“Akh, selamat pagi, Sajang-nim! Iya, Saya juga baru datang, mungkin sebentar lagi akan hadir semuanya,” Erina menarik kursinya dan duduk tenang sambil menyalakan leptopnya. Ia sibuk sendiri dengan kegiatannya hingga seruan seseorang mengalihkan perhatiannya.
“Apa kabarmu, Erina?” Tanya seseorang itu dengan begitu perhatian.
“Saya baik-baik saja, kalau Anda?”
“Seperti yang Kau lihat,” Singkat sekali jawaban Pria ini.
“Syukurlah, Sajang-nim baik-baik saja,” Erina menanggapi dengan tenang hingga mereka berdua dikejutkan oleh seruan seseorang yang barusan datang.
“Zhafar! Woah, sudah di sini? Akh, Erina, selamat pagi!” Sapa Kai pada mereka berdua dan duduk di kursinya diikuti oleh tamu lainnya.
Seseorang itu, Zhafar menatap rekannya dengan datar dan perhatiannya seketika teralihkan pada handphonenya yang berdering.
Zhafar mengamati nama yang tertera di layar handphonenya dan memutuskan mengangkat panggilan telephonenya
# Sementara itu, di dalam ruangan meeting Semua tamu yang sudah hadir memperhatikan sikap BigBoss mereka yang terlihat sangat frustasi dan marah. Mereka melihat bahwa Zhafar marah-marah saat sedang menelephone hingga membuat semuanya khawatir. Ada apa sebenarnya? “Hey, Zhafar kenapa?” Tanya Suho pada Xiumin. “Entah. Aku juga tidak tahu,” Jawab Xiumin sambil menatap khawatir rekannya, Zhafar. “Iya, benar. Pagi ini ia terlihat menakutkan sekali. Sikapnya juga berbeda, ada sesuatu hal yang mengusiknya,” Kai menimpali pernyataan Suho dan Xiumin. “Heem, benar. Molla,” Hanya itu yang di jawab oleh Arthur lantas ia menatapi Erina yang juga sedang menatapinya khawatir. Arthur menganggukkan kepalanya pelan agar gadisnya tidak perlu khawatir dan ditanggapi oleh Erina dengan senyuman lembut. Terlihat Zhafar beranjak menuju ke dalam ruangan dengan ekspresi diam dan dinginnya. Pria tampan
PIP! Pintu otomatis terbuka. Semua para tamu beranjak pergi meninggalkan ruangan meeting satu persatu. Dan hanya tinggalah Zhafar, Erina dan Arthur di ruangan meeting ini. Ketiganya hanya berdiam diri saja. Bahkan Zhafar pun sibuk dengan notebooknya dan handphonenya. Ia masih mengolah data-data yang ada dan layar monitor pun juga tidak ia matikan. Ia terlalu serius hingga membuat Erina dan Arthur segan untuk menyapanya. “Erina, kajja?” Ajak Arthur pada Erina dan gadis ini menatapi Arthur dengan sedikit bingung. “Akh, ne. Ehm, Maaf, Sajang-Nim! Kami permisi dahulu?” Erina memberanikan diri menyapa Zhafar yang memang raut mukanya terlihat menakutkan. “OK!” Jawab Zhafar singkat dan menatap Erina sekilas lalu melanjutkan pekerjaannya lagi dan hal ini membuat Arthur heran. Tidak biasanya Zhafar mengabaikan Erina seperti itu. Aneh. Arthur pun juga menyadari kalau re
@ Pujasera, Pukul 12.00 KST Suasana di pujasera ini lumayan ramai karena memang sudah waktunya istirahat siang. Semua pegawai berbaur menjadi satu di sini. Mengistirahatkan semua fikiran akibat pekerjaan yang menumpuk. Mereka saling bersenda gurau dan berbincang dengan asyik bersama rekan mereka. Di sudut ruangan terlihat gadis cantik sedang duduk sendiri sambil menikmati makan siangnya. Ia sibuk sekali dengan hidangan di depannya hingga tidak menyadari seseorang duduk di depannya hingga gadis ini mengalihkan pandangannya pada seseorang itu. “Erina, Aku boleh duduk di sini, ya?” Ucap seseorang itu dengan lembut. “ . . . Akhh! Jong Kyoo Oppaa . . . hayyy, lama tidak berjumpa . . . ” Seru Erina girang karena melihat salah satu sahabatnya yang sudah dianggap kakak laki-lakinya. “He . . . he . . . Kau merindukanku, Erina? Maaf, ya baru bisa bertemu denganmu sekarang. Aku juga tidak sempat menghubungimu, Erina. Mian .
