Share

Rahim Pertiwi

Penulis: Beegumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-26 11:07:02

“Ya, kau benar. Di mata hati kami, Indonesia adalah negara bangsa-bangsa lain juga yang mencintai kami. Sebab keterbukaan itu, kau paham, kan? Aku bukannya lemah dengan status nasionalisme tertinggi itu … hanya saja aku tak tahu mengaplikasikannya sebagai anak bangsa. Lihat? Karena pengaruh pengakuan itu, kami yang sebagai Tuan Rumah Asian Games saja tak sungkan berkolaborasi dengan produk negara lain demi Asia. Itulah maksudku tentang negara bangsa lain juga. Dan itu pula maksudmu mengenai diriku yang lemah,” jelasku berkaca-kaca. “Tapi John … YOU LIKE DANGDUT, John?” 

“Oh? Yeah, certainly! I LIKE DANGDUT!” serunya seraya menggoyangkan badan kecil-kecilan.  “Nasionalisme adalah bentuk rasa cinta terbesar yang dimiliki oleh suatu negara."

“Hemm.”

“Artinya …”

“Yah, jika kuurutkan maka Indonesia berada berada di urutan pertama soal nasionalisme. Itulah has

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Vampir cantik & Manusia Abstrak 1

    Usai melintasi Jogja, kami semua melantur di mobil. Sudut pandang ku berubah saat Warda mengirimiku pesan, Nat, kalian udah nyampe mana sih. Harusnya kan hari udah di Bandung.” Sontak aku membangunkan Cunnul. Cunnul terkejut.“Kenapa, Nat?” tanya Om Dedi yang fokus menyetir.“Jadi Warda memang di Bandung sih kalau gini ceritanya,” Cunnul berspekulasi. “Cerita pendek tentang Vampir dan Manusia Abstrak, maksudnya?”“Langsung lihat aja di laptopnya Bee,” aku seraya membuka laptop Bee yang sempat kubawa dari hotel Bang Jo.“Kita disuruh baca lagi kayak waktu baca pesan messanger Umi dan Bee?”Aku hanya senyum mengiyakan ke Cunnul, “Waktu itu kamu bilang kita hanya perlu percaya aja kan? Aku gak mau terlalu pusing lagi sama petunjuknya. Ikutin aja.”Begini kisah cerita pendek milik Bee yang Warda sampaikan judul filenya. Aku percaya ini adalah kisah kiasan yang menjadi keinginan Bee dan aku juga.****Si hujan, dari dunia astral tapi tak rela mencintai keindahan semata. Namanya Tea, wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Vampir Cantik & Manusia Abstrak 2

    “Kau ingin aku meninggalkanmu sementara kau tengah mengandung calon anakku?” “Galang suamiku, aku hanya…” “Biarkan saja dunia seperti ini. Kenapa mesti kau yang harus peduli filsafat romansaku? Bukankah sudah kukatakan padamu sayang … tak ingin kubahas ini lagi,” ujar Galang bersama mimik muka yang seolah yakin bahwa isterinya akan diam. Isterinya kemudian merangkul lengannya. Entah semantik asmara seperti apa yang memaksa Galang untuk meninggalkan vampir cantik dari negeri Ginseng itu. “Begini,” lembut si isteri. “Kau benar soal cinta yang beriringan ataupun berlawanan tanpa harus menutup ruang.” “Kenapa tiba-tiba?” “Dengarkan aku dulu.” Sementara di dimensi yang sama di tempat lain… Beberapa puing salju mulai mengerumuni area bandara di Seoul. Tia dan suaminya masih saja panas. Belum nampak ada kepiawaian matang dalam urusan pengantin baru. Dan sebentar lagi waktu keberangkatan itu akan meminta mereka untuk cepat. “Jika sudah lama kau memintaku bunuh diri kenapa kau rela ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Vampir Cantik & Manusia Abstrak 3

    Pesan masuk untuk isteri Galang:Keduanya bagaikan awal dan akhir. Tak bisa bersama namun seiringan. Meniadakan salah satunya hanya membuat hancur sebuah cerita. Memisahkan keduanya adalah satu- satunya cara untuk bisa tetap bersama. Tapi kalian hanyalah manusia. Ada saatnya itu terjadi. Berperanlah seperti seharusnya.Sudah saatnya kau jujur pada Galang. Semua yang terjadi sudah membuktikan betapa tak wajarnya cinta Galang untukmu. Katakan tentang jati dirimu. Galang sudah cukup menderita. Tak usah lagi kau pedulikan kebohongan kita selama ini. Dan benar-benar terjadi. Tanpa sadar, pesan suami Tia itu menjadi sebuah doa perpisahan terindah untuk pertemuan semu. Keesokan paginya, Galang yang lebih dulu tiba di Jakarta mengikuti ajakan isterinya untuk menjemput Tia dan suaminya. Mungkin waktu telah termakan dua jam. Dan memaksa isteri Galang bertanya. “Sayang, menurutmu … ketika rindu, haruskah kita bertemu dengan orang yang kita cintai kemanapun di hati kita setiap hari?” “Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Dan Terjadi Lagi

    Kembali ke cerita aneh Bee di dalam laptopnya. Bagaimana mungkin ini sebuah petunjuk? Pesan psikologi kah? Inilah yang otakku pikirkan. Mungkin.Baik, aku lanjutkan. Ada informasi dariku yang perlu disimak demi kesehatan cerita ini. Tentang Om Dedi. Aku terlambat sadar kalau ternyata beliaulah orang yang hadir saat aku membuka mata usai pingsan.Harusnya sosok itu adalah Bang Muis karena Om Dedi telah berpamitan dengan kami dan putrinya di bandara waktu itu. Dan semua jawabannya ternyata adalah ketidaksadaran.Bang Muis ternyata memiliki rencana pertemuan dengan Om Dedi, sahabat sejak kecilnya itu di Solo. Om Dedi sengaja tak memberitahu niatan beliau menyusul. Dan Wija sudah menceritakan kebahagiaan kepadaku karena bisa bersama Nyokapnya lagi saat aku di luar bertemu tukang somay.Tapi untunglah, karena insiden kentut di pagi hari itu membuat semunya sehat karena tertawa. Andai itu Bang Muis, tak mungkin terjadi demikian.“Psikologi seperti apa?""Mungkin Bee menjadikan cerita karan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Lagi, dan Berakhir

    Pecahan urea dari dalam biji mata Tea semakin liar mengalir.“Bahkan sampai jutaan tahun. Bila perlu, tambahlah olehmu miliaran tahun cahayalagi.”“Kau mengada-ngada. Tuhan lebih mencintai kita daripada siapapun,” balas Teasambil menahan isakannya.“Bukankah kita saling mencintai karena-Nya?"“Iya, tapi kita bukan vampir atau manusia abstrak sungguhan. Tak perlu sampai begitu lama. Karena umur enam puluh pun kau sudah bongkok dan IQ-mu menurun drastis.****Selesai. Sebuah akhir yang masih membingungkan. Benar-benar menyebalkan. Bee sebenarnya menyimpan jawaban besar apa? Aku rasa ingin berteriak kala itu memenuhi ruang mobil dengan gema kegelisahanku.“Sabar, Nat. Kita harus sabar super extra untuk misteri paling aneh di dunia ini seperti sosok Bee,” Cunnul seraya menutup laptop yang menemani kedua pahaku sedari awal.Semua beku. Tak ada pendapat. Hanya suara kendaraan lain dari luar mobil dan kendaraan sendiri dari dalam yang beradu bunyi. Kami semua saling pandang kecuali Om Dedi

