Share

Deret 23

Penulis: Beegumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 11:46:58

Aku ninggalin waktu pelepasan para peserta. Namun ada yang aneh. Han menghilang dari panggung. Ia tak sempat mengerti situasi yang ia tinggalkan sendiri. Betapa bodohnya dia. Aku ngerti kalau Han tipe wanita yang suka kesana kemari atas dasar kesombongan pribadi.

Aku juga ngerti kalau apapun bentuk emosional dan psikologi yang dihadirkan dari dialog sebelumnya antara dan para juri, tidak semata-mata membuat perubahan apapun dalam pikiran Han. Dia memang sudah mengerti maksud dari adanya kontes itu. Waktu itu,kami semua ketahuan olehnya. Mungkin dia memang memiliki banyak mata-mata. Tobi mendadak mengirimkan aku pesan agar segera menghadang Han.

Dia melarikan diri. Aku bergegas ke luar saat aku sudah yakin, kalau Cunnul dan Nyokap aku memang belum waktunya muncul. Tak ada yang bisa diharapkan lagi. Sesuatu seperti roh jahat melingkupi area ruangan kontes karena pelarian Han. Tanpa pikir panjang aku pun melakukannya.

Sulit awalnya, tapi ketika pesanTobi yang berikutnya memintaku untuk m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 24

    “Ha, ha! Kau mulai mengada-ngada, Natalie. Semuanya perlu diproteksi dengan ketenangan, dan yang itu aku setuju. Aku mengadu pada semua cerminan diriku kalau asupan itu bisa datang dari mana saja. Datang seperti aliran air mengalir yang bisa saja membunuhku jika terlalu berharap berakhir pada muaranya. Dari nasehatmu, aku akhirnya sadar jika muara itu adalah kebencian. Aku lupa mengambil gayung untuk mengurung kotoran-kotoran kecil dan racun yang ikut mengalir dalam sungai nuraniku. Begitu hebatnya jika aku hanya bisa pasrah dengan diriku sendiri, sampai lupa kalau takdir bisa dirubah. Aku menganggap senyuman terakhir ibuku waktu itu adalah sebuah nasib tag tidak bisa dihindari. Bisa-bisanya aku lupa dengan sebuah perbedaan takdir dan nasib. Aku yang seharusnya mengerti dan bisa membaca pesan ibu, kalau beliau ingin aku masuk dan mengentikan operasi itu. Beliau seminggu sebelumnya juga berkata tidak membutuhkan operasi itu. Kondisi mentalnya memang tidak memungkinkan unt

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 25

    "Kau sudah ada di sini, bisakah kita bersama-sama dan bekerja keras untuk ini? Melewati berbagai rintangan seperti sebuah sandiwara membutuhkan banyak stamina, Mislah. Kau hebat, aku sangat berterima kasih karena kau sudah mau datang ke Bandung dan tiba di sini. Aku, sahabatmu yang selalu menginginkan akhir baik buat, bersyukur tentang hal itu. Semua yang kau jalani."Aku sadar dan sangat mengerti di sini. Ternyata, kasus penculikan Cunnul itu juga bagian dari keanehan bersama. Suatu sandiwara yang juga bagian dari rencana. Tobi yang mengirimiku pesan itu adalah dia, Cunnul, sahabatku sendiri."Aku tidak menyangka akan jadi seperti, Nul. Aku merasa lebih berbahaya berdiri sendiri sekarang. Bisakah kau jelaskan apa arti semua ini? Menurutmu, apakah kau tidak berbeda sama sekali dari sosok sahabat yang aku kenal selama ini? Aku takut kalau saja...""Aku tetap lah sahabatmu, Mislah. Tak ada yang bisa mengubah status itu. Kau tahu, kau sudah benar berada di sini. Di

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 26

    "Tapi aku tidak butuh rasa kasihan darimu. Han, dulu rasanya bagiku kau adalah sebuah anugerah tak ternilai. Selalu bisa menenangkan di saat tak ada orang yang bisa diajak bicara. Rasanya kau begitu nyaman untuk didekat dan diajak berpikir tentang hidup. Namun jauh setelah hari itu, semua mengubah persepsiku tentangmu. Kau hadir dengan gerak yang tiada pasti.""Kau tidak mengerti, Cunnul.""Kau yang tidak mengerti! Aku yang mestinya berkata seperti itu! Kau memang pandai bermain seolah kau adalah korbannya! Itu yang kau sebut dengan menyayangiku? Atau kau menganggap dirimu orang yang paling bisa mengerti tentang rasa kasihan? Kau bahkan tidak pernah menghargai setiap usaha kecilku, dan ketika giliran aku yang melakukan itu, kau tidak bisa bersabar layaknya aku.""Baiklah, aku salah. Kau bebas mengeluarkan isi pikiran dan bebanmu sekarang. Setidaknya kau senang karena sebentar lagi aku akan dipenjara, kan?"Cunnul mendadak menangis kecil. Terlihat dari bul

