Setelah Nath pergi, Zelda ingin kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda sebelum mulai mengajak Della bermain di dalam rumah.
“Tunggu sebentar ya, Dell, Tante mau lanjut menyapu dulu,” ucap Zelda lembut. Dia mengambil sapu lidi yang tadi ditaruhnya asal setelah memberikan Della bonekanya sendiri.
Della mengangguk sambil mendekap erat boneka kesayangannya. “Tante punya ikan?” Della memerhatikan Zelda yang tengah mengumpulkan daun-daun kering sebelum dibawa ke tempat sampah.
“Ikan apa, Dell?” Zelda memastikan pertanyaan Della agar tidak salah sangka.
“Ikan warna-warni seperti yang Della punya,” jawab Della antusias.
“Banyak Della punya ikan di rumah?” Zelda menimpali Della yang sedang berbasa-basi dengannya.
Della mengangguk. “Banyak, Tante,” ucapnya memastikan. “Mama
Andri dan Zelda tengah bersantai setelah menikmati makanan yang diberikan oleh Bi Rani. Karena terinterupsi oleh kehadiran Della, Zelda jadi belum sempat menanyakan kepada Andri menyangkut usaha suaminya tersebut dalam mencari pekerjaan. Dia melirik Andri yang duduk di sampingnya dan tengah sibuk memainkangamepada ponselnya sendiri.“Aku akan bekerja mulai besok.” Dengan santainya dan masih sibuk memainkangame, Andri memberi tahu Zelda.Zelda terkejut ketika Andri memberitahunya tanpa berbasa-basi terlebih dulu, padahal dia belum menanyakannya. “Di mana, An?” tanyanya antusias.“Di sebuah toko grosir sekaligus eceran yang menjual sembako dan kebutuhan sehari-hari lainnya,” jawab Andri. “Aku tidak keberatan harus menjadi karyawan toko, apalagi nanti diminta untuk mengangkat barang. Karena tokonya buka setiap hari jadi liburku nanti tidak menentu
Saat mengantar Della pulang ke rumahnya, Andri bertemu Bi Rani. Tidak lupa dia menanyakan keperluan wanita paruh baya tersebut mencarinya, seperti yang Donna beri tahukan tadi. Ternyata Bi Rani ingin membagi hasil kebunnya yang berupa sayur terung ungu kepada Zelda. Andri dan Zelda menyambut dengan suka cita pemberian Bi Rani. Sebelum pergi, keduanya mengucapkan banyak-banyak terima kasih.“An, jam berapa besok kamu istirahat makan siang? Beri tahu saja alamat tempat kerjamu, nanti aku akan mengantarkan makan siang untukmu ke sana,” ucap Zelda kepada Andri yang kini telah berada di tempat tidur dan sama-sama bersandar.Andri menoleh ke samping. Dia menyelipkan sebelah tangannya ke belakang kepala Zelda, kemudian memeluk leher istrinya tersebut. “Kamu tidak perlu repot-repot membawakanku makan siang, aku bisa membelinya saja di sana. Kamu tidak usah khawatir, aku akan menanyakan kepada teman-temanku mengenai tempat makan yan
Awal-awal Andri bekerja sebagai karyawan toko, sekujur tubuhnya terasa pegal-pegal dan remuk, sehingga Zelda harus memijatnya setiap sebelum tidur. Namun, kini setelah dua bulan berjalan tubuh Andri sudah terbiasa melakukan pekerjaan tersebut. Bahkan, memanggul beras pun bukan lagi hal yang berat baginya.Kemajuan Zelda dalam urusan dapur juga banyak perkembangan, itu semua tidak terlepas dari bantuan Bi Rani dan Nath yang sering mengajarinya memasak atau membuatcake. Zelda juga sering menghabiskan waktunya bersama Della sambil membuat puding ataucake,untuk mengusir kebosanannya yang ditinggal bekerja oleh Andri. Kadang dia juga membagi hasil olahan tangannya kepada Bi Rani dan Nindy serta meminta komentar mereka.Saat mendapat gaji pertama, Andri membelikan Zeldadresskhusus ibu hamil. Mendapat hadiah atas cucuran keringat Andri membuat Zelda menangis karena sangat terharu. Kehamilanny
Tugas matahari dalam menerangi bumi sudah digantikan oleh cahaya bintang dan bulan, tapi Andri belum juga pulang usai membentak Zelda. Sebagai permintaan maaf atas kelalaiannya tadi siang, Zelda telah membuatkan Andri menu kesukaan suaminya tersebut untuk makan malam mereka.Sudah setengah jam waktu makan malam berlalu, tapi orang yang dinanti Zelda tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Zelda kembali mencoba menghubungi ponsel Andri, dan hasilnya selalu sama. Panggilannya dialihkan. Zelda tersenyum dan segera beranjak dari duduknya saat mendengar pintu rumahnya diketuk. Walau Zelda tidak mendengar suara motor, tapi dia tetap secepatnya membukakan pintu.Meski kecewa karena yang mengetuk pintu rumahnya ternyata bukan Andri, tapi Zelda tetap menyunggingkan senyum pada wanita anggun di depannya.“Silakan masuk, Nath,” Zelda mempersilakan dengan ramah dan tetap tersenyum. “Tumben malam ke sini, Nath.
Sudah seminggu berlalu kejadian Andri membentak Zelda, sejak itu pula keduanya terlibat perang dingin. Bahkan selama seminggu juga Della tidak pernah lagi bermain di rumah Zelda, mungkin Nath melarangnya. Sebenarnya sehari setelah kejadian itu Andri sempat mengajak Zelda berbicara, tapi wanita tersebut mengabaikannya karena masih dikuasi rasa kecewa. Melihat sikap dan reaksi Zelda, Andri pun membiarkannya. Andri tidak kembali mencoba berbicara atau meminta maaf.Sesuai permintaan Andri, Zelda tidak pernah menyiapkan atau membuat makanan untuk mereka nikmati bersama. Zelda pun tidak pernah menyentuh uang belanja yang sengaja Andri siapkan untuknya membeli kebutuhan seperti biasa. Selain itu, keduanya pun tidur terpisah. Zelda tetap di kamar, sedangkan Andri tidur di ruang keluarga. Sebenarnya masih ada satu kamar kosong yang bisa Andri gunakan untuk tidur, tapi dia tidak memanfaatkannya.Pagi ini Zelda sudah selesai membersihkan diri. Dia sen
Bi Yuni mengatakan berdasarkan yang dilihat dan diketahuinya saat Luan menginterogasinya mengenai kegiatan serta perlakuan Daramikha selama dirinya tidak berada di rumah, terutama alasan terbesar Zelda sangat membenci ibu tirinya itu. Luan berani bertaruh jika Bi Yuni mengetahuinya cukup jelas, mengingat wanita paruh baya tersebut sangat dekat dengan Zelda dan menjadi tempat berkeluh kesah anaknya, terlebih sejak kepergian mendiang istrinya.Luan geram saat Bi Yuni menyampaikan jika Daramikha sering mengatai Zelda dengan kata-kata kasar. “Lalu apa alasan yang paling mendasar Zelda sangat membenci ibu tirinya, Bi?” selidiknya. “Katakan saja, Bi. Daramikha saat ini tengah menikmati liburannya di Raja Ampat selama seminggu,” tambahnya saat melihat Bi Yuni takut-takut.“Sebenarnya Nona berharap Tuan tidak menikah lagi. Nona juga tidak ingin posisi mendiang ibunya digantikan oleh wanita lain. Bukan hanya itu, Nona pe
Ruhandhina dan orang tuanya telah tiba di restoran yang sebelumnya diberitahukan Zara. Pasangan Himawan menyambutnya seperti biasa, meski Zara terlihat enggan saat Ruhandhina memeluk dan mencium pipinya secara bergantian.Sambil menunggu menu makan malam dihidangkan, ayah Ruhandhina dan Ivan membahas bisnis masing-masing. Zara terlihat malas menanggapi celotehan Ruhandhina bersama ibunya, seperti membicarakan tempat-tempat liburan yang ingin dikunjungi. Untungnyawaitresssegera datang membawakan hidangan santap malam mereka, sehingga Zara tidak semakin muak mendengar khayalan tingkat tinggi Ruhandhina.“Silakan dinikmati dan semoga kalian menyukai hidangan yang disajikan,” Zara mempersilakan kepada Ruhandhina dan orang tuanya.Zara terlihat tidak berselera menikmati hidangan lezat di depannya, sebab bayangan Ruhandhina yang tengah bermesraan bersama adik iparnya berkelebat di benaknya. Dia
Luan bersikap dingin semenjak kepulangan Daramikha dari liburannya, apalagi setelah dia menerima hasil laporan dari orang yang ditunjuk untuk memantau dan mengawasi kegiatan istrinya selama berlibur di Raja Ampat.Tanpa disadarinya, Daramikha sudah menggali lubang penderitaan dan kesengsaraannya sendiri karena telah berani mengkhianati serta bermain api di belakang Luan. Lebih penting dari itu, Luan juga telah memantapkan keputusannya untuk segera melayangkan surat gugatan cerai kepada Daramikha.Di sisi lain, Daramikha mengartikan sikap dingin Luan sebagai bentuk kemarahan sang suami karena tidak mendapat perhatian sekaligus kehangatan dari tubuhnya. Apalagi semenjak kepulangan Luan dari Jakarta untuk mengurus bisnis, Daramikha tidak pernah melayani dan menjalankan tugasnya sebagai seorang istri.Daramikha tersenyum lebar saat membayangkan idenya memberikan kejutan untuk Luan berjalan sempurna. Jika Luan menyukai kejuta
Zelda yang sedang menduduki kursi malas di pinggir kolam renang sambil menyusui Edgar tertawa saat melihat Andri mengusili Kevin. Gara-gara terganggu oleh tawa renyah Papa dan Kakaknya, Edgar yang tadinya telah terbuai menjadi berhenti menyusu. Balita enam bulan tersebut kini malah menoleh ke arah kolam renang, tak lama kemudian Edgar pun ikut tertawa. Sejak kemarin siang Zelda bersama Andri dan kedua jagoan mereka telah berada di vila milik keluarga Pagory di daerah Ubud untuk menikmati liburan. Vila yang dulu menjadi saksi bisu pernikahan mereka. Andri sengaja mengajukan cuti selama seminggu dari kantor Luan agar bisa melepas penat bersama keluarga kecilnya setelah menyelesaikan tumpukan tanggung jawabnya.“Ed belum selesai menyusu?” tanya Andri yang sedang mengajari Kevin berenang.Zelda menjawabnya dengan gelengan kepala. “Gara-gara tawa kalian, dia menjeda aktivitasnya menyusu,” beri tahunya sambil mengusap pipi mulus Edgar yang kini sudah
Zelda yang baru saja selesai memoleskanlipstickberwarnapeachpada bibirnya menoleh ketika mendengar pintu kamarnya dibuka dari luar. Dia hanya menyapa dengan senyuman laki-laki gagah yang memasuki kamarnya sambil menggendong balita. Kedua laki-laki berwajah sangat mirip, tapi beda generasi tersebut sudah berpenampilan rapi. Dia kembali mengalihkan perhatian ke arah kaca rias di hadapannya demi memastikan penampilannya sendiri untuk terakhir kalinya.“Belum selesai?” Andri bertanya setelah berdiri di samping Zelda. “Mamamu cantik sekali ya, Sayang,” imbuhnya pada Kevin di gendongannya saat melihat penampilan Zelda melalui pantulan kaca rias.“Jika aku tidak cantik, mana mungkin dulu kamu bersusah payah mempertahankanku agar kita tetap hidup bersama,” Zelda menanggapinya sambil terkekeh. “Ayo berangkat, aku sudah selesai,” ajaknya setelah mengambilclutchyang tadi
Di tengah kesibukan Andri yang kembali beraktivitas di perusahaan sejak beberapa bulan lalu, laki-laki tersebut tetap mempunyai waktu bersama keluarga kecilnya, terutama saatweekenddan hari libur. Seperti hari ini, dia menemani Zelda membeli kebutuhan mereka dan sang buah hati disupermarket. Zelda meminta bantuan Zara untuk menjaga Kevin yang masih terlelap di apartemen Andri. Jagoannya tersebut kini telah berusia satu tahun.Sejak usia Kevin empat bulan, Andri dan Zelda kembali tinggal di Denpasar. Alasannya karena Luan masuk rumah sakit dan harus mendapat perawatan setelah tiba-tiba pingsan sepulangnya dari kantor. Dari hasil pemeriksaan dokter, penyebab kondisi Luan seperti itu karena kelelahan dan kurang beristirahat. Setelah mempertimbangkan dengan matang, akhirnya Andri memutuskan untuk kembali tinggal di Denpasar agar Zelda juga bisa merawat Luan yang tengah sakit. Bahkan, untuk mengurangi beban pikiran Luan dan agar fokus pada keseh
Dulu rumah sederhana yang ditinggali hanya berdua, kini sudah diramaikan oleh tangis bayi. Zelda dan bayinya sudah kembali ke rumah seminggu yang lalu. Sejak kepulangannya dari klinik bersalin, Zelda meminta bantuan Bi Rani agar mengajarinya memandikan bayi. Setelah melihat cara Bi Rani beberapa kali memandikan anaknya, kini Zelda sudah bisa melakukannya sendiri.“Zel, Papamu berkunjung,” Andri memberitahukan kedatangan mertuanya kepada Zelda yang tengah duduk sambil menyusui anaknya usai dimandikan. Dia berjongkok di hadapan Zelda.Zelda mengangguk. “Kamu temani dulu Papaku. Setelah Kevin tidur, aku akan menyusulmu,” ucapnya pelan agar anak di pangkuannya yang baru memejamkan mata tidak terganggu oleh suaranya.“Baiklah,” balas Andri tanpa mengalihkan tatapannya dari bibir mungil Kevin yang masih menyesap pabrik ASI istrinya.“Cepat keluar!” usir Zelda ketika memergoki tatapan lapar Andri. Dia juga menyenti
Mendapat kabar dari ibunya mengenai kondisi istrinya membuat Andri dilanda kekhawatiran sekaligus kepanikan. Dia terpaksa meminta izin dadakan kepada bosnya untuk menyambangi tempat istrinya dibawa. Untunglah saat menuju klinik bersalin yang diberitahukan ibunya, jalanan tidak seramai pagi hari sehingga dia terhindar dari kepadatan lalu lintas.Sesampainya di tempat tujuan, Andri melihat dokter kandungan istrinya tengah berjalan tergesa-gesa bersama seorang perawat. Dia sangat yakin jika mereka menuju ruangan istrinya berada, hal tersebut membuatnya semakin cemas. Dia takut telah terjadi sesuatu yang buruk menimpa istri dan anaknya. Tanpa menegur, Andri langsung mengikuti dokter dan perawat tersebut dengan langkah kakinya yang lebar.“Zelda,” panggil Andri khawatir saat melihat istrinya berbaring sambil meringis. Bahkan, kedua sudut mata istrinya terlihat basah, yang dia asumsikan karena menahan sakit.“An,” balas Zelda lirih nyaris tanpa
