Share

10. Cora

last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-29 02:40:46

SABRINA

Pak Samudra dengan Cora?

Wow.

Dia tahu bahwa bosnya adalah playboy kelas ulung, tapi Cora ada di level berbeda dengan para perempuan yang pernah dikencani bosnya. CORA!

Dia salah satu penyanyi papan atas untuk saat ini, sangat bertalenta, dengan suara emas yang sangat unik. In a short, very impressive! Bahkan Sabrina ngefans berat dengan Cora. Selama ini penyanyi ini selalu bersih dari gossip, dan tahu-tahu…BAM! Foto dia dengan bosnya ada di mana-mana. Tentunya dia bukan siapa-siapa dibanding dengan Cora, pikirnya agak kehilangan kepercayaan diri. Lah memang kenapa pakai membandingkan diri dengan Cora segala?

Tapi lagi-lagi siapa yang bisa menolak pesona sang bosnya. Dia bisa saja playboy, tapi dia muda, ganteng dan kaya. Bahkan Sabrina sendiri luluh lantak kesengsem dengan sang bos, tapi sekarang sudah terang benderang, seperti tengah hari yang terik sang bos berpacaran dengan Cora. Dia tersenyum asem, seperti habis menelan air lemon satu kilo.

Ketika dia berjalan kembali ke arah ruangannya dia melihat beberapa staf wanita sedang asik bergosip tentang sang bos dan Cora. Dan sekarang seluruh kantor tahu bosnya menggaet artis papan atas. Sisi baiknya, gunjingan antara dia dan bossnya sewaktu gala dinner kemarin akan lenyap. Sisi buruknya? Why does it have to be Cora????

Tetapi kenapa dia harus sangat perduli dengan sang bos dengan siapapun, walaupun itu Cora sekalipun. Yes, bosnya sangat charming tapi dia sudah bertunangan. Dengan pacar yang tidak kalah tampan. Sabrina melirik cincin tunangan di jari manisnya. Sang bosnya bisa berpacaran dengan 10 perempuan sekaligus, dia tidak akan perduli. Tidak akan!

Dia menghempaskan diri di kursi duduknya, termenung kesal dengan berita tentang Samudra dan Cora sebelum kemudian ingat akan trip ke Paris. Yes Paris, dengan sang bos.

Biarin aja Cora yang jadi pacarnya, gue yang akan terbang ke Paris sama dia!

Bagaimana rasanya trip dengan Samudra, hanya berdua saja, selama beberapa hari, ke Paris pula. Sabrina tanpa sengaja tersenyum, dalam hati dia semangat dengan kesempatan berdua saja dengan bosnya. Menikmati Paris.

Konyol ! Ini kan trip untuk kerja, menyelesaikan bisnis deal, bukan pacaran. Lagi pula sang bos sedang tergila-gila dengan Cora. Dia membikin note dalam hati untuk tidak ngefans lagi dengan penyanyi satu itu. Absolutely no!

Ooohh…tapi lagu barunya itu catchy banget.

Dia mendapatkan panggilan darurat untuk pulang ke rumah. “Ada rembug penting” kata ibunya di telpon yang membikin dia berpikir rembug penting apakah gerangan sampai-sampai dia diharuskan pulang di hari kerja. Lokasi apartemen dia tidak terlalu jauh dari rumah, dan biasanya dia selalu rajin mengunjungi orang tuanya setiap weekend, sudah menjadi acara keluarga untuk sarapan pagi bersama di hari minggu. Keluarga yang berisi tiga orang, bapak ibu dan Sabrina.

“Jadi kalian sudah menentukan tanggal belum” sang ibu menodong ketika Sabrina baru duduk dan memandangi gudeg buatan ibunya dengan penuh pesona.

“Tanggal apa bu?” jawab Sabrina, tidak sabar menunggu bapak atau ibunya menyendok makanan ke piring-piring beliau yang berarti dia bisa bebas untuk mulai menikmati gudeg idola.

“Kok tanggal apa piye? Ya buat pernikahan kalian to” sang ibu menjawab sembari mengambil piring Sabrina untuk menyendokkan makanan. Dia tahu putri satu-satunya sudah tidak sabar untuk menikmati menu favoritnya.

