Beranda / Pernikahan / Nikahi Aku atau Aku Mati / Gosip di Sebuah Warung

Share

Gosip di Sebuah Warung

Penulis: Gra_Violla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Nirmala langsung mundur dengan cepat begitu tahu siapa yang telah membangunkannya.

“Maaf, Mbak. Kaget, ya? Atau mimpi buruk? Tadi Mbak tereak-tereak seperti kesurupan. Kebetulan tadi saya sedang melintas, mau pulang ke rumah saya.” Seorang laki-laki berumur cukup tua itu menunjuk ke sebuah rumah yang jaraknya sekitar seratus meter dari tempat dirinya tertidur.

Sembari merapikan pakaian dan mengusap wajah, Nirmala mendadak merasa malu. Dirinya benar-benar tidak sadar jika benar apa yang dikatakan bapak-bapak di hadapannya.

“Mbak cari Fitonia, ‘kan? Wajahnya seperti tidak asing. Seperti Mbak-mbak yang sering main ke sini,” lanjut pria itu sangat ramah. Mungkin ia tahu jika Nirmala sempat mencurigai dirinya dengan pikiran yang tidak-tidak karena telah membangunkan dengan telapak tangannya.

Nirmala belum mengeluarkan suara, tetapi mengangguk.

“Maaf ya, Mbak. Saya tidak bermaksud lancang menepuk-nepuk punggung, Mbak. Tadi saya sudah coba bangunkan dengan suara saja, tapi Mbak nggak bangun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Rahasia Besar

    “Mbak Siska!!!” Tanpa ampun, Nirmala menubrukkan diri ke badan seorang wanita yang masih berada di motor. Saking semangatnya, motor matic itu hampir roboh karena ketidaksigapan sang pengemudi dalam menerima pelukan wanita yang tengah bercucuran air mata itu.“Ada apa, Mala? Tangisanmu menakutkan seperti itu. Di pinggir jalan begini, lagi.” Wanita yang dipanggil ‘Mbak Siska’ langsung peka dan mengelus-elus pundak Nirmala menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanