Kamar Fiora dan Eryon di dalam rumah itu tampak begitu luas dan megah. Masih ada beberapa ruangan lain di dalamnya, salah satunya ruangan penyimpanan barang-barang pribadi milik Fiora. Tas branded, sepatu, jam tangan, hingga perhiasan lainnya ada di salah satu ruangan kamar tersebut. Sebuah tempat yang tentunya membuat Angel menganga lebar. Dengan lancang ia memasuki kamar itu, memaksa para pelayan untuk memberikan akses masuk tanpa sepengetahuan Fiora dan Eryon. Lagaknya cukup lucu. Bak seorang putri, ia mengelilingi kamar sang ratu."Tempat ini harus menjadi milikku, beserta isinya!" ucap Angel lalu tersenyum lebar. Tangannya menyentuh penutup kaca sebuah lemari yang menyajikan jam tangan dan beberapa perhiasan milik Fiora. Di samping lemari itu, barisan jam tangan, cincin, hingga dasi milik Eryon tampak begitu rapi. Dengan lancangnya, Angel membuka lemari itu. Mengambil jam tangan berwarna emas dengan serpihan berlian milik Fiora. Tak lupa beberapa accessories yang baginya akan c
"Kenapa saya harus membenci Mr. Lorenzo? Lancang sekali Anda mendesak saya seperti itu, bahkan sepertinya kita belum saling mengenal!" Tegas, Fiora memberikan jawaban pada seseorang dari Spanyol itu. Salah sendiri, siapa suruh bersikap kurang ajar! Sapa salam saja belum, berani-beraninya begitu lancang dalam memberikan tekanan. Belum lagi, emosi Fiora sedang diuji. Ia akan lebih galak ketika orang lain memancing rasa kesalnya yang terus ia tahan. Helaan napas terdengar dari kejauhan sana. Orang itu seolah tahu jika Fiora akan memberikan tanggapan sekeras itu.Masih menggunakan bahasa Inggris, orang itu menyahut kesal, "Sikap Anda yang ambigu, justru bisa membuat Tuan kami terus menolak untuk kembali ke negara kami! Benci saja Zeyan Lorenzo, dan usir dia dari negara Anda!"Dahi Fiora berkerut. Perlahan ia mencerna ucapan pria asing berlogat Spanyol itu. Sepertinya orang itu sedang terdesak. Barangkali kerabat atau kaki tangan Zeyan yang menginginkan kepulangan Zeyan secepat mungkin.
Suara dering ponsel membuat Fiora membatalkan niatnya untuk bergegas memasuki mobilnya. Padahal Dany sudah melebarkan pintu kendaraan itu untuknya. Lalu setelah mengambil ponselnya, Fiora menatap nama kontak yang sudah tidak asing lagi baginya. Dengan cepat, ia menekan tombol untuk menerima. "Ya, Pak Indra. Ada apa?" ucap Fiora usai menempelkan permukaan ponsel di daun telinga kanannya.Tak lama berselang, ekspresi di wajah Fiora menunjukkan sebuah perubahan. Yang awalnya datar seperti biasanya, kini menampilkan gurat kemarahan. Sebuah kamar ia dengar dari salah satu pelayan di rumahnya itu. "Baiklah, tunggu saya sekitar tiga jam lagi. Biarkan gundik itu bersenang-senang dulu," ucap Fiora lalu berangsur menutup panggilan.Embusan napas kasar Fiora keluarkan setelahnya. Ia yang tidak mau menunda waktu, segera menatap Dany dan memberikan perintah. "Kumpulkan semua rekanmu, Dany, dan dengarkan perintahku," ucap Fiora sambil memasuki mobilnya.Dany bergegas menutup pintu, lalu berlari