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Jokes Sunat Kedua

    Jika Bee bukan manusia, mungkin dia berkelamin ganda. Bee seakan mendewasakanku dengan sengaja. Ia tak memberi ruang dan spasi bagiku menyembuhkan diri.Kami tak lagi sama. Usai kembali ditambah kuota pikiran oleh tulisan Bee yang baru, kami di dalam mobil bersama pikiran masing-masing. Batagor saja tak cukup sebagai pelampiasan. Hidup tanpa spasi dan ruang sangatlah tidak membentuk apapun. Sebuah kalimat saja butuh jarak agar pesan indahnya bisa dipahami.Seindah apapun kata-kata, jika kita menghapus jeda, makan akan mengalir seperti darah yang tak bisa lagi diperban. Mati. Air deras itu membunuh, sedangkan gelombang laut yang teratur sangatlah baik.“Bagus,” ujar Cunnul mengigau.Kami sebentar lagi tiba di Bandung. Yah, sepertinya. Bang Jo bergantian menyetir dengan Om Dedi. Dan ternyata hari itu berakhirnya tragis. Aku benci menjadi sensitif. Aku benci menjadi iblis yang baik hati. Hari itu benar-benar terjadi. Ada perubahan kecil yang terd

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Awal Mula Kasus Baru (Dunia Nyata)

    Aku secepat mungkin mencari cara agar tak membuang waktu. Warda memberi sinyal bagus untuk ke Bogor. Seperti pertemuan kami saat acara para konten kreator di Jakarta dulu. Aku ingin itu terulang lagi di tanah hujan, Bogor.Ah, aku jadi rindu Ben dan John. Aku masih menyimpan kenangan dan ide dari mereka di luar dari petunjuk Bee. Tentang filosofi gado-gado dan juga rahim Pertiwi. Mungkin Warda juga mengetahui itu dari Bee. Mereka berdua sengaja membuatku masuk ke kota Hujan.Untungnya Bogor bukanlah kota mati. Suatu tempat di mana aku hanya memiliki ayah, Hitami, Cunnul, dan Wija kala itu. Dunia sempit itu telah berenkarnasi menjadi pelangi di masa-masa setelah aku mengenal Bee dan kawan-kawan. Meski saat mobil kami mogok, semua jadi terasa mendung seketika.Memberi kode ke Cunnul dan Wija adalah sebuah ide yang paling mudah untuk dilakukan. Berpikir jika ada trem di Indonesia seperti Turki, tapi angan-angan saja. Menuju ruang di mana bus kota yang harganya mini

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Warung Sulistiani

    Mungkin, aku juga beberapa kali terlintas pemikiran kalau, penyakit yang Bee maksudkan dalam surat itu adalah karena kesedihan dan kebingungan mental yang mendalam akibat kepergian Umi tanpa pemberitahuan.Yang bisa menyembuhkannya hanyalah objek semula. Objek yang membuat hati itu mengalir darah dan hanya objek itu yang mampu menyembuhkan dengan cara kembali. Yah, Umi harus muncul di hadapan Bee dan kembali meskipun tak ada tujuan dan rasa apapun. Kembalinya Umi adalah langkah awal penyembuhan batin terbaik. Tak ada dalam kedokteran. Kehadiran terkadang menjadi obat paling ampuh di alam semesta untuksebuah kesepian. Karena hati itu, hati Bee, terlalu mulus untuk ditinggalkan bahkan dikhianati.“Nata berhenti di mana?” ibu tadi menghentikan laju lamunanku.“Saya mau ke Bogor. Ke warung Sulistiani.”“Emang ada nama warung itu di Bogor?”“Kata teman saya ada.” Maksudku adalah Tifeb. Ia pernah bercerita tentang lontong sayur paling enak saat multi room terakhir kami secara virtual mal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30

Bab terbaru

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 55

    Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 54

    “Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 53

    “Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 52

    Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 51

    “Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 50

    Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 49

    Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 48

    Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 47

    "Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"

DMCA.com Protection Status