“Oohh…” Sabrina benar-benar lupa bahwa tahapan setelah tunangan adalah menikah. Dan mereka harus menentukan tanggal pernikahan, baik keluarganya dan keluarga Teddy sudah sama-sama tidak sabar. Tapi kenapa harus terburu-buru? Toh mereka sudah bertunangan, dan Sabrina dengan sangat khidmat selalu mengenakan cincin pertunangannya. Menikah bisa kapan saja, maksud dari kapan saja adalah nanti-nanti, lagipula dia tidak akan ke mana – mana.

“Sabrina sedang berdiskusi dengan Teddy ibu, kan nggak boleh sembrono memilih tanggal pernikahan” sejujurnya dia belum menyinggung masalah menikah dengan Teddy.

“Jangan terlalu lama, bapak sudah pengin menimang cucu” kali ini bapaknya angkat bicara.

Bam cucu!

Sabrina hampir keselek telur pindang coklat nan gempal, dia buru-buru meminum air putih yang tersedia di depannya. Rasanya seperti reality check, tidak hanya mereka diharapkan untuk menikah dengan segera tapi juga cepat memproduksi anak. Sesuatu yang belum pernah dia pikirkan. Dia mencintai Teddy, tapi punya anak? Ide itu masih sangat jauh dari pemikirannya. Teramat sangat jauh.

“Nggih pak” jawab Sabrina singkat.

Dalam hati dia mencelos, dan lagi-lagi Samudra muncul dalam kepalanya. Kenapa sih orang ini rajin banget nongol, suushh….suusshh….pergi sana.

****

Teddy sedang asik menonton tv ketika Sabrina kembali ke apartemennya “kamu nggak bilang akan ke sini?” tanya Sabrina agak kaget. Kali ini dia kuatir Teddy akan membicarakan hal yang sama dengan orang tuanya, tanggal pernikahan.

“Ibu memberi tahu kamu dipanggil pulang” kata Teddy dengan mata memberikan “kode rahasia”, dia tahu persis Teddy tahu apa yang bapak ibunya bicarakan dengan dia.

“Ya…ibu masak gudeg” jawab Sabrina mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Hon…sepertinya sudah saatnya kita menentukan tanggal”

There you go, kalimat yang dia coba hindari dari awal. Dengan bapak ibunya dia bisa menghindar dengan jawaban “nggih” atau “saya sedang diskusi dengan Teddy” tapi bagaimana dia bisa menghindar dari Teddy sendiri.

Sabrina duduk di samping Teddy, menggenggam tangannya dan menatap mata Teddy “aku lagi fokus sama deal dengan Paris, shall we talk about it after I get the deal? Ini deal pertama yang sangat penting buatku di SAP”

“Kapan menurut kamu urusan dealnya selesai?” jelas terlihat nada kecewa dalam pertanyaannya.

“3-4 weeks” Sabrina tersenyum.

“Anything for you honey” Teddy mencium bibir Sabrina. Dia membalasnya tidak dengan sepenuh hati, hanya karena dia harus membalas ciuman sang pacar. Teddy kembali mencium bibir Sabrina dengan sepenuh hati, sambil mulai meraba dada Sabrina. Dia dengan pelan menepis tangan Teddy.

What? Sekarang kamu tidak mau make out dengan aku?”

“Aku agak capek, meeting seharian dan besok ada meeting lagi pagi-pagi” kilah Sabrina sambil mengecup bibir Teddy meminta maaf. Sejujurnya tidak ada meeting besok pagi, dia akan sibuk tapi bukan meeting pagi-pagi. Bayangan Samudra berkelebat ketika Teddy menciumnya, dan dengan perasaan bersalah dia berharap Samudra yang mencium bibirnya.

Teddy menarik diri, biarpun kecewa dia selalu penuh pengertian terhadap Sabrina. Dia tidak pernah memaksakan sesuatu yang Sabrina tidak menginginkan, dan itu salah satu karakter yang dia sangat suka dari Teddy.

“Hey aku melihat bos kamu di berita hari ini…dengan Cora….wow…bos kamu memang hebat”

Bahkan Teddypun tahu gosip sang bos dengan Cora “hhmm ya” jawabnya singkat. Sumpah, dia tidak mau lagi menderngar tentang Cora. Sudah cukup…cukup dan cukup!

