Share

Ingatan Sebentar

Penulis: Beegumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 14:17:35

Kami memang manusia aneh yang masih belajar cara bercita-cita. Yang lebih hebat adalah peliharaan. Kalian ingat Hitami? Cunnul sewaktu mampir ke rumahku, dia mengajak Bokapku mencari burung. Aku tidak ikut karena lebih suka kalau diajak ke laut seperti saat mencari bulu babi. Itu adalah kebiasaan kecil kami yang terbawa arus usia sampai umur sekarang.

Jadi jangan heran, waktu Bee ngasih petunjuk bulu babi, Bee sebenarnya sudah mengenal kebiasaanku dan teman-temanku sejak kecil. Wija baru mengenal kebebasan saat masa SMA. Waktu Cunnul mencari burung bersama Bokap adalah masa saat aku dan Cunnul sepuluh tahun. Aku lebih tua dua bulan darinya. Hitami adalah burung yang dimaksudkan. Hasil tangkapan Cunnul dan Bokap.

Jika bicara kebebasan yang dipelajari Wija, Wija adalah wanita kelahiran Palu asli yang menerima ajakan kemerdekaan hidup kami. Dia berbeda secara tampilan dan harga diri sosial. Wija anak orang kaya yang mau bermain dengan kami. Yah, sebelum akhirnya aku kaya juga. Tapi tipe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Prosa Awal Semula

    Kami saling mendukung dan Bee masuk juga dalam lingkaran persahabatan antara aku dan teman-teman baru lain seperti Pitri, Umi, Mbk Wisya, Ernes, Via, Beya dan Tifeb. Saat tiba hari di mana Cunnul dan Wija menyadari hawa kehidupanku yang lain, mereka memberi pertanyaan di kepala masing-masing secara tersirat, “Apa kau tak ingin mengajak kami juga?”Bee pun menjadi jembatan kami semua. Karena dialah aku bisa memiliki sahabat di luar propinsi seperti Via dan kawan-kawan. Mereka adalah sekawanan manusia bersuara merdu. Hanya Pitri dan Umi yang berbeda. Mereka manusia yang memilih peduli pada kesehatan mahluk lain. Pitri seorang Bidan di Bali sedangkan Umi adalah perawat di Makasar, Sulawesi Selatan, sama Propinsinya dengan aku, dan dua sahabat kecilku.Cunnul dan Wija meminta kunci untuk memasuki ruang persahabatan itu, dan jalan keluarnya adalah Bang Muis. Karena Bang Muis abangnya Via meski tinggal di Bandung dan kebetulan memiliki pekerjaan di Palu, akhirnya jadi kunci untuk Cunnul mas

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Obrolan Lama Yang Jadi Petunjuk Hati

    Kami melintasi Kota Pelajar. Yogyakarta. Aku ingat pertemuan kedua dengan Warda di Kota ini sebelum satu kos di Jakarta. Waktu itu ada acara pertemuan para Likeers dari streamer dan konten kreator. Itu adalah hari usai pertemuan terakhir di multi room bersama yang lain. Ketika usai dari acara, aku pamit pada Warda. Aku tak ingin langsung pulang karena mencari inspirasi tentang Room Nakama adalah kesempatan yang tak bisa disia-siakan.Waktu itu, pagi, aku sedang makan gado-gado di sebuah warung kecil. Di depanku ada John Josseph Massawe, sahabat keritingku yang adalah seorang Master Leksikografi lulusan Universite de Lorraine. Ia adalah penulis novel yang berjudul LO. Aku sudah membacanya di aplikasi Noveltoon. Ia juga makan gado-gado.Sering dekat dengan Ben menyetrum John untuk bisa berbahasa Indonesia meski gagal untuk urusan aksen layaknya wisatwan mancanegara yang seri

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Filosofi Nasionalisme

    “Kita kembali saja dulu ke negaramu, nanti kuberitahu,” kata John mantap pada Ben. “Permintaanku agar kau mencari jawaban nasionalisme itu hanya supaya rasa cinta tanah air itu tumbuh lagi dalam kalbumu. Jawaban itu bukan yang utama. Yang terpenting pintu nasionalismemu tercuat kembali. Bahkan meskipun kau bekerja di negerinya Natalie, Ben, bukan berarti membuatmu melupakan rahim negara yang telah melahirkanmu. Jika kau ingin menyerah, lakukan di negerimu sendiri. Itu lebih terhormat daripada berputus harapan di negeri orang. Harusnya mengejar angin impian setinggi angkasa tak membodohimu untuk melupakan negerimu sendiri, Ben. Itu Parismu! Bukankah kau bekerja jauh-jauh dan menghasilkan ide bisnis kemari adalah untuk membangun negerimu menjadi jauh lebih spektakuler?” Dan udara saat itu lebih dingin daripada medan kutub utara. "Parisku, ya..." “Tentu, Parismu, Tanzaniaku, dan Indonesianya Natalie!” kata John meninggi. “Aku rasa bukan itu akar masalahnya.” “Oh?” aku menganga kecil.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Rahim Pertiwi

    “Ya, kau benar. Di mata hati kami, Indonesia adalah negara bangsa-bangsa lain juga yang mencintai kami. Sebab keterbukaan itu, kau paham, kan? Aku bukannya lemah dengan status nasionalisme tertinggi itu … hanya saja aku tak tahu mengaplikasikannya sebagai anak bangsa. Lihat? Karena pengaruh pengakuan itu, kami yang sebagai Tuan Rumah Asian Games saja tak sungkan berkolaborasi dengan produk negara lain demi Asia. Itulah maksudku tentang negara bangsa lain juga. Dan itu pula maksudmu mengenai diriku yang lemah,” jelasku berkaca-kaca. “Tapi John … YOU LIKE DANGDUT, John?”“Oh? Yeah, certainly! I LIKE DANGDUT!” serunya seraya menggoyangkan badan kecil-kecilan. “Nasionalisme adalah bentuk rasa cinta terbesar yang dimiliki oleh suatu negara."“Hemm.”“Artinya …”“Yah, jika kuurutkan maka Indonesia berada berada di urutan pertama soal nasionalisme. Itulah has