Fiora menatap Angel yang lengannya sudah dicengkeram oleh kedua pelayan wanitanya. Gundik itu terus bersikap histeris. Mungkin takut, sekaligus tidak terima. Namun sudah saatnya Fiora memberikan pelajaran, usai bersabar sekian lama."Lucvti pakaiannya. Dia terlalu murahan untuk memakai pakaian mahal milikku!" ucap Fiora memberikan titah. Para pelayan wanita yang hadir di sana tidak ada yang membantu Angel. Mereka sangat patuh pada ucapan Fiora. Hal ini terjadi bukan hanya karena Fiora adalah majikan yang kerap memberikan bantuan. Namun selama Angel tinggal di rumah tersebut, kelakuan Angel kerap bikin geram. Andai Fiora tidak meminta mereka untuk bersabar, sudah pasti mereka akan mengerjai Angel habis-habisan.Lagak Angel selama ini benar-benar keterlaluan. Berlaku seperti seorang ratu. Kemauannya wajib dituruti. Segala yang ia titahkan harus detik itu juga dikabulkan. Tidak jarang, Angel merendahkan para pelayan. Menganggap mereka orang hina, bodoh, dan menjijikkan."Kau, Mira! Jang
Cuplikan bab : "Zeyan Lorenzo! Pria yang dirumorkan menjadi selingkuhan putriku bukanlah orang sembarangan! Selain itu, jika tanpa Fiora, memangnya kau bisa apa, James? Mau membiarkan Eryon atau gundik putramu menggantikannya? Hahaha! Rusak! Kau bisa bangkrut sebelum berhasil menggulingkan kami! Sadar, James! Keadaan sudah berbalik! Keluarga Alvarez sedang memimpin!"🍁🍁🍁Napas Eryon terengah-engah. Bukan karena habis berlari. Namun kembali dirundung emosi, sayangnya ia memilih untuk menahannya daripada banyak bicara. Jika tidak begitu, Eryon akan berakhir seperti Angel. Ia ingat betul para pria berpakaian serba hitam berdiri seperti prajurit perang di depan rumahnya sana. Entah Fiora sengaja atau tidak, tapi tidak adanya pria di halaman belakang, membuat Angel tidak harus memperlihatkan tubuhnya yang hampir tanpa sehelai pun benang dipertontonkan. "Tinggalkan rumah ini bersama gundikmu, dan ceraikan aku sesuai kesepakatan, Eryon!" ucap Fiora sesaat setelah Eryon mulai mengambil la
Fiora menggigit bibir. Perasaannya gundah. Rasa bersalahnya begitu besar. Sementara sepasang matanya tengah sibuk menatap ibunya yang terbaring di atas ranjang rawat dari sebuah rumah sakit. Ah, andai saja, Fiora tidak mengirim barang-barangnya ke rumah sang ayah, mungkin ibunya tidak akan pernah mengetahui tentang apa yang terjadi. Fiora sudah terlalu naif. Meski ia sudah menduga hal ini bisa terjadi, tapi ia tetap nekat. Fiora pikir Sisca tidak akan sampai membuntuti Darwin, dan jika ada pertanyaan, barulah Fiora akan memberikan penjelasan dengan hati-hati pada ibunya. Karena ia pikir, rasanya sudah tidak mungkin untuk menyembunyikan prahara rumah tangganya dari ibunya. Namun siapa sangka, Sisca malah muncul di tengah terjadinya perdebatan dan kekacauan sengit. "Maafkan Fiora, Ibu. Pada akhirnya, Fiora gagal dalam mempertahankan rumah tangga seperti permintaan Ibu," ucap Fiora sambil menggenggam tangan ibunya. Ia kemudian menundukkan kepala. Perasaannya belum membaik. Sampai ada
"Ibu! Jangan pingsan lagi!" ucap Fiora usai memberikan pengakuan atas dosanya di masa lalu. Sisca yang masih menunjukkan keterkejutan mendadak menarik tangan Fiora, dan memukul lengan putri tunggalnya itu. Ada sedikit umpatan yang ia lontarkan pada Fiora untuk pertama kalinya. Ia benar-benar tidak menyangka jika Fiora yang selalu bersikap dingin, justru semurah itu dalam memberikan tubuhnya pada Zeyan Lorenzo. Bagaimana bisa? Mau dibayangkan berulang kali, rasanya tetap tak masuk akal! "Aaaakkkh! Sakit, Ibu! Hentikan!" keluh Fiora ketika pukulan ibunya tidak kunjung berhenti. Ia memundurkan tubuh, sementara ekspresi wajahnya tampak meringis kesakitan. Dengan menggunakan tangan kirinya, ia mengusap bekas sebaten tangan ibunya."Kalau tidak mau Ibu pingsan dan jantungan lagi, kenapa mendadak mengakui hal menjijikkan yang kau lakukan itu, Fiora?!" Keras, Sisca memberikan pertanyaan sekaligus reaksi ucapan untuk pengakuan dosa putrinya. Fiora menggigit bibir, lalu menundukkan kepala. I
"Maafkan kami semua, Mr. Lorenzo. Terutama ibu saya yang malah menodong Anda dengan segala pertanyaan, yang rasanya sangat berlebihan." Fiora berubah sambil membersamai langkah Zeyan di taman rumah sakit, yang terbilang sepi.Waktu memang sudah menunjukkan hampir jam dua belas malam. Para medis lebih sibuk di dalam gedung rumah sakit, mungkin hanya beberapa yang berlalu lalang. Keluarga para pasien tampaknya sedang beristirahat, sambil menemani kerabat-kerabat mereka yang sedang dirawat. Zeyan menghentikan langkahnya dan berangsur menghadapkan diri pada Fiora. Sebuah senyum simpul tampak terlukis di bibir merah mudanya. Tampan sekali."Bisakah kita berbicara lebih santai? Jangan panggil aku dengan sebutan mister lagi. Aku bukan lagi, orang asing bagi ...?" Zeyan menelan saliva setelahnya. Rupanya Zeyan masih cukup canggung untuk menyebut nama Fiora tanpa embel-embel kata 'nyonya'. Lagi pula, Fiora belum tentu setuju dengan tindakannya. Dan lagi, seingatnya di negara ini seseorang ya
"Siapkan mental Anda, dan jangan terpengaruh pada apa pun." Zeyan berucap sambil memandang terpidana penggelapan dana di hadapannya. Seorang pria berusia tiga puluh delapan tahun yang sudah menderita selama kurang lebih empat tahun di jeruji besi. Yakni Ernando Bastian. Namun yang membuat Zeyan cukup takjub adalah tubuh Ernando yang masih terjaga kebugarannya. Meski luka baret ada di sana sini, bahkan termasuk pipinya, pria itu tetap terlihat kokoh dan tangguh.Entah sekeras apa kehidupan yang Ernando jalani di dalam penjara, tapi setidaknya Ernando bukan sosok yang mudah dikalahkan. Sekalipun nanti mungkin akan ada bahaya yang datang. Ya, saat ini Zeyan dan Ernando duduk saling berhadapan, setelah Zeyan diperkenalkan sebagai "konsultan hukum" atau "penasihat independen" yang bekerja sama resmi dengan tim kuasa hukum Ernando.Ernando menghela napas. Ia masih memilih diam. Sibuk dengan pikirannya sendiri. Jika sebelumnya hanya para ajudan yang datang, kini Zeyan Lorenzo tidak ragu un
Cuplikan:"Darwin dan putrinya itu, kau tahu seberapa kompetennya mereka, 'kan? Jika bukan karena aku dan atas permintaanmu, di empat tahun yang lalu perusahaan Darwin tidak akan terguncang sampai kesulitan finansial, dan kau akan gagal menjadikan Fiora sebagai babumu untuk menggantikan Ernando!"***Usai Fiora keluar dari rumah itu, Eryon bergegas bangkit dari duduknya. Melalui kaca jendela, ia menatap punggung istri pertamanya. Punggung yang selalu tegak dan tampak proporsional. Punggung yang berulang kali ia usap, sekaligus ia maki secara diam-diam. Berikut seluruh raga Fiora yang seharusnya tidak boleh menjadi milik orang lain. "Fiora ...." Eryon bergumam lalu menggertakkan giginya. Tak lama setelah itu, ingatan Eryon berlari ke beberapa saat yang lalu. Tentang ayahnya yang tiba-tiba datang dengan amarah begitu besar. Namun hanya sekitar lima menit saja James datang, selanjutnya bergegas untuk pergi entah ke mana. Yang tanpa sepengetahuan Eryon, James mencoba mendatangi gedung