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 27

    Aku mengikuti saran Pere. Meski tak akan mudah aku rasa memang, untuk membuat Cunnul berhenti membahas hal yang sudah jelas akhirnya akan seperti apa. Semilir angin melintasi pipiku. Ada pesan di sana, "Nyet, bisakah kau lebih cepat," katanya.Karena sadar dari siapa pesan itu berasal, aku mendadak punya seribu ide untuk menyudahi drama Cunnul dan juga Hani. Aku mengingat beberapa potongan diakamug yang lupa aku ceritakan pada kalian. Aku coba berikan itu melalui kemampuan Nyet yang aku miliki. Diakamug dalam ingatanku tentang percakapan terakhir dengan juri ketiga pada kontes sandiwara sebelumnya.Aku mengubah ingatanku menjadi selembar tanya jawab antara aku dan semua yang terjadi saat itu, jika dijadikan dalam bentuk narasi. Aku maju ke depan, memberikannya pada Tobi, maksudku Cunnul.Dia membacanya, begitu juga dengan sahabat Roo

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 28

    “Ia, tetapi itu bukan warna kesombongan. Bagian dari diri saya yang tak berwarna namun transparan.”“Putih?”“Mungkin.”“Lalu siapa yang satu-satunyamemiliki warna hitam itu?”“Terang-terangan, iya. Saya dan bagian terdalam diri saya mungkin memiliki beberapa senti kebencian. Meski saya sudah memaafkan, hati tak bisa dikontrol. Selain itu, orang-orang bersama kebingungan mereka di sini, di ruangan ini... ruangan yang membuat kita saya rasa bisa sekilas memahami satu sama lain.”“Hmmm, bagian penonton saya tangkap. Bagian kebencian yang sedikit itu, apakah kamu yakin sudah memaafkannya?”“Ya, jikapun masih tersisa, biarkan saja. Biarkan waktu menghapus sisa-sisa bau busuk itu. Jika saya memaksa diri dan memanipulasi diri sendiri, saya takut itu akan jadi semacam gekamumbang tak tertahankan. Biarkan saja ombak kebencian itu mengalir dan bermuara secara alami, t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 29

    Saat berhasil menghipnotis mereka dengan tulisan itu, aku mengambil kesempatan untuk memanggil Pere dan membuat laporan mengenai apa yang sudah aku pelajari dan lalui. Fakta tentang beberapa hal yang aku lihat. Aku menyadari pada Room Nakama itu, Natalie hidup seperti sosok Superman.Ia menyukai Batman, tantangan, dan kosakata metafora. Suka menulis juga. Bisnisnya di sana sini. Tak ada yang tidak bisa ia targetkan kecuali ia sendiri mencoretnya, dari daftar hitam cita-cita. Mungkin karena terlalu berat atau dirinya yang terlalu ingin jalan mudah. Bertemu dengan Tobi adalah anugerah baginya.Lelaki bernama pena Cunnul pengganti Bee itu telah bermain skenario dengannya ... di suatu kisah yang lain. Keduanya sempat lupa berkenalan di awal. Di ujung waktu, mereka bermain angin dan oksigen. Berbagi cerita dari kejauhan dan saling menukar kontak batin.Natalie akhirnya jatuh sayang. Namun rasa sayang itu bukanlah kotak seperti asmara anak muda. Bukan, kita bisa menyebutnya sahabat dua gend

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 30

    Aku sadar ia jauh, tetapi ... apakah kita masih ada rasa merah muda yang mengalir kental? Di sela hati ini, baiknya kita menjadi akhir yang seperti apa? Jika memikirkan jawaban nyeleneh seperti itu, maka lebih mudah mencari hantu tak kasat mata. Termasuk, membuat para pelaku one target sadar diri.Saat negara-negara yang menyetujui one target tak menghargai aturan, dunia bisa saja kehilangan keindahan alaminya. Lelaki dan wanita yang mestinya menyatu. Bukan ketupat dengan tali pengikatnya. Karena mereka adalah perpaduan terong-terong ungu yang di merah mudakan, melambai, dan menyukai sesama spesies batang-batang hidupnya di pusar yang suci.Kambing saja ogah ketika jantan memegangi mesra keperkasaan yang lain. Kambing mengerti tentang lubang cacing yang subur, sementara mereka entah kenapa ... malah mendambakan biji kedondong."Apa biji kedondong kalian dalam keadaan fit hari ini? Sudah diberi tumis tempe lagi? Sepertinya aku akan memakai kolaborasi kata-kata kita lagi," si pendiam da

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 31

    Sayang sekali bunyi aneh itu menyusup di sela-sela sel-sel hidupku. Jantan dan betina dalam separuh tubuh yang sempurna. Manusia. Aku mungkin berjuang menjadi satu sebutan mahluk indah itu. Manusia, lagi-lagi aku bertaruh untuk menjadi hal, yang sesuai cermin tunjukkan padaku.Terkadang diriku berpikir beribu kali untuk menyaksikan setiap misteri yang tersembunyi dalam sosok air dan gurun. Diriku tertawa lalu mendung. Itu bukan kebodohan, mungkin itu cara berhasrat baru di zaman ini, agar jiwa-jiwa mampu menembus ketidakberdayaan manusia.Bahkan gemuruh angin menyampaikan pesan lewat lantunan seruling bambu si pengembala. Lalu dibawa oleh pengembara seraya berkata akan rasa syukur ... atas semua ujian itu.Hanya saja dengan itu semua, alam ini jauh dari rasa kebencian yang bisa terstimulasi tak beraturan. Ketika kita kembali menjadi air dan gurun, kita adalah manusia yang seimbang. Kita tak perlu menjadi kaktus karena air selalu tulus di batangnya.Gurun yang selalu berusaha tak menya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13

Bab terbaru

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 55

    Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 54

    “Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 53

    “Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 52

    Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 51

    “Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 50

    Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 49

    Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 48

    Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 47

    "Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"

DMCA.com Protection Status