“Di kantor tidak jadi perbincangan? Photonya ada di mana-mana” celoteh Teddy lagi. Dalam hati dia tidak mau mendengar apapun tentang Samudra dan Cora.

“Itukan kehidupan pribadinya. Kantor nggak ngurusin kehidupan pribadi bos”

Bohong!!

Hampir seluruh kantor sibuk bergunjing antara sang bos dan Cora, bahkan Nia sang sekertarispun sepertinya ikut kebakaran jenggot.

*****

Lusia salah satu sahabat Sabrina menodong untuk mampir ke kantor sebelum acara bertemu mingguan mereka. “Pengen lihat kantor kamu, lagian siapa tahu suatu saat aku juga bisa ngantor di sana”, dia memang sudah lama “mengincar” SAP group untuk tempat bekerja. Dia muncul di kantor Sabrina dengan mengenakan celana capri biru dan blouse biru muda berbelahan dada cukup rendah “wow…kamu ada “bisnis” ke mana sista dengan outfit begini?” tanya Sabrina dengan melayangkan pandangan ke arah belahan dada Lusia.

“Bos kamu kan ganteng, siapa tahu aku bisa ketemu” bisiknya pelan. Yeh, tambahan lagi deh nih calon penggemar bos ganteng. Seperti Cora kurang cukup saja untuk menyingkirkan semua wanita yang dengan berani-beraninya melirik Samudra.

Sabrina menarik Lusia ke arah ruangannya “be a good girl, aku perlu menyelesaikan sesuatu and we are good to go”.

Lusia berkeliling ruangan Sabrina “impressive” katanya mengagumi ruangan kerja sahabatnya yang cukup besar dengan view indah kota Jakarta.

“Evening ladies” terdengar suara yang sangat familiar, Sabrina mendongak dan bosnya sedang berjalan memasuki ruangan. Mempesona seperti biasa, dia bertanya-tanya bagaimana tampang sang bos sehabis bangun tidur. Walaupun dia yakin dalam keadaan rapi, melek atau merem sekalipun sang bos tetap menawan.

“Sore Pak” jawab Sabrina, terdengar lebih ramah dari biasanya.

“I see you got company”

“Oh Ini Lusia teman saya. Lusia ini Pak Samudra”

Lusia dengan terlalu sigap menghampiri tangan Samudra, menjabat tangannya dengan antusiasme yang agak berlebihan “Halo…Lusia, selamat sore”. Samudra menjabat tangan Lusia dan memberikan senyum terhangat, dia yakin saat ini sahabatnya sedang meleleh luluh lantak oleh pesona sang bos. You are not the only one dear….not the only one.

“Saya hanya perlu sebentar dengan Sabrina, setelah itu silahkan menarik dia dari kantor” kata Samudra dengan suara dalam penyiar radionya. Hhhmm…ini kenapa banyak perempuan takluk terhadap Samudra, dia yakin walaupun hanya dengan mendengar suaranya banyak perempuan akan setuju ngedate dengannya.

“Kamu sudah finalized schedule untuk ke Paris?”

“Sudah Pak, Nia sedang mengatur booking flight dan hotel”

“Ok kalau begitu. I’ll let you two have fun…evening ladies” Samudra memohon diri selayaknya seorang gentlemen sejati. “Tolong jangan biarkan Sabrina berada terlalu lama di kantor, dia terlalu banyak bekerja” lanjutnya lagi sembari mengedipkan salah satu matanya. Sumpah aku seperti es krim yang di jemur di tengah matahari terik. Meleleh.

“Omaygad…..sumpah bos kamu lebih tampan dari aktor manapun” Lusia terpesona dengan cring-cring mata bak poos in boots.

Sabrina menanggapi tersenyum dengan celotehan sahabatnya. “How can you stand it, punya bos seganteng itu?”

“Hhhmm….susah” jawab Sabrina sambil lalu.

“Gue berubah pikiran! Gue nggak mau kerja di sini. Gue mau jadi pacar bos kamu saja !” Lusia berkata seperti mendapat pencerahan.