"Mohon maaf Tuan Besar, Tuan Darwin sedang rapat penting. Beliau sedang tidak bisa diganggu," ucap orang kepercayaan Darwin sembari berusaha menghalau seseorang. Yakni James yang berniat mendobrak pintu ruang rapat. Ia baru saja datang dengan letupan amarah besar. Di otaknya ada anggapan jika semua yang terjadi, berawal dari Darwin dan Fiora. Namun Fiora tidak akan sampai seberani mungkin. Mengungkit sebuah kasus besar yang tak Fiora ketahui sebelumnya. Jadi, siapa lagi jika bukan Darwin orangnya?"Lepaskan aku!" James berusaha melepaskan cengkeraman tangan dari sekretaris pribadi besannya itu. Hendrik namanya, tertera jelas di id-card yang dipakainya. "Hoe, Cecunguk gila! Keluarlah dan bicara padaku, atau akan kuobrak-abrik perusahaanmu!" lanjut James, geram. Segala sumpah serapah, hinaan, umpatan, dan ancaman terus ia loloskan dari mulutnya. Suasana gaduh. Kini Hendrik sampai memanggil para rekannya, alias mereka yang di bawah perintahnya. Namun James sendiri turut membawa sekret
Meeting dadakan diadakan di gedung Bhaskara Corp. Para petinggi perusahaan sudah berkumpul di sana. Namun baru saja pertemuan dimulai, sudah terjadi gemuruh yang membuat James panas-dingin. Para direksi mengutarakan protes padanya. Lagi-lagi karena rumor gugatan cerai yang Eryon berikan pada Fiora, yang pada akhirnya menimbulkan kecemasan tersendiri di hati mereka. Mengenai hotel yang masih di bawah naungan Bhaskara Corp, juga turut menjadi pembahasan. Mereka tidak mau jika hotel yang selama empat tahun sejak pembangunannya, telah dikelola oleh Fiora, lantas jatuh ke orang lain. Apalagi jika orang itu adalah Eryon. Mengingat James selalu enggan berbagi kekuasaan, membuat semua penanam modal cukup geram. "Seandainya mereka memang harus bercerai, setidaknya pertahankan Nyonya Fiora di posisinya. Kita semua tahu, banyak sekali pencapaian yang beliau berikan untuk hotel!""Benar! Anda tidak boleh egois, Tuan James. Jika Anda malah mengalihkan kepemimpinan pada anak Anda sendiri, akan se
Baru saja hendak memasuki mobilnya, langkah lari seseorang membuat Fiora membatalkan rencananya tersebut. Saat ia menoleh ke arah belakang, tampak Angel yang sedang tergopoh-gopoh untuk menyusulnya. Ada apa lagi? Apakah wanita gundik itu tidak memiliki rasa trauma sedikit pun setelah diberi hukuman oleh Fiora? Namun baiklah, sedikit meladeninya tampaknya akan sangat menyenangkan, terutama di detik-detik terakhir sebelum peperangan sesungguhnya terjadi. Sambil bersedekap tangan, Fiora menatap Angel dengan ekspresi wajahnya yang masih datar. "Bicaralah jika ingin bicara, tapi urungkan niatmu jika kau ingin menyerangku. Kau tidak akan pernah menang dariku," ucap Fiora. Suaranya stabil. Tidak tegas, tidak pula bernada menekan. Namun pancaran matanya justru memberikan kesan berbeda bagi Angel. Angel menggigit bibir. Kedua telapak tangannya tampak masih mengepal. Jujur saja, Angel sempat berniat mengambil sebongkah batu dan melemparkan pada kepala Fiora. Atau segera ia ayunkan ke wajah
Fiora melihat Ratna yang tampak sibuk memarahi Angel di dapur, ketika dirinya dibiarkan duduk di ruang makan. Ibu mertuanya terlihat sekali sedang ingin membantunya dalam membalas dendam. Meski terlihat cukup kekanak-kanakan, tapi boleh juga.Angel bahkan dipaksa untuk memasakkan makan siang. Istri kedua Eryon itu tampaknya pun diperlakukan layaknya pembantu rumah tangga oleh Ratna. Ratna benar-benar menjelma menjadi mertua super menyebalkan teruntuk menantu keduanya.Yah, jika dibandingkan dengan Fiora yang jelas asal-usulnya, memiliki pendidikan tinggi, pintar, dan kerap memberikan pengaruh besar ke perusahaan James, tentu tak aneh jika Ratna cenderung berat sebelah. Apalagi Angel datang dengan status sebagai gundik putranya."Kalau kamu tidak becus menjadi menantu seperti Fiora, setidaknya kamu harus sedikit berguna! Mau ditaruh di mana muka saya di depan menantu kesayangan saya, jika masakan yang saya hidangkan justru hambar bahkan keasinan?!" omel Ratna usai memberikan beberapa t
