikan Chris.“Aku adalah seorang dokter. Sudah pasti bekerja di rumah sakit. Aku di sini pun menjadi dokter pribadi Ryu. Kamu tahu jelas,” tegas Chris.“Sekarang Ryu tidak di sini. Jadi, aku tetap akan di sisinya,” lanjut Chris.“Kenapa kamu kembali kemari?” tanya Elizabet.“Aku mengambil ramuan milik dokter Mahira.” Chris melempar koper kecil kepada Luo.“Aku duluan.” Luo segera masuk ke dalam helicopter.“Apa ada lagi yang kamu butuhkan Eli?” tanya Chris.“Tidak.” Elizabet melih
Ryu memerintahkan Edo untuk mengaktifkan penghancuran otomatis pada robot yang ada di kastil. Pria itu pun mengumpulkan semua pelayan yang bekerja untuknya. “Aku akan kembali ke kastil,” ucap Ryu.“Eli ada di sana.” Chris memperhatikan Ryu yang selalu tampak tenang.“Kenapa dia ke kastil? Wanita itu tidak ada urusan lagi dengan rumah pribadiku.” Ryu berjalan cepat meninggalkan Chris. “Ada apalagi?” tanya Luo mendekati Chris.“Aku tidak mengerti. Semuanya menjadi kacau,” jawab Chris duduk di kursi tunggu.“Ryu pergi kemana?” tanya Luo duduk di samping Chris.“Sepertinya dia kembali ke kastil,” jawab Chris.Elizabet masih berada di kastil. Dia mendekati para pelayan yang bertanggung jawab atas dapur.“Tugas kalian sudah selesai. Kasti ini tidak akan digunakan lagi.” Elizabet tersenyum.“Aku akan mengirim kalian pulang ke rumah masing-masing dengan kapal,” ucap Elizabet.“Tapi, laut masih ada rancau.” Seorang wanita paruh baya terlihat khawatir.“Tidak usah takut. Pelindung pulau ini su
Elvis hanya berdua saja dengan Mahira. Pria itu terus berada di sisi istrinya.“Mahira, waktu ini seakan bergitu lambat. Aku tidak tahu lagi sudah berapa lama kita berada di ruangan ini. Bisakah kamu bangun?” Elvis mengusap kepala Mahira. “Sayang, aku mohon bangun. Mahira!” Elvis berteriak. Dia benar-benar merasa hancur karena tidak juga melihat perkembangan dari sang istri. “Bangun, Mahira! Sampai kapan kamu akan menyisaku. Aku menyesal. Aku mohon bangun.” Elvis menggengam kuat jari-jari Mahira yang lemas. Pria itu sangat kesal. Dia ingin marah, tetapi tidak tahu harus diluapkan kepada siapa karena yang menyakiti istrinya adalah robot.“Aku akan membunuh Ryu. Aku pun tidak peduli, jika aku yang mati, Mahira.” Elvis berbisik di telinga Mahira.“Jika kamu tidak juga bangun. Aku akan membunuh semua orang di rumah sakit ini dan membawa kamu pergi. Kita mati bersama saja. Bagaimana? Apa kamu suka?” Elvis terlihat tersenyum dalam tangis. Pria itu merasa dirinya telah hancur karena Mahira
Elvis membuka mata karena cahaya matahari telah masuk dan menyilaukan. Dia meraba sang istri yang tidak bergerak sama sekali.“Sayang.” Elvis turun dari tempat tidur memastikan Mahira baik-baik saja.“Kenapa dia belum bangun?” Elvis menyentuh pipi Mahira yang dingin. Dia melihat layar computer yang bergerak stabil untuk detak jantung dan tekanan darah.“Sayang, apa kamu masih tidur?” tanya Elvis membuka jari-jari Mahira yang menggenggam.“Kenapa dia tidak bangun lagi? Apa sengaja agar tidak ada yang tahu atau aku memang hanya bermimpi?” Elvis tampak bingung. Dia bahkan meragukan keberamaanya dengan Mahira.“Apa aku berhalusinasi? Aku benar-benar sudah gila, tetapi semuanya terasa nyata.” Elvis duduk di kursi dan memijik kepalayang. Dia menatap Mahira yang tidur dengan tenang.“Anda sudah bangun.” Ryo mengetuk pintu.“Ya. Aku akan ke kamar mandi.” Elvis tampak linglung. Dia benar-benar tidak bisa membedakan mimpi atau nyata ketika Mahira bangun dan mereka saling bicara.“Hm.” Ryo memeri