“Girl….berarti kamu harus bersaing dengan Cora” dan bersaing dengan gue, pikir Sabrina. Dia memang belum pernah bercerita ke siapapun bahwa dia mempunya perasaan dengan sang bos. Semenjak bekerja di sini. Oh no…semenjak pertama kali dia melihat Samudra. in person, bukan di majalah. Dia kan bukan Leonardo de Caprio. “Menurut kamu apakah normal ketika kamu berada dalam serious relationship tapi mempunyai perasaan ke orang lain?” lanjut Sabrina.

“Maksud kamu, kamu tunangan dengan Teddy dan sekarang naksir bos kamu yang ganteng itu?”

“For example” Lusia sudah seperti dukun untuk Sabrina, percuma dia mencoba menutup-nutupi apapun dari sahabatnya ini. Dia selalu tahu, bak supir bajaj.

“Girl…kita nggak bisa ngatur mau naksir ke siapa, mau jatuh cinta ke siapa. Yang paling penting adalah you make the right choice. Sesuai kata hati kamu”

Right choice, sesuai dengan kata hati.

Sabrina memikirkan perkataan sahabatnya itu. Apakah sekarang dia membikin keputusan yang benar, bertunangan dengan Teddy disaat pikirannya tidak pernah bisa terlepas dari Samudra?

Baru kali ini dia benar-benar tidak tahu mana yang benar atau salah. Karena mungkin tidak ada benar atau salah, dia berada di area abu-abu. Di mana dia mencintai Teddy, dan hatinya terbagi dengan laki-laki lain.

Bersambung....

Bab terkait

  • No, it's You!   11. Paris

    SAMUDRAParis.Sudah lama dia tidak ke sini, serasa sudah puluhan tahun yang lalu. Walaupun the city of love ini pernah sangat dekat dengannya. Samudra menghabiskan dua tahun di sini, dua tahun dalam hidupnya yang sangat membekas. Bertahun-tahun belakangan dia memilih menghindari kota ini, walaupun sebagai pebisnis dia banyak melanglang buana tetapi Paris adalah kota yang dia hindari.Trip kali ini adalah ide yang begitu tiba-tiba, tanpa rencana sebelumnya. Dengan qualiti sehandal Sabrina, kehadirannya tidak terlalu dibutuhkan. Tanpa diapun Sabrina akan berhasil menutup deal dengan mulus.Tetapi kenapa tidak? Kehadirannya adalah nilai plus dari sisi bisnis dan bisa berdua dengan Sabrina selama beberapa hari, walaupun itu harus di Paris.Nia sang sekertaris agak curiga ketika Samudra terkesan sangat picky dengan hotel. Dengan sangat tegas dia meminta hotel dengan the best view di paris, dan lagi-lagi Nia sang

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • No, it's You!   12. Realita

    SAMUDRASabrina memang manager yang sangat handal, seperti sudah dia prediksi, dia bisa menutup deal dengan sangat mulus. Mereka berdua berjalan ke arah hotel selesai makan malam bersama klien bisnis merena. “Well done Sabrina” puji Samudra, “tidak hanya sukses dengan deal satu ini bahkan sudah ada lampu hijau untuk bisnis yang lain. I am impressed”“Saya tidak akan berusaha untuk modest. I know what I am doing” kata Sabrina jenaka tetapi penuh percaya diri. Samudra tersenyum ke arah Sabrina, dia terlihat agak sedikit menggigil, mungkin jacket yang dia kenakan tidak cukup untuk menangkas udara malam musim gugur yang mulai dingin. Samudra membuka coat panjang yang dia pakai, dan mengenakannya ke pundak Sabrina. “There…this should keep you warm”.Agak kaget dia memandang ke arah Samudra, jelas-jelas tidak mengharapkan sikap dari sang bos. “Thank&

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • No, it's You!   13. Selingkuh