# Sementara di sisi lain, Seorang gadis sedang sibuk dengan handphonenya dan terlihat serius dengan panggilan telephonenya. Ia mengaduk-aduk hidangan makan siangnya dengan malas. “Yakh, Oppa! Jangan begitu! Kau ini! Kau bisa, ‘kan membantuku?” Ucap gadis ini dengan sedikit merajuk manja. “ … ” “Akh, jinjja! Kenapa, sih? Pelit amat! Aku minta tolong, Oppa! Please!” Ucap gadis ini dengan sedikit meninggikan nada suaranya. “ … ” “Hahh! Dasar! Aku marah denganmu! Jangan telephone Aku lagi!” Gadis ini sedikit kesal dan merajuk manja pada seseorang di seberang sana. “ … ” “Okeyy. Baikhlah! Oia, kapan Oppa akan ke Seoul?? Oppa tidak merindukanku dan seseorang yang selalu ada di hati Oppa?” Goda gadis ini hingga tidak sadar dirinya tersenyum manis. “ … ”
@ Meeting Room Andromedae Spe, Pukul 12.45 KST Terlihat seorang Pria sedang berkutat dengan leptop di hadapannya. Ia seorang diri di ruangan meeting ini sembari menunggu para tamu yang lain setelah sebelumnya ia menghabiskan makan siangnya di ruang kerjanya. Ia mengerjakan semua laporan dan data-data dengan serius. Menyelesaikan beberapa pekerjaan sekaligus hingga tidak terasa ia terhenti. Pria ini terlihat sedikit frustasi saat dirinya tidak bisa melanjutkan mengolah data-data yang sedang ia kerjakan hingga terhenti begitu saja dan hanya berputar-putar saja difikirannya. Fikirannya kalut. Pria ini merasakan perasaan cemas dan khawatir pada seseorang. Ia teringat ucapan seseorang bahwa posisi dirinya sedang tidak aman. ‘’Hahhh … astaga! Cobaan apa lagi ini?” Pria ini menghela nafasnya sambil menyandarkan kepalanya pada kursi. Ia menerawang langit-langit atap ruangan ini, seketika terkagum dengan
@ Meeting Room Andromedae Spe, Pukul 12:50 KST SRET!!! “Lhoo? Masih kosong? Eh, tunggu, itu sepertinya Aku mengenali siapa pemilik leptop itu?” Ucap Erina sambil berjalan mendekati leptop yang berada di meja namun tidak ada pemiliknya diikuti Eritha dan Zhafar. “Eh, bukankah itu miliknya kekasihmu, ya?” Tanya Eritha agak ragu hingga membuat Erina dan Zhafar menatap Eritha cepat. “Hah? Ahh, iya. Benar. Tapi kemana dia?” Tanya Erina sedikit terkejut dengan kenyataan di depannya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sekitarnya hingga kedua matanya menangkap siluet seseorang sedang berdiri bersandar pada pagar balkon. ARTHUR! “Dia ngapain? Tunggu! Sikapnya berbeda. Ada apa dengannya? Aku khawatir … ” Tanya Erina dalam hati seraya menatap kekasihnya dengan lamat hingga seseorang menepuk pundaknya. “Erina! Gih, samperin kekasihmu! Sepertinya dia membutuhkanmu saat ini. Oke!” Ucap Pr
SRET! Pintu tertutup otomatis sesaat Eritha keluar dari ruangan diikuti dengan tatapan Zhafar yang semakin sulit diartikan. Entah apa yang difikirkan oleh Zhafar hingga masih memperhatikan seorang gadis sampai menghilang dari pandangannya dengan begitu tajam. Akan tetapi saat Zhafar sedang memperhatikan Eritha, ia tidak sadar bahwa ada seseorang yang mengamati sikap Zhafar dari luar ruangan. Ternyata benar! Pria itu mempunyai perasaan lebih pada karyawatinya! Tidak kusangka! Sesaat setelah itu, seseorang itu pergi dari situ namun salah satu rekan Zhafar melihat seseorang itu pergi diam-diam. “Kenapa orang itu? Mencurigakan!” Ucap rekan kerja Zhafar, si Kai. Iya, Kai mengamati sepenuhnya sikap mencurigakan seseorang itu yang terlihat sedang merekam sesuatu, dan ia juga tidak tinggal diam. Kai meraih handphonenya dan merekam seseorang itu diam-diam. Ia berpura-pura sedang menelephone seseorang sambil men
# Di tempat lain, “Iya, Tuan. Saya akan segera kirimkan videonya. Saya yakin dengan firasat Saya. Tapi Tuan harus segera mengirimkan balik apa yang Saya sebutkan tadi!” Ucap seseorang itu dengan nada bisik-bisik di balik bilik toilet namun sebenarnya masih bisa terdengar oleh orang lain yang berada di bilik sebelahnya. “ … ” “Tidak! Kita sudah sepakat dari awal, ‘kan? Aku juga sudah berkerja keras untuk kalian. Saya berhak memperoleh hasil yang Saya inginkan juga. Lagian Saya juga sudah melakukan apa yang kalian butuhkan dengan mengganti surat perijinan PT DT ini. Itu sangatlah berat dan Saya rela di maki-maki habis-habisan oleh Pimpinan PT DT ini demi uang US$ 75.500(US$ 1 = Rp 13.305,40). Hahh!! Jadi saat Aku kirimkan file video ini kalian harus menstransfer uang itu padaku!” Ucap seseorang itu dengan sedikit emosi. Seseorang ini tidak tahu bahwa seseorang di bilik sebelahnya sudah sedari tadi
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap