Share

Cemburu?

Penulis: shimizudani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-30 02:00:12

Andin mendengus. Mendadak, kekesalannya yang sempat mereda kembali lagi. Apa gunanya Desta mengalihkan perhatiannya kalau ujung-ujungnya mengingatkannya kembali pada sumber kekesalannya? Dan haruskah lelaki itu menanyakan pertanyaan yang dia yakin sudah Desta ketahui jawabannya? 

Tatapan Desta begitu intens tertuju padanya. Namun, Andin tak membalasnya. Tidak, dia tak berani memandang balik Desta. Dia takut akan jatuh pada pesona mata itu hingga meruntuhkan pertahanannya dan membuatnya menunjukkan kerapuhannya yang selalu ingin bersandar di dada suaminya. Tetapi, ini bukan waktu yang tepat untuk melakukannya. Dia membutuhkan harga dirinya tetap teguh di tengah situasi absurd ini. Ah, dia bahkan tak bisa mendeskripsikan keadaannya. Terlalu banyak emosi yang bercampur di sana. Marah, kesal, kecewa, benci, gemas, dan juga rasa cinta yang besar kepada sang suami. 

Sayangnya, dia bukanlah tipe orang yang betah ditatap lama dengan cara seperti itu. Desta seolah men

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • (Not) A Wedding Agreement    Bangun Kesiangan

    Entah sejak kapan Andin tak lagi menganggap hari-hari di akhir pekan istimewa. Dia sudah lupa bagaimana rasanya menikmati libur setelah lima hari dijejali berbagai macam hal yang membuat fisik dan pikirannya tegang. Alasannya yang memilih untuk menjadi pekerja lepas telah mengubah persepsinya mengenai weekday dan weekend. Dia bisa bekerja di akhir pekan, begitu pun sebaliknya. Ah, sejujurnya, dia tak benar-benar bisa disebut bekerja karena nyaris tak ada tekanan dan kewajiban di sana. Dia hanya menyalurkan hobi memasaknya. Dan juga menulis, meski mood untuk melaksanakannya jarang muncul.Namun, semua itu sedikit berubah sejak kafe pertamanya berdiri. Dia ikut turun tangan membangun tempat itu. Tidak mungkin, bukan, dia menyerahkan pelaksanaannya tanpa adanya kontrol darinya? Walaupun orang itu Wida yang notabene merupakan asisten kepercayaannya, tetap saja dia ingin mengetahui seluk beluk usahanya, serta perkembangan ke depannya nanti.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-31
  • (Not) A Wedding Agreement    Obrolan Kala Sarapan

    "Kamu mau kumasakkan apa?" tanya Andin usai diingatkan pada kegiatan barunya yang rencananya ingin dia jadikan kebiasaan. Merancang menu makan untuk seminggu ke depan. Di minggu ini, dia telah bereksplorasi dengan beberapa jenis makanan Thailand, meski tidak seluruhnya terlaksana. Dan sebelum minggu ini benar-benar berakhir, dia sudah harus menentukan menu makanan lain untuk disantap. Dan tak diduga, cara ini ternyata mempermudahnya membuat daftar belanjaan."Terserah kamu saja." Desta menjawab, sepenuhnya meletakkan pilihannya pada sang istri."Jangan begitu. Kamu juga akan memakan masakanku nanti. Atau setidaknya beri aku rekomendasi. Asian? Western? African?"Sebuah kerutan muncul di kening Desta kala mendengar kata terakhir yang terucap dari bibir Andin. "Kamu tahu masakan Afrika?" tanyanya sangsi. Tentu saja. Jarang ada orang yang menggembar-gemborkan jenis masakan ini. Sangat jarang sekali.Andin tersenyum kikuk. "Nggak. Tapi, aku bisa mencari tahu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02
  • (Not) A Wedding Agreement    Makan Malam Romantis

    Andin mengamati Desta yang tengah menyalakan tiga buah lilin kecil yang sengaja dia tempatkan di tengah meja makan. Matanya terus mengikuti gerak sang suami ketika pria itu berjalan ke arah sakelar lampu, mematikan sumber cahaya di lantai satu, dan hanya menyisakan lampu yang menyala redup di dapur. Kemudian, lelaki itu berjalan kembali ke ruang makan. Desta menarik kursi yang berada tepat di seberangnya, lalu mendudukkan dirinya di sana."Bagaimana? Terlihat romantis, bukan?" tanya Desta, puas akan hasil pekerjaannya. Oh, tentu saja. Dia yang menyiapkan segalanya, mulai dari memasak menu makan malam mereka hingga menata meja makan dengan dekorasi sederhana. Dia cuma meletakkan lilin-lilin kecil itu di sana, dan selesai. Makan malam romantis mereka siap dimulai.Andin terkikik geli. Dia melihat semuanya, bagaimana usaha Desta mempersiapkan semuanya. Sebenarnya, sejak awal tangannya sudah gatal ingin ikut membantu suaminya. Tetapi, lelaki itu mencegahnya dan menyuruhnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-02
  • (Not) A Wedding Agreement    Terbuai Ciuman

    Aktivitas Andin dan Desta di hari Minggu tak jauh berbeda dari akhir pekan mereka sebelum-sebelumnya. Pagi mereka dimulai dengan sarapan bersama, lalu berbagi pekerjaan rumah. Setelahnya, bebas mau melakukan apa. Dan karena mereka hanya tinggal berdua dan sebagian besar pekerjaan telah dikerjakan di hari sebelumnya, waktu bebas pun lebih banyak. Paling sering, tentu, digunakan untuk bersantai bersama. Seperti saat ini, misalnya. Kedua sejoli itu tengah asyik duduk berdempetan dan tampak saling menggoda.Tunggu. Saling menggoda? Benarkah?Nyatanya, hanya Desta-lah yang menggoda Andin. Pria itu sengaja menciumi leher dan pundak terbuka Andin sehingga sang istri menggeliat kegelian. Parahnya, kedua tangan Desta mendekap Andin erat hingga wanita itu cuma bisa berontak di tempat, tanpa bisa kabur."Hentikan," ujar Andin di sela-sela tawa akibat rasa geli yang ditimbulkan bibir Desta.Bukan Desta namanya bila dia langsung mematuhi permintaan Andin, apalagi di s

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • (Not) A Wedding Agreement    Kemunculan Raya

    "Selamat pagi, Pak Desta," sapa Raya sembari menyunggingkan senyum lebarnya kepada sang atasan yang berdiri dan sedang membukakan pintu untuknya."Sedang apa kamu di sini?" tanya Desta, jelas kaget melihat keberadaan Raya di depan pintu rumahnya. Tentu saja. Dia sama sekali tak memanggil sekretarisnya itu. Begitu pun Raya yang tak mengabarinya soal kunjungannya ini. "Ada apa?" Dia kembali bertanya di tengah rasa keterkejutannya."Saya ingin menyerahkan berkas yang dikirimkan sekretaris Pak Rion untuk meeting Bapak besok. Pak Rion juga berpesan melalui sekretarisnya kalau Bapak diminta mempelajarinya dulu agar pertemuan besok berjalan lancar," jawab Raya panjang lebar. Dia lalu merogoh tas besarnya dan mengeluarkan berkas bermap hijau dari dalamnya. Disodorkannya map tersebut kepada Desta. "Ini, Pak."Desta menerima benda itu dengan perasaan campur aduk. Dia heran sekaligus bingung dengan situasi mendadak ini. "Bukankah jadwal meeting dengan Pak Rion besok setela

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-04
  • (Not) A Wedding Agreement    Gemas

    "Sayang," panggil Desta seraya mengikuti langkah kaki Andin menuju ruang santai. Dilihatnya wanita itu menghempaskan tubuhnya agak keras ke sofa besar di sana. Tampak gurat-gurat kekesalan di wajah cantiknya, atau mungkin cemburu, yang tak lagi disembunyikannya seperti tadi. Andin marah, tentu saja. Dia pun akan bereaksi serupa jika pria yang menyukai istrinya muncul di depan rumah mereka. Rumah ini adalah area pribadi mereka yang tak bisa seenaknya dijajah oleh tamu tak diundang."Boleh aku duduk di sebelahmu?" tanyanya yang langsung mendapat tatapan nyalang dari Andin. Wanita itu tidak menjawab. Tidak pula menunjukkan gestur penolakan. Jadi, dia menganggap Andin mengiyakannya.Dia segera mendudukkan dirinya di samping wanitanya. Ditatapnya Andin penuh sayang. Lalu, tangannya terjulur untuk menyentuh wajah Andin, tetapi dengan cepat ditepis oleh istrinya."Don't touch," desis Andin tajam. Kedua tangannya bersidekap sebagai bentuk defensi dirinya atas situasi ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-05
  • (Not) A Wedding Agreement    Obrolan Sahabat

    "Dia melakukan apa?" tanya Dewi tampak begitu terkejut."Datang ke rumahku tanpa diundang." Andin mengulang informasi yang baru saja disampaikannya.Seperti biasa, kegiatan rutin dalam persahabatan jarak jauh Andin dan Dewi adalah saling berhubungan melalui panggilan video setidaknya seminggu sekali. Harinya bebas. Tergantung waktu senggang yang dimiliki masing-masing dari mereka. Dan berhubung Andin merupakan seorang pekerja lepas, waktu luangnya pun tak terbatas. Ditambah Dewi yang sedang mengambil cuti panjangnya dalam rangka mempersiapkan kelahiran Blue, putri pertama mereka, waktu bercengkerama keduanya pun menjadi lebih sering. Praktis, di hari-hari kerja saat Andin sendirian di rumah, sama halnya dengan Dewi, mereka akan menyempatkan untuk bicara, entah itu lewat sambungan telepon atau bertatap muka menggunakan video call."Berani sekali dia!" seru Dewi kesal. Hanya mendengar cerita sahabatnya saja sudah membuatnya geram, bagaimana jika mengalaminya langs

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-06
  • (Not) A Wedding Agreement    Delicious

    "Bagaimana?" Andin bertanya dengan mata yang menatap penuh harap Desta. Saat ini, keduanya tengah duduk berdampingan menikmati makan malam di meja dapur minimalis mereka.Desta menutup mata, berusaha merasai makanan di dalam mulutnya, setelah sebelumnya tergiur akan bau yang menguar dari masakan yang tersaji di depannya. "Hmm," gumamnya seraya mengunyah pelan potongan daging berwarna gelap kaya akan rasa tersebut. "Kamu pernah gagal membuat masakan?" Dia bertanya usai menelan makanannya."Pernah, walaupun nggak sering," jawab Andin masih memperlihatkan tatapan yang sama saat memandang Desta. "Rasanya nggak sesuai seleramu, ya?" tanyanya ragu dan khawatir.Desta menoleh ke arah Andin dan memandang istrinya cukup lama. Lalu, sebuah senyum terukir di wajahnya. "Ini enak. Aku belum pernah memakan makanan ini. Apa namanya?" Rentetan kalimat itu dia ucapkan. Dia kembali menyendokkan suapan lain ke mulutnya.Helaan napas pelan keluar dari bibir Andin. Dia lega k

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-07

Bab terbaru

  • (Not) A Wedding Agreement    Selalu Mengganggu

    "Senang akhirnya bisa bertemu dengan nyonya baru Adiyaksa," komentar seorang lelaki muda saat melihat kehadiran Andin di sisi Desta.Ya, ini merupakan acara makan malam yang Andin setujui siang tadi. Karena itulah, dia langsung mengenali sepasang pria dan wanita yang dihampirinya. Rizky dan Ulya. Mereka berdua masih tampak muda. Dia perkirakan, usianya tak terpaut sangat jauh darinya. Mungkin, sekitar lima sampai tujuh tahun.Itu artinya, mereka berusia di sekitar pertengahan tiga puluh."Makasih, Pak Rizky." Andin mengulas senyum lebarnya kepada lawan bicaranya. "Saya juga senang bisa bertemu Bapak dan istri Bapak. Makasih atas undangan makan malamnya," lanjutnya. Sopan santun dan basa-basi agak berlebihan, sepertinya, dibutuhkan dalam situasi ini. Semua itu demi menjaga keharmonisan relasi di antara mereka. Bukan hanya urusan pekerjaan, melainkan hubungan mereka selayaknya manusia biasa.Ah, terlalu bijaksana sekali kalimatnya. Intinya,

  • (Not) A Wedding Agreement    Kejutan Menyebalkan

    Apa yang kamu lakukan di sini?Rasa-rasanya, Andin ingin meneriakkan pertanyaan tersebut sekeras mungkin. Hal itu selaras dengan keterkejutan yang menderanya. Bagaimana tidak? Dia melihat wanita itu di sini, di hadapannya dengan koper berukuran sedang berada di sampingnya."Kenapa kamu di sini?"Untungnya, Desta telah menggantikannya mengujarkan kebingungannya. Oh, Andin yakin suaminya pun dilanda rasa yang sama. Apa yang dilakukan Raya di sini?"Saya menggantikan Pak Lukman untuk ikut Bapak ke Bali." Jawaban itu mengalun lancar dari bibir Raya seolah-olah memang seharusnya dirinya berada di sini, di terminal keberangkatan bandara Soekarno-Hatta di Kamis pagi yang cerah.Andin tak mampu berkata-kata. Raya benar-benar wanita yang tangguh. Kehadirannya mau tak mau telah mengusik rencana indah bulan madunya dengan Desta.Dia kini tak yakin apakah perjalanannya masih bisa disebut bulan madu dengan kemunculan Raya di antar

  • (Not) A Wedding Agreement    Memiliki Anak?

    "Wow.""Apa yang wow?" Andin merespons cepat dengan bibir agak mengerucut. Dia sangat tahu kenapa reaksi itu muncul di layar laptopnya yang menampilkan wajah Dewi. Hanya saja, dia ingin berpura-pura tidak tahu demi menyelamatkan rasa malunya."Kamu." Singkat dan tegas Dewi menjawab. "Aku nggak menyangka kamu seberani itu," komentarnya di akhir kalimat. Semua perkataannya itu merujuk ke satu hal. Adegan di dalam kantor Desta. Itu setelah Andin dengan malu-malu menceritakannya. Sahabatnya benar-benar tak tertebak."Aku nggak melakukan kesalahan." Andin membalas masih dengan cara yang sama."Memang nggak. Nggak ada yang salah dengan bermesraan dengan suami sendiri." Dewi mempertegas pembahasan mereka. Dia tahu Andin sengaja untuk tak lagi menyebutkan kejadian tersebut. Namun, dia tidak akan membiarkannya karena yah, ini merupakan sesuatu yang langka terjadi. "Tapi, kamu tahu sendiri bagaimana di Indonesia. Raya pasti syok melihatnya."

  • (Not) A Wedding Agreement    Merah Padam

    "Oh, maaf, Raya, kamu harus melihat kami begini."Anding sungguh-sungguh ingin menyembunyikan wajahnya saat ini juga. Dia jelas tertangkap basah dalam posisi yang memalukan!Meskipun semua adegan ini ada dalam rencana yang tersusun sesaat setelah Raya membalas sapaannya tadi, tetapi itu sama sekali tak menghilangkan rasa malunya. Walaupun orang yang melihatnya tak lain adalah musuh besarnya, tetap saja dia... malu."Kamu letakkan saja minumannya di meja," ujarnya lagi dengan usaha maksimal mempertahankan keyakinan dalam suaranya. Dia tidak boleh gentar maupun gugup. Dia harus bisa menegakkan egonya di puncak tertinggi. Sekali ini saja.Dari sudut matanya, dilihatnya sang sekretaris berjalan memasuki ruangan Desta. Langkahnya terkesan ragu, terkejut, dan diburu-buru. Sedangkan wajahnya memperlihatkan ekspresi serupa ditambah gurat ketidaksukaan di kerutan yang muncul di keningnya. Tentu saja. Wanita itu tak mampu berkutik di hadapan pemanda

  • (Not) A Wedding Agreement    Pembalasan Pertama

    Sesuai janji yang telah diucapkannya, siang ini Andin mengunjungi kantor Desta dengan menenteng satu tas cukup besar berisi makan siang mereka. Andin yang membuatnya, tentu saja. Masih dengan percobaan masakan Meksiko yang dia harap sesuai dengan selera lidah suaminya.Andin melangkahkan kakinya dengan bersemangat. Entah kenapa hatinya terasa begitu gembira. Otaknya tak berhenti memutar irama menyenangkan yang tak jarang berubah menjadi senandung kecil di bibirnya. Bahkan sampai sekarang pun, nada itu masih menari-nari di sana dan membuat kedua pipinya serasa naik menahan senyum."Selamat siang, Bu Andin," sapa salah satu petugas keamanan yang berjaga dekat dengan eskalator."Selamat siang," balas Andin dengan senyum ramah di wajahnya."Mau bertemu Pak Desta, ya, Bu?"Andin mengangguk. Pertanyaan tersebut mengingatkannya pada kunjungan pertamanya ke tempat ini. Mereka saja tahu dan bisa menebak tujuan kedatangannya, bagaimana mu