Elvis naik ke tempat tidur dan memeluk Mahira dengan hati-hati. Dia ingin bertemu lagi dengan istrinya walaupun hanya dalam mimpi. “Datanglah lagi ke mimpiku, Sayang.” Elvis mencium dahi dan bibi Mahira. Pria itu tersenyum. Dia menatap wajah istrinya yang tenang.“Aku harus tidur agar bertemu dengan kamu, Sayang. Seharian ini tidak mendengar suara kamu rasanya sangat rindu.” Elvis benar-benar berpikir semuanya adalah mimpi yang membingungkan dirinya karena terasa sangat nyata.Malam begitu tenang. Lampu telah dimatikan sehingga ruangan tampak remang. Mahira pun membuka mata dan memiringkan tubuhnya. Dia menyentuh pipi Elvis. Wanita itu tersenyum cantik.“Halo, suamiku.” Mahira mencium mata Elvis dan pria itu segera terbangun.“Sayang. Kamu benar-benar datang.” Elvis menatap Mahira.“Katakan padaku. Apa ini hanya mimpi?” tanya Elvis.“Apa ini seperti mimpi?” Mahira balik bertanya.“Kalau begitu gigit di sini.” Elvis membuka kemejanya dan memberikan pundak terbuka kepada Mahira.“Kenapa
Elizabet membuka mata dan sudah berada di dalam penjara. Wanita itu mencium aroma tidak sedap dari lantai tempatnya berbaring.“Di mana ini? Bukankah tadi aku tidur di bandara?” Elizabet segera duduk dan melihat sekeliling. Ruangan itu berbau busuk bangkai.“Ini….” Elizabet memperhatikan ruangan.“Tidak. Aku diculik. Tolong!” Elizabet segera berdiri dan memukul jeruji besi.“Tolong! Keluarkan aku!” teriak Elizabet.“Diam!” bentak penjaga penjara.“Apa yang kalian inginkan? Uang? Aku punya banyak uang. Kalian mau berapa?” tanya Elizabet.“Kami tidak butuh uang kamu,” tegas penjaga.“Apa? Lalu, kenapa kalian menculikku?” tanya Elizabet ketakutan.“Kamu hanya menjalankan tugas. Jadi, lebih baik kamu duduk dengan tenang agar tidak lelah,” ucap penjaga menarik pintu geser dan menutupi ruangan.“Hey! Apa yang kamu lakukan?” Elizabet benar-benar terkurung di dalam ruangan tanpa celah dan ventilasi udara.“Asap.” Elizabet menutup mulut dan hidungnya. Dia yakin itu bukan asap biasa, tetapi racu
Mahira berjalan layaknya orang norma. Tidak akan ada yang menyangka bahwa dia adalah manusia tidur di siang hari dan hanya terbangun satu jam saja ketika tengah malam. Ryo dan Elvis cukup khawatir melihat pasien yang unik.“Masuklah!” Ryo membukakan pintu mobil rumah sakit untuk Mahira dan Elvis.“Terima kasih,” ucap pasangan suami istri itu bersama.“Dengan senang hati.” Ryo duduk di samping sopir. Mereka pergi ke bandara. Pria itu benar-benar bertanggung jawab. Dia mengantarkan Mahira dan Elvis hingga landasan terbang.“Dia sudah tidur lagi.” Elvis melihat Mahira yang telah merebahkan kepala di lengannya.“Benar-benar unik,” ucap Ryo turun dari mobil. Sopir segera membuka pintu belakang.“Ayo aku antar kalian hingga pesawat.” Ryo memperhatikan Elvis yang begitu berhati-hati menggendong Mahira.“Aku benar-benar berhutang budi pada Anda,” ucap Elvis.“Tidak usah dipikirkan. Uang yang kamu berikan sudah cukup untuk biaya penerbangan dan pelengkapan medis serta perawat.” Ryo benar-benar
Ryo pulang ke rumah orang tuanya. Pria itu mengambil cuti untuk tidak datang ke rumah sakit karena pasien kesayangan telah kembali ke negaranya yaitu Indonesia.“Ryo, apa kamu mau liburan?” tanya mama Ryo.“Ya. Aku akan pergi berkeliling dunia. Sudah cukup lama berada di rumah sakit.” Ryo tersenyum.“Sayang, kalian berdua ini. Apa tidak kepikiran untuk menikah?” tanya wanita itu lagi.“Aku rasa tidak, Ma. Wanita yang kami cintai sama dan telah menikah,” ucap Ryo di dalam hati.“Aku pergi dulu, Ma. Aku akan mencari wanita yang entah di negara mana.” Ryo tersenyum. Pria yang baru pulang itu pun telah pergi lagi.“Anak hanya dua dan lelaki semua. Tidak satu pun betah di rumah. Usia sudah dewasa dan mereka masih belum menikah.” Wanita itu hanya bisa menatap kepergian Ryo.Chris mencari Ryo, tetapi tidak menemukannya. Pria itu pun tidak bisa masuk ke kamar Mahira.“Di mana Ryo? Kenapa dia tidak terlihat dan ruangannya pun dikunci?” Chris duduk di ruang tunggu.“Mm. Aku tidak bisa hanya menu