    SABRINADia melangkah agak canggung di samping Teddy, celotehan Teddy hanya dia tanggapi dengan “e hem” atau “ya”. Merasa sangat bersalah dengan Samudra, dia bisa melihat jelas tatapan tidak suka Samudra ketika melihat Teddy yang walaupun dia coba tutupi dengan senyum ramah. Dia juga takut Teddy akan tahu bahwa dia sudah berselingkuh darinya.Jadi begini rasanya. Ini adalah pengalaman pertama dia berselingkuh dan dia bersumpah dia tidak ingin berselingkuh lagi. Tapi Samudra?It was so good and so right ketika dia bersamanya. Nggak tahu kenapa. Ternyata dia juga memendam rasa ke Sabrina, bahkan dia bilang dia mencintainya.Sabrina seperti terbang ke langit ke tujuh, kalau benar ada langit ke tujuh. Intinya dia Bahagia, super duper Bahagia. Dan sekarang dia setengah mati takut ketahuan.Aaarrgghh kenapa jadi complicated begini.“Hon…sudah sampai. Kamu dari tadi melamun terus&

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • No, it's You!   14. Ketahuan

    SABRINA“Mau mampir ke tempatku?” tanya Samudra ketika mereka sedang “dinner rahasia” di tempat yang tidak terlalu rahasia.“Ada apa di tempat kamu?”“Mmmm…aku….and my foot prints all over the place”“Tidak terlalu menarik” kata Sabrina jenaka sambil menyendok makanan terakhir dari piringnya.“So….sudah berapa banyak wanita yang masuk ke apartmen kamu” Sabrina bertanya ketika mereka sedang di dalam lift menuju apartment Samudra.“Hmmm….kamu benar-benar pengin tahu?”. Sabrina mengangguk. “Aku nggak pernah menghitung”“Wow….that many eh?”Samudra merasa terjebak dengan jawabannya sendiri, “tapi tidak ada yang sespesial kamu?”.“Ya…ya….semua playboy bilang begitu”“Kamu menyesal…dengan…ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • No, it's You!   15. What a joke!

    SAMUDRADia tidak pernah merasa cemburu, paling tidak dalam waktu yang sudah cukup lama. Dia tidak perlu merasa cemburu ketika berkencan dengan entah berapa banyak wanita. Kali ini dadanya penuh sesak, marah, cemburu, semua menjadi satu. Tanpa Sabrina harus menceritakan dia bisa mengetahui apa yang terjadi di luar pintu. Ketika dia harus menunggu “bersembunyi”. Bersembunyi! Dia mendengus marah ketika kata itu terlintas di kepalanya. Bersembunyi seperti orang bersalah, bersembunyi karena dia adalah orang ketiga, orang yang tidak boleh diketahui oleh dunia. Dia seorang Samudra Abimanyu sebagai seorang selingkuhan. Lelucon yang sangat tidak lucu!Mereka masih terdiam semenjak meninggalkan apartemen Sabrina, dia mengemudikan mobilnya ke arah Sudirman. Samudra menggenggam erat kemudi mobilnya seolah-olah benda mati itu akan meloncat keluar kalau sedikit saja dia melonggarkan pegangannya.“I am sorry”

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • No, it's You!   16. Sudah saatnya

    SABRINA“Sudah saatnya Sabrina….kalian sudah bertunangan beberapa bulan to. Ndak ilok kalau lama-lama” ibunya memberikan wejangan ketika mereka sarapan keluarga bersama di minggu pagi. Sarapan keluarga yang juga dihadiri oleh Teddy yang tadi pagi begitu semangat menjemputnya. Buat bapak dan ibu Sabrina, Teddy sudah termasuk keluarga. Tidak aneh ketika Teddy hadir di acara-acara keluarga Sabrina.Dia menghela nafas lirih, mencoba menyembunyikan keberatannya. Jujur dia tidak mau mengingat-ingat tentang tunangan, apalagi memikirkan tanggal pernikahan. Bagaimana dengan Samudra seandainya dia menikah? Sabrina menyeruput kopi di cangkirnya dengan perlahan, sengaja mengulur waktu untuk memberikan jawaban. Jawaban yang sejujurnya dia tidak punya. “Ibu ini…sekarang kan sudah jaman modern, masak masih ada istilah nggak ilok” hindarnya.“Ya kalau kamu tunangan tapi ndak nikah-nikah, itu namanya tidak ilok. Lha kamu

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • No, it's You!   17. It's gone