Untuk menghabiskan sisa liburnya, Andri menemani Zelda yang ingin berjalan-jalan di pantai. Awalnya Andri menolak dan menyarankan untuk berjalan-jalan di halaman rumah saja karena langit mulai mendung, tapi saat melihat ekspresi kecewa Zelda, akhirnya dia memutuskan menurutinya.“An, sedang melamunkan apa?” tegur Zelda ketika menyadari suaminya hanya membisu, meski tetap mengikuti langkah kakinya.Andri menoleh dan mengeratkan pelukannya pada pinggang Zelda dari samping. “Aku hanya memikirkan perkataanmu tadi pagi,” jawabnya.Langkah kaki Zelda terhenti dan menghadap suaminya. “Perkataanku yang mana?” tanyanya bingung.“Jika Mamaku dan Papamu tetap bersama, maka kisah cinta kita tidak akan pernah ada,” ucap Andri sendu.Spontan Zelda tertawa mendengar ucapan suaminya. Dia tidak habis pikir jika perkataannya tadi pagi ditanggapi serius oleh suaminya, padahal yang dilakukannya hanya untuk mengalihkan to
Zara ditemani Ivan mendatangi rumah anak dan menantunya. Kini keduanya sudah duduk di hadapan Andri, sedangkan Zelda tengah berada di dapur membuatkan minuman untuk mereka. Tadi saat Andri memintanya datang, Zara langsung menyanggupinya. Tanpa membuang waktu, Zara bergegas menuju alamat rumah yang dikirimkan Andri melalui pesan singkat.“Silakan diminum,” Zelda mempersilakan setelah Andri membantunya memindahkan empat cangkir berisi tehchamomiledan biskuit kelapa di nampan ke atas meja.“Terima kasih, Zel,” ujar Zara dan Ivan canggung. Keduanya pun secara bersamaan mengambil cangkir tersebut, kemudian menyeruput tehnya.Andri ikut mengambil cangkir dan mulai menyesap teh buatan istrinya, sedangkan Zelda lebih memilih menikmati biskuit kelapa yang dibelinya tadi diminimarketdekat rumahnya usai sarapan.“Oh ya, kapan Papa datang?” tanya Andri memecah kebisuan.
Aroma gurih seketika menusuk indra penciuman Zelda yang baru saja keluar dari kamar tidurnya. Sambil menajamkan indra penciumannya, dia berjalan menuju dapur yang diyakini menjadi asal aroma tersebut. Benar saja, ketika beberapa langkah lagi mencapai dapur, dia melihat Andri tengah berdiri membelakanginya dan sibuk mengaduk sesuatu.“An, kamu sedang membuat apa?” Zelda menghampiri Andri sambil masih menghirup dalam-dalam aroma yang dia tebak berasal dari santan mendidih.“Eh, sudah bangun ternyata.” Andri terkejut karena tidak mendengar langkah kaki istrinya mendekat. “Aku membuat bubur kacang hijau sebagai menu sarapan kita hari ini. Kamu tidak keberatan kita sarapan bubur kacang hijau?” jawabnya setelah memberikanmorning kissuntuk Zelda.“Tentu saja tidak.” Zelda mengambil alih kegiatan Andri yang ternyata tengah mengaduk santan, karena suaminya sedang menyapa anaknya. “Kamu pakai santa
Zelda tersenyum semringah ketika Andri datang membawa martabak manis yang diinginkannya. Dia meminta Andri untuk bergegas membersihkan diri agar mereka bisa menikmati martabak manis tersebut bersama-sama. Sambil menunggu Andri selesai mandi, Zelda membuat air panas untuk menyeduh tehchamomileuntuk suaminya.Usai membersihkan diri dan berpakaian, Andri menghampiri Zelda yang tengah menonton sambil duduk di atas kasur lantai. Dia melihat di samping istrinya sudah tersedia sebuah nampan berisi secangkir tehchamomileyang masih mengeluarkan uap dan sepiring martabak manis. Sesekali istrinya terlihat memperbaiki posisi duduk untuk mencari kenyamanan, mengingat kondisi perutnya yang semakin membesar. Menurut dokter di tempat Zelda sering memeriksakan kandungan, kelahiran bayi mereka diperkirakan tiga minggu lagi.“Kenapa belum dimakan martabaknya, Zel?” tanya Andri. Dia duduk di sebelah istrinya yang tengah meluruskan kaki