Elvis mengendarai mobil hitam tanpa atap sehingga Mahira bisa melihat dengan leluasa. Mereka benar-benar menikmati jalanan sore yang cukup ramai.“Apa kamu ke puncak?” tanya Elvis.“Itu sangat jauh,” jawab Mahira.“Benar. Jika mau liburan. Kita pergi dengan helicopter saja. lebih aman dan cepat,” ucap Elvis.“Liburan kemana?” tanya Mahira.“Kemana pun kamu mau, Sayang.” Elvis menoleh pada Mahira.“Kita ke taman saja untuk hari ini,” ucap Mahira.“Baiklah.” Elvis mengendarai mobil dengan kecepatan standar. Dia menikmati suasana sore bersama Mahira.“Sudah lama tidak jalan-jalan.” Mahira tersenyum melihat langit yang mulai memerah.“Sayang, udara di kota terlalu berpolusi. Mungkin kita bisa pergi ke pantai atau puncak,” ucap Elvis.“Ya. Aku mau ke pantai. Apa bisa?” tanya Mahria.“Besok kita pergi. Malam ini siap-siap. Aku akan meminta Rino mengubah jadwal kerja,” jawab Elvis.“Terima kasih.” Mahira merebahkan kepalanya di pundak Elvis. Wanita itu ingin merasakan bulan madu bersama suami
Elvis mendapatkan laporan tentang Sasa, Mirna dan Manisa. Pria itu sangat berhati-hati. Dia tidak ingin kejadian yang membahayakan nyawa istrinya kembali terulang.“Selalu awasi mereka. Pastikan Sasa meninggalkan negara ini,” tegas Elvis.“Baik, Bos. Aku sudah mengirimkan surat ancamana untuk kelurga Sasa,” ucap Rino.“Beri mereka waktu tiga hari. Jika tidak juga pergi, maka aku akan menghancurkan Perusahaan mereka,” tegas Elvis.“Baik, Bos.” Rino mengangguk.“Aku tidak ingin melihatnya di negara ini lagi. Apalagi sampai mendekati Mahira. Wanita itu sangat berbahaya dan gila,” ucap Elvis tersenyum tipis.“Aku akan pulang sekarang.” Elvis melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia beranjak dari kursi dan mengenakan jas.“Aku duluan,” ucap Elvis meninggalkan Rino.“Ya.” Rino tersenyum. Dia senang melihat Elvis yang kembali bersemangat karena sudah bersama sang istri. Pria itu pun menjadi rajin ke kantor. Walaupun pulang lebih awal karena dengan mudah rindu pada sang M
Sasa benar-benar kesal karena Mirna gagal membawa Mahira keluar dari rumah Elvis. Dia benar-benar tidak punya lagi kesempatan untuk menyakiti wanita itu.“Arrggh! Apa yang harus aku lakukan?” teriak Sasa. Dia benar-benar kehabisan akal. Wanita itu hanya berada di dalam rumah tanpa bekerja. Ada rasa malu bertemu orang lain karena dirinya bukanlah kekasih masa kecil Elvis.“Elvis mengatakan kepada dunia bahwa cinta pertamanya adalah Mahira. Itu benar-benar sangat memalukan diriku.” Sasa meremaskan jari-jarinya. Dia duduk di tepi kasur.“Aku bahkan tidak berani lagi menampakkan wajah di depan semua orang.” Sasa memukul guling.“Kapan Mahira keluar lagi? Aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Wanita itu harus mati. Hahaha.” Sasa benar-benar tertekan. Dia terus mengurung diri di dalam kamar. memperlihatkan wajahnya di depan umum sama saja dengan mempermalukan diri.“Mahira, kenapa kamu merebut Elvis dariku? Kenapa kamu hadir dan menghancurkan impianku? Aku benci kamu, Mahira!”
Mirna pergi ke rumah Elvita. Wanita itu tidak tahu tempat tinggal Mahira. Dia juga tidak memiliki nomor ponsel anak sambungnya.“Apa yang membuat kamu datang kemari?” tanya Elvita dengan sini. Wanita itu tetap mempesilakan Mirna masuk ke ruang tamu.“Maaf, Bu Elvita. Aku hanya mau bertemu dengan Mahira,” jawab Mirna.“Ibu, Tante. Kami datang untuk minta maaf kepada Kak Mahira,” ucap Manisa.“Apa yang kalian lakukan pada Mahira?” tanya Elvita.“Karena Kak Mahira tidak memberiku uang sehingga aku jadi gelap mata dan menjebaknya,” jelas Manisa menangis.“Apa?” Elvita terkejut.“Kami kekurangan uang. Jadi, melakukan itu dengan terpaksa,” jelas Mirna.“Aku hanya seorang janda dan tidak ada pekerjaan. Manisa harus kuliah. Dia terancam akan putus kuliah.” lanjut Mirna yang juga meneteskan air matanya.“Harapan kami hanya Mahira dan Elvis,” ucap Mirna lagi.“Hm. Kalian pasti telah membuat Elvis marah sehingga membuatnya tidak mengirim uang lagi,” tegas Elvita.“Mereka hampir membuat Kak Mahira
Mahira menepuk tangan Elvis yang melingkar di perutnya. Wanita itu masih berada di dalam pelukan sang suami yang belum juga mau beranjak dari kasur.“Sayang, ayo bangun dan mandi. Kita sudah melewatkan sarapan,” ucap Mahira.“Apa kamu lapar?” tanya Elvis.“Apa kamu tidak lapar?” Mahira balik bertanya.“Aku sangat lapar, tetapi cukup dengan makan kamu saja. Bagaimana? Apa bisa?” Elvis tersenyum.“Lepaskan aku! Aku mau mandi. Hari sudah sangat siang. Tubuh pun gerah bekas keringat tadi malam.” Mahira membuka tangan Elvis yang melingkar di tubuhnya.“Kita mandi bersama.” Elvis segera menggendong Mahira. Pria itu hanya mengenakan boxer.“Aaah. Ini tidak akan selesai dengan mudah!” teriak Mahira yang sudah dibawa ke kamar mandi.“Hm. Ternyata di pagi hari dan bangun tidur itu benar-benar menegang.” Elvis tersenyum melihat senjatanya yang berdiri tegak.“Tidak usah gila, Elvis. Tadi malam saja kamu sudah menghajar aku habis-habisan.” Mahira sudah berada di atas meja keramik.“Tidak usah pura
WARNING 21+++++Elvis menggendong Mahira ke kamar mereka. Malam yang semakin larut menjadi waktu yang tepat untuk bercinta. Pria itu akan meminta jatahnya setelah cukup lama berpuasa.“Apa kamu lelah?” tanya Elvis membaringkan tubuh Mahira di atas kasur.“Aku lelah kenapa? Hari ini aku hanya tiduran saja di kantor.” Mahira tidak melepaskan tangan yang menggantung di leher Elvis.“Baiklah. Aku tidak akan menahan diri lagi.” Elvis mulai menyerang leher Mahira.“Aahhh!” Mahira menikmati setiap ciuman dan gigitan Elvis yang kuat. Leher putih itu tidak akan menyisakan ruang kosong lagi. Tanda merah memenuhi kulit.“Lepas ya?” Elvis meminta izin pada Mahira.“Ya.” Mahira pun melepaskan gaun putih seksinya sehingga memperlihatkan sepasang buah kembar yang menggoda.“Oh yeah!” Elvis melahap putik buah berwarna merah muda. Dia memejamkan mata dan menghisap dengan lembut hingga menjadi lebih kuah.“Aah. Sakit,” ucap Mahira.“Nikmat, Sayang.” Elvis memakan buah kembar hingga memenuhi mulutnya dan
Elvis menggandeng Mahira hingga ke ruang kerja. Pria dengan bangga memperkenalkan kantornya kepada sang istri.“Sayang, duduk di sini.” Elvis menarik kuris kerjanya.“Ini kursi kamu, Sayang.” Mahira tersenyum.“Kursi aku berarti kursi kamu juga, Sayang.” Elvis mengangkat tubuh Mahira dan menduduki di kursinya.“Nanti aku akan mengumpulkan semua orang dan memperkenalkan kamu,” ucap Elvis meletakkan kedua tangan di kiri dan kanan kursi.“Kan sudah diperkenalkan di pesta dulu.” Mahira mengecup bibir Elvis.“Tidak masalah, Sayang.” Elvis tersenyum dan menekan tombol panggilan yang ada di atas mejanya.“Rino, kumpulkan semua karyawan di aula!” perintah Elvis. “Baik, Bos.” Panggilan terputus.“Sayang, aku rasa itu tidak perlu,” ucap Mahira. “Aku yakin sekarang kita sudah aman dan semua orang harus tahu bahwa Mahira adalah istri Elvis. Kamu adalah milikku, Sayang. Aku tidak mau ada pria lain jatuh cinta padamu,” jelas Elvis.“Baiklah. Aku menurut saja.” Mahira tersenyum.“Ya.” Elvis mencium
Ela duduk bersama dengan Elvis, Mahira dan Rino di ruang tamu. Wanita itu tampak ragu untuk bicara.“Ada apa, Ela?” tanya Mahira melihat Ela yang tampak gelisah.“Dokter Mahira sudah sembuh. Apa aku masih dibutuhkan di rumah ini?” Ela tersenyum.“Bagaimana, Sayang?” Mahira memegang tangan Elvis.“Terserah kamu. Jika kamu masih membutuhkannya dan dia mau tidak masalah. Aku siap membayar gaji demi istriku tercinta.” Elvis merangkul pundak Mahira. Pria itu tidak malu memperlihatkan kemesraan di depan semua orang.“Bagaimana, Ela? Apa kamu masih mau bekerja di sini sebagai asistenku. Aku dan Elvis berencana membuat laboratorium pribadi dan membuka lapangan pekerjaan,” jelas Mahira.“Aku mau, Dok. Tetapi, bisakan gajiku di standarkan saja? Ini terlalu tinggi. Terus apa aku boleh menggunakan alat komunikasi?” tanya Ela.“Tentu saja boleh. Kenapa tidak?” Mahira bingung.“Selama kamu sakit. Aku melarang Ela menggunakan ponselnya, tetapi sekarang sudah tidak masalah,” jelas Elvis.“Baiklah. Aku
Sasa mengawasi rumah Elvis. Dia mendapatkan laporan bahwa Elvis telah kembali ke rumah dengan Mahira.“Kak Elvis hilang tenyata mencari Mahira. Kenapa wanita itu tidak mati saja di luar negeri saja?” Sasa meremas jari-jarinya.“Pantas saja di malam pengumuman itu tiba-tiba Kak Elvis dan Mahira hilang begitu saja. Ternyata terjadi penculikan.” Sasa tersenyum.“Mahira. Kamu benar-benar punya banyak musuh sehingga diculik hingga dibawa ke Jepang. Kak Elvis.” Sasa melihat mobil Elvis keluar dari rumahnya. Pria itu menemani sang istri pergi pemeriksaan untuk memastikan bahwa sudah benar-benar pulih. “Aku akan mengikuti mereka.” Sasa mengikui mobil Elvis dari jarak yang aman dan dia bisa menebak bahwa pria itu pergi ke rumah sakit Feliz. “Ke rumah sakit. Wanita itu benar-benar sakit.” Sasa tersenyum. Dia melihat Elvis turun dari mobil dan menggendong Mahira.“Benar-benar perhatian.” Sasa pun turun dari mobil dan terus mengikuti Elvis yang menggendong Mahira.“Kamu sudah datang.” Feliz men