    SAMUDRA Samudra menghela nafas dalam, seolah ingin mengeluarkan beban di dalam tubuhnya. Dia memutar kursi memandangi pemandangan Jakarta dari arah ruangannya. It’s gone! Dia pikir dia mendapatkannya, tapi ternyata tidak. Untuk beberapa saat dia merasa menjadi seseorang paling beruntung di dunia, tapi tidak berlangsung lama. Dia tahu dia merasa Bahagia ketika bersama Sabrina, tetapi dia baru sadar betapa membahagiakannya momen-momen tersebut. Sekarang, setelah dipastikan bahwa dia bukanlah laki-laki yang akan mendampingi Sabrina selamanya. Dia sudah lupa atau sengaja melupakan betapa sakitnya ditinggal seseorang yang sangat dia cintai. Dan sekarang lagi. I should have known better, pikirnya. Dia tahu Sabrina sudah bertunangan dan dia masih mecoba menjalin hubungan dengannya. I should prepare better, pikirnya lagi. Tiga hari setelah dinner dengan Sabrina dia belum bertemu dengannya lagi. Kebetulan jadwalnya sel

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • No, it's You!   18. Dunia memang kejam Jenderal!

    Samudra menenggak gelas brandynya. Dia tidak terlalu suka alkohol, tetapi hari ini dia merasa membutuhkan sesuatu untuk membuatnya rileks. Dia tidak kembali ke ruang kerjanya setelah berbicara dengan Sabrina. Melangkah keluar meninggalkan gedung kantor tanpa rencana, hanya meninggalkan pesan ke sekertarisnya bahwa dia tidak akan kembali ke kantor.Akhirnya dia duduk di sini. Di bar salah satu hotel bintang lima tidak jauh dari lokasi kantornya. Dia menenggak habis gelas brandy di tangannya. Kepalanya agak pusing, perpaduan antara alkohol dan kehidupan cintanya yang kandas ternyata adalah resep manjur untuk sakit kepala.“Sepertinya masih terlalu sore untuk minum” suara seseorang disampingnya. Dia menoleh mendapati sesosok wanita cantik berpakaian seksi. Dia merespon dengan senyuman. “Samudra Abimanyu? Saya Karina” lanjut wanita seksi itu lagi.Hal terakhir yang dia inginkan adalah gangguan, apalagi dari seorang wanita. Sudah cukup satu wa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07

Bab terbaru

  • No, it's You!   42. Sweet break

    SABRINA “Si Pak bos Ke mana mbak?” tanya Sabrina ke Nia melalui sambungan telephon kantor. “Belum balik dari makan siang mbak,” jawab Nia. Dia mengerutkan kening, dia melirik jam di pergelangan tangannya sudah hampir jam 3 sore dan Samudra belum balik dari makan siang. “Memang ada business lunch mbak?” Tanyanya lagi. “Nggak tuh, tadi dia pergi sendiri” Mereka sudah berbaikan kembali, setelah dia berhasil mengusir Eloise dari ruangan kantor Samudra tempo hari. Tetapi setelah hari itu dia menemukan ada yang aneh dengan Samudra, dia terlihat lebih pendiam dari biasanya. Agak cool, dia memang selalu cool tetapi yang ini mencurigakan, membuat bulu kuduknya merinding seperti ada jelangkung yang bisa lewat setiap saat. Dia kembali “pulang” ke apartemen Samudra, bercinta lebih panas dari biasanya, mungkin ini karena faktor marahan selama beberapa hari. Tetapi seperti ada yang ditutupi oleh Samudra. Mudah-mudahan bukan El

  • No, it's You!   41. Mengambil alih

    Dia tersenyum mendapati kiriman bunga untuk ke dua kalinya. Perempuan mana yang tidak suka bunga? Dan Samudra tahu betul bunga favoritnya, mawar putih dengan warna pink di ujungnya. Dia membuka kartu kecil yang terselip di rangkaian mawar “je t’aime” tertulis disitu, lagi-lagi dia tersenyum kecil “I love you too” pikirnya. Dia memandang sekilas Samudra yang sedang berada dia di area kopi, ingin melemparkan senyum lebar tetapi dia tahan. Belum ada orang lain yang tahu mereka berpacaran, dan entah bagaimana reaksi para staf nantinya kalau mereka tahu sang bos rajin berkirim bunga kepadanya.Beberapa stafnya langsung menyerbu ke ruangannya, mengagumi rangkaian mawar putih keduanya dan tentunya memburu untuk mendapatkan informasi siapa pengirimnya. Sabrina hanya menjawab dengan senyuman. Belum waktunya, dia berfikir dalam hati, nanti kalau saatnya sudah tepat. Untuk saat ini cukup mawar-mawar putih ini saja yang bisa menjadi konsums

  • No, it's You!   40. Mawar putih

    Dia memandangi Sabrina yang tengah asik tenggelam dengan bacaannya, kisah cinta antara Elizabeth Bennet dan Mr. Darci yang menurutnya terlalu angkuh. Buku itu terlihat sudah cukup usang, entah sudah berapa kali dibuka oleh Sabrina untuk membaca kisah percintaan pada abad ke 19 tersebut.Dia sendiri sedang memegang buku tentang camp Auschwitz, yang sudah beberapa saat dia coba untuk baca tetapi tidak satupun kata berhasil terekam di otaknya. Pikirannya berkecamuk tentang Eloise, dengan ciuman itu. Shit! Bagaimana dia akan menjelaskannya ke Sabrina.“What do you think about Mr. Darcy?” Tanya Sabrina tiba-tiba, dia menurunkan buku sehingga hanya menutupi setengah dari wajahnya.“I don’t like that arrogant dude.” “That arrogant dude? Hey … yang kamu bicarakan itu Mr. Darcy.” Katanya seolah tidak rela dengan perkataan Samudra. dia menurunkan bukunya, menampakkan seluruh wajahnya yang tetap ter

  • No, it's You!   39. Madeline

    SABRINALebih gugup dari biasanya dia berjalan ke arah restoran tempat dia berjanji bertemu dengan Teddy untuk makan siang. Matanya berkali-kali menyapu keadaan sekeliling untuk memastikan tidak ada orang yang dia kenal melihat, apalagi Samudra.Ketika dia sampai di restoran Teddy sudah menunggu di sana, tersenyum sumringah menyambut kedatangannya. Melihat Teddy membuatnya sedikit lega walaupun dalam hati dia memendam rasa bersalah, dia sudah meminta Samudra untuk menyudahi hubungan dengan Eloise tetapi kenapa dia masih terus saja bertemu dengan mantan tunangannya di belakang Samudra.Baginya Teddy adalah smooth sailing, berlayar tanpa rintangan ombak, membelah biru lautan dengan lepas dan tanpa halangan. Entah kenapa dia meninggalkan cinta yang tenang tanpa ombak itu, untuk cinta lain yang penuh gejolak.“Hai, aku sudah pesenin makanan kesukaanmu.” Kata Teddy riang, tentu saja dia selalu tahu apa kemauan Sabrina, termas

  • No, it's You!   38. Campur aduk

    SAMUDRAEloise harus dirawat di rumah sakit.Dia menemani wanita itu dari mulai ditangani di ruangan gawat darurat hingga akhirnya mendapatkan kamar untuk menginap. Harus mengenyampingkan dahulu janjinya ke Sabrina untuk tidak berhubungan lagi dengan Eloise, dia saat ini sedang butuh bantuan dan dia tidak punya siapa-siapa di Jakarta.“Call me when you need anything ok.” Katanya, sebelum pergi meninggalkan rumah sakit dengan tidak tega. Bagaimanapun dia pernah sangat dekat dengan Eloise, dia pernah menjadi emergency contact wanita itu begitu juga sebaliknya, ketika mereka tinggal bersama di Paris. Meninggalkannya ketika dia sedang sakit membuatnya gundah.Sudah lewat tengah malam ketika dia sampai di apartemen. Mungkin Sabrina sudah tertidur, pikirnya. Walaupun dia tidak banyak berbicara ketika dia berpamitan untuk mengantar Eloise ke rumah sakit, dia tahu Sabrina tidak suka.Dengan berhati-hati dia membu