  • (Not) A Wedding Agreement    Pagi yang Berbeda

    Pagi ini, Desta terbangun dalam keadaan yang tak biasa.Jangan senang dulu. Semua tidak terjadi seperti apa yang kalian harapkan. Tapi, kalian bolehlah sedikit bersukacita karena progres hubungan mereka semakin meningkat.Mata Desta terpuaskan oleh pemandangan yang tersaji indah di dalam kamarnya. Sebuah visi langka yang sebelumnya hanya menjadi keinginannya semata. Andin. Tentu saja. Wanita itulah yang membuat paginya terasa menyenangkan hingga satu senyum lebar tercetak di wajah sumringahnya.Oh, percintaan mereka tidak terjadi--jika itu yang kalian harapkan. Andin dan Desta hanya tidur bersama dan dalam satu ranjang yang sama. Hanya itu. Namun rupanya, kenyataan itu telah sanggup menghadirkan desiran hangat di dada Desta. Melihat wanitanya tertidur lelap di sampingnya sungguh membuat hatinya lega.Dia melirik sejenak jam dinding di kamarnya sebelum mulai merapatkan tubuhnya ke arah sang istri. Masih ada cukup waktu baginya untuk menikmati situasi ini.

  • (Not) A Wedding Agreement    Keinginan Desta Terkabul?

    Jari-jari Andin menari dengan indah di atas tuts keyboard, mencurahkan seluruh isi pikirannya menjadi deretan kata yang berbaris rapi di layar laptop di hadapannya. Sesekali dia menekan tombol backspace dan mengulang kembali kalimatnya. Tak jarang dia juga berhenti sebentar untuk mencari rangkaian kata yang pas untuk dimasukkan ke dalam tulisannya.Cukup lama Andin berkutat dengan laptopnya. Sudah lumayan lama dia tak menulis. Sudah lama pula dia tak menengok keadaan blognya. Entah bagaimana kabarnya sekarang? Apakah semakin ramai pembaca, atau justru berubah sepi karena terlalu lama dibiarkan?Dia menuliskan resep masakan yang akan di masukkan ke dalam blognya. Agar lebih menarik, dia juga menambahkan cerita dibalik pembuatan makanan tersebut, serta cerita saat proses memasaknya. Tak kalah penting, ulasan dari sang suami pun dia tuliskan di sana supaya bumbu dramanya lebih terasa.Andin menutup lembar pekerjaannya ketika merasa cukup dan tak ada yang ingin dita

  • (Not) A Wedding Agreement    Delicious

    "Bagaimana?" Andin bertanya dengan mata yang menatap penuh harap Desta. Saat ini, keduanya tengah duduk berdampingan menikmati makan malam di meja dapur minimalis mereka.Desta menutup mata, berusaha merasai makanan di dalam mulutnya, setelah sebelumnya tergiur akan bau yang menguar dari masakan yang tersaji di depannya. "Hmm," gumamnya seraya mengunyah pelan potongan daging berwarna gelap kaya akan rasa tersebut. "Kamu pernah gagal membuat masakan?" Dia bertanya usai menelan makanannya."Pernah, walaupun nggak sering," jawab Andin masih memperlihatkan tatapan yang sama saat memandang Desta. "Rasanya nggak sesuai seleramu, ya?" tanyanya ragu dan khawatir.Desta menoleh ke arah Andin dan memandang istrinya cukup lama. Lalu, sebuah senyum terukir di wajahnya. "Ini enak. Aku belum pernah memakan makanan ini. Apa namanya?" Rentetan kalimat itu dia ucapkan. Dia kembali menyendokkan suapan lain ke mulutnya.Helaan napas pelan keluar dari bibir Andin. Dia lega k

  • (Not) A Wedding Agreement    Obrolan Sahabat

    "Dia melakukan apa?" tanya Dewi tampak begitu terkejut."Datang ke rumahku tanpa diundang." Andin mengulang informasi yang baru saja disampaikannya.Seperti biasa, kegiatan rutin dalam persahabatan jarak jauh Andin dan Dewi adalah saling berhubungan melalui panggilan video setidaknya seminggu sekali. Harinya bebas. Tergantung waktu senggang yang dimiliki masing-masing dari mereka. Dan berhubung Andin merupakan seorang pekerja lepas, waktu luangnya pun tak terbatas. Ditambah Dewi yang sedang mengambil cuti panjangnya dalam rangka mempersiapkan kelahiran Blue, putri pertama mereka, waktu bercengkerama keduanya pun menjadi lebih sering. Praktis, di hari-hari kerja saat Andin sendirian di rumah, sama halnya dengan Dewi, mereka akan menyempatkan untuk bicara, entah itu lewat sambungan telepon atau bertatap muka menggunakan video call."Berani sekali dia!" seru Dewi kesal. Hanya mendengar cerita sahabatnya saja sudah membuatnya geram, bagaimana jika mengalaminya langs

DMCA.com Protection Status