Ibu Mertua: Siang ini, datang ke rumah ya, Sayang. Ibu kangen sekali makan bersama denganmu. Meski sebenarnya tidak pantas Ibu memohon seperti ini, tapi, Fiora, mohon datanglah. Ibu merindukanmu. Fiora yang duduk di atas ranjangnya berangsur menghela napas usai membaca pesan dari Ratna, ibu mertuanya tersebut. Rupanya segala sesuatu yang terjadi belakangan ini, sampai membuatnya seakan lupa pada keberadaan Ratna.Meski Ratna adalah ibu Eryon sekaligus istri dari James yang telah membuat Fiora murka, pada kenyataannya Ratna tetaplah seorang ibu mertua yang baik dan sangat menyayangi Fiora serta Skyla. Dan sebentar lagi Fiora malah berpotensi menimbulkan kekacauan dalam hidup Ratna. "Aku tahu hubungan pernikahan Ibu dan Ayah Mertua memang tidak sehat, keberadaan Ibu hanya seperti pajangan. Kabar KDRT yang terjadi di antara mereka pun sering aku dengar, termasuk betapa meremehkannya Eryon pada ibunya sendiri. Tapi, ... Ibu Mertuaku yang seperti peri itu, tetap tak akan bisa lari dari p
Fiora menghentikan mobilnya di bagian parkir area dari rumah besar milik ayahnya. Cepat, ia bergegas turun seusai itu. Ia berjalan nyaris tergesa-gesa, disertai dua alasan besar yang perlu segera ia realisasikan. Yakni, menemui si Mungil Skyla dan juga ayah-ibunya. Pertemuannya dengan Zeyan Lorenzo berikut hasil dari pertemuan itu pun mendasari keinginannya untuk segera bertemu Darwin di malam hari ini. "Mommy!" Seruan si Putri cantik menggema di ruang utama rumah itu yang begitu luas. Adalah Skyla Alarice Bhaskara yang kemudian berlari lincah ke arah sang mami. Fiora yang sudah begitu merindukan putrinya turut berlari. Ia membungkuk kemudian menangkap tubuh Skyla. Pelukan Fiora berikan terhadap sang putri berikut serbuan kecupan yang seolah tiada henti. "Au, Mommy!" Putri kecil itu merasa geli, dan sesekali tertawa. Lucu sekali. "Di mana Daddy? Skyla rindu dengan Daddy!"Senyuman Fiora yang tadinya diselingi tawa mendadak sirna. Wajahnya yang awalnya gembira berubah masam sekaligu
"Aaaaaaarrrrrggghhh! Hentikan, Ayah!!!" ronta Eryon ketika pukulan tongkat golf mendarat di bokongnya berulang kali.Tidak hanya itu, sebab tendangan dan tamparan juga sempat Eryon terima dari James. Amarah besar sudah membumbung, menyelimuti diri James usai gosip tentang gugatan cerai yang Eryon ajukan terhadap Fiora beredar. Bagaimana bisa Eryon terus membuat kerumitan setelah segala kekacauan yang ada?! "Gara-gara kamu, keadaan semakin kacau. Dasar Anak Tolol! Sama saja dengan ibumu yang tak berguna! Bahkan kamu malah mengambil gundik yang sama tak bergunanya!" omel James. Geram membuatnya tak segan untuk menendang bokong Eryon, sampai putranya tersungkur di atas lantai kantor.Hukuman penyiksaan semacam ini tentu sudah bukan hal tabu lagi. Sejak Eryon masih sekolah, James kerap memberikan sangsi serupa jika dirinya dibuat sangat geram. Namun belakangan, ia memang lebih bisa mengendalikan diri. Atau mungkin karena Eryon tak lagi serumah dengannya dan kerap menghindarinya. Saat in