  • No, it's You!   37. Masa lalu

    SAMUDRA“Jadi sekarang dia rajin berkunjung ke sini?” katanya, setelah Teddy meninggalkan mereka.Sabrina terlihat menghela nafas. “Aku tidak tahu, dia tiba-tiba saja muncul di sini.” Ada nada bersalah dalam kalimat Sabrina.“Nanti selanjutnya apa? Tau-tau dia berada di apartemen kamu?”“Jangan ngaco, mana mungkin.” Sabrina membuang muka, seperti tidak yakin dengan perkataannya sendiri. Samudra memandang wajah kekasihnya, atau paling tidak itu yang masih dia yakini, Sabrina masih kekasihnya. Dia menebak-nebak apa yang sedang dipikirkan oleh wanita di depannya ini. Pertama adalah masalah Eloise yang menurut Samudra sudah sangat jelas hanyalah kesalahpahaman belaka, sekarang seperti ada sesuatu yang terjadi antara dia dan mantan tunangannya.“So ... kamu sudah siap untuk bicara lagi dengan aku?” Katanya sembari menyandarkan punggungnya ke dinding. Sabrina menatap ke arahnya, da

  • No, it's You!   36. Konfrontasi

    SAMUDRA“Aku ke apartemen Teddy.”Satu kalimat pendek Sabrina, kalimat pendek yang terasa seperti hantaman tinju ke rahangnya. “We need to talk” katanya, setelah dengan susah payah dia menenangkan diri.Sabrina menatapnya lurus dan tajam. “Pertama kamu mencium dia, lalu kamu bermesraan berdua di bar hotel. Terlalu gampang menganggap bahwa dua kali adalah kebetulan belaka,” katanya sinis.Dia menarik nafas panjang, seperti maling tertangkap basah, sulit menjelaskan ke Sabrina bahwa pertemuannya dengan Eloise yang terakhir adalah murni ketidaksengajaan. “Aku pergi ke sana sendiri, lalu tiba-tiba Eloise muncul …”“That is very convenient,” sergah Sabrina cepat.“Aku tahu kamu marah, tapi bukan dengan melampiaskan bertemu dengan tunangan kamu,” dia tidak bisa menutupi kecemburuannya.“Mantan!” Sergah Sab

  • No, it's You!   35. Cerita lama

    SABRINADia memarkir mobilnya di area parkir apartemen Teddy, terlihat ragu-ragu untuk keluar dari mobilnya. Setelah berdebat dengan diri sendiri dia memutuskan untuk menelpon Teddy tadi malam, belum sampai dering ke dua teleponnya sudah diangkat. Sepertinya Teddy juga sedang mempunyai insomnia seperti dirinya, suaranya tidak terdengar seperti baru saja bangun dari tidur.Dia menanyakan apakah bisa mampir ke apartemen Teddy untuk mengembalikan barang-barang miliknya yang masih berada di apartemen Sabrina.Bohong!Tentu saja, alasan mengembalikn barang hanyalah kedok belaka. Dia ingin bertemu dengan Teddy, ada atau tidak barang yang bisa dikembalikan.Dia menarik nafas sebelum akhirnya membuka pintu mobil. Sudah lama dia tidak menjejakkan kaki ke area apartemen ini, terasa sangat lama. Dia memasuki lobby dengan gamang.“Mbak Sabrina”Dia menoleh untuk mencari suara yang memanggilnya. Ternyata satpam yang sudah

  • No, it's You!   34. There you go

    SABRINAApa aku tidak salah lihat? Pikirnya.Dia mengerjapkan mata beberapa kali untuk memastikan tidak ada yang salah dengan penglihatannya. Ternyata matanya masih sehat, hatinya yang berubah perih dan pilu melihat pemandangan di depannya. Tangan Samudra mengusap lembut pipi Eloise, lalu perempuan itu menggenggamnya sebelum mencium tangan Samudra. Sangat mesra. Samudra seperti menikmati momen itu, memandang lembut ke Eloise.Dadanya naik turun penuh kemarahan. Baru beberapa waktu lalu dia bilang bahwa dia mencintainya, sekarang dia sedang berasyik masyuk dengan perempuan yang sangat dibencinya itu. Dia merasa tertipu, sangat tertipu. Apakah dia telah salah menilai Samudra? Berulang kali Samudra mengatakan bahwa dirinya berbeda, dirinya sangat special buatnya, kini dia mulai meragukan perkataan Samudra. Sangat naif menganggap bahwa laki-laki playboy itu berubah setelah bertemu dengannya. Mungkin memang benar perkataan Eloise, dia tidak ada bedanya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status