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Vampir cantik & Manusia Abstrak 1

    Usai melintasi Jogja, kami semua melantur di mobil. Sudut pandang ku berubah saat Warda mengirimiku pesan, Nat, kalian udah nyampe mana sih. Harusnya kan hari udah di Bandung.” Sontak aku membangunkan Cunnul. Cunnul terkejut.“Kenapa, Nat?” tanya Om Dedi yang fokus menyetir.“Jadi Warda memang di Bandung sih kalau gini ceritanya,” Cunnul berspekulasi. “Cerita pendek tentang Vampir dan Manusia Abstrak, maksudnya?”“Langsung lihat aja di laptopnya Bee,” aku seraya membuka laptop Bee yang sempat kubawa dari hotel Bang Jo.“Kita disuruh baca lagi kayak waktu baca pesan messanger Umi dan Bee?”Aku hanya senyum mengiyakan ke Cunnul, “Waktu itu kamu bilang kita hanya perlu percaya aja kan? Aku gak mau terlalu pusing lagi sama petunjuknya. Ikutin aja.”Begini kisah cerita pendek milik Bee yang Warda sampaikan judul filenya. Aku percaya ini adalah kisah kiasan yang menjadi keinginan Bee dan aku juga.****Si hujan, dari dunia astral tapi tak rela mencintai keindahan semata. Namanya Tea, wanita

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Vampir Cantik & Manusia Abstrak 2

    “Kau ingin aku meninggalkanmu sementara kau tengah mengandung calon anakku?” “Galang suamiku, aku hanya…” “Biarkan saja dunia seperti ini. Kenapa mesti kau yang harus peduli filsafat romansaku? Bukankah sudah kukatakan padamu sayang … tak ingin kubahas ini lagi,” ujar Galang bersama mimik muka yang seolah yakin bahwa isterinya akan diam. Isterinya kemudian merangkul lengannya. Entah semantik asmara seperti apa yang memaksa Galang untuk meninggalkan vampir cantik dari negeri Ginseng itu. “Begini,” lembut si isteri. “Kau benar soal cinta yang beriringan ataupun berlawanan tanpa harus menutup ruang.” “Kenapa tiba-tiba?” “Dengarkan aku dulu.” Sementara di dimensi yang sama di tempat lain… Beberapa puing salju mulai mengerumuni area bandara di Seoul. Tia dan suaminya masih saja panas. Belum nampak ada kepiawaian matang dalam urusan pengantin baru. Dan sebentar lagi waktu keberangkatan itu akan meminta mereka untuk cepat. “Jika sudah lama kau memintaku bunuh diri kenapa kau rela ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Vampir Cantik & Manusia Abstrak 3

    Pesan masuk untuk isteri Galang:Keduanya bagaikan awal dan akhir. Tak bisa bersama namun seiringan. Meniadakan salah satunya hanya membuat hancur sebuah cerita. Memisahkan keduanya adalah satu- satunya cara untuk bisa tetap bersama. Tapi kalian hanyalah manusia. Ada saatnya itu terjadi. Berperanlah seperti seharusnya.Sudah saatnya kau jujur pada Galang. Semua yang terjadi sudah membuktikan betapa tak wajarnya cinta Galang untukmu. Katakan tentang jati dirimu. Galang sudah cukup menderita. Tak usah lagi kau pedulikan kebohongan kita selama ini. Dan benar-benar terjadi. Tanpa sadar, pesan suami Tia itu menjadi sebuah doa perpisahan terindah untuk pertemuan semu. Keesokan paginya, Galang yang lebih dulu tiba di Jakarta mengikuti ajakan isterinya untuk menjemput Tia dan suaminya. Mungkin waktu telah termakan dua jam. Dan memaksa isteri Galang bertanya. “Sayang, menurutmu … ketika rindu, haruskah kita bertemu dengan orang yang kita cintai kemanapun di hati kita setiap hari?” “Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Dan Terjadi Lagi

    Kembali ke cerita aneh Bee di dalam laptopnya. Bagaimana mungkin ini sebuah petunjuk? Pesan psikologi kah? Inilah yang otakku pikirkan. Mungkin.Baik, aku lanjutkan. Ada informasi dariku yang perlu disimak demi kesehatan cerita ini. Tentang Om Dedi. Aku terlambat sadar kalau ternyata beliaulah orang yang hadir saat aku membuka mata usai pingsan.Harusnya sosok itu adalah Bang Muis karena Om Dedi telah berpamitan dengan kami dan putrinya di bandara waktu itu. Dan semua jawabannya ternyata adalah ketidaksadaran.Bang Muis ternyata memiliki rencana pertemuan dengan Om Dedi, sahabat sejak kecilnya itu di Solo. Om Dedi sengaja tak memberitahu niatan beliau menyusul. Dan Wija sudah menceritakan kebahagiaan kepadaku karena bisa bersama Nyokapnya lagi saat aku di luar bertemu tukang somay.Tapi untunglah, karena insiden kentut di pagi hari itu membuat semunya sehat karena tertawa. Andai itu Bang Muis, tak mungkin terjadi demikian.“Psikologi seperti apa?""Mungkin Bee menjadikan cerita karan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28

Bab terbaru

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 55

    Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 54

    “Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 53

    “Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 52

    Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 51

    “Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 50

    Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 49

    Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 48

    Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 47

    "Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"

DMCA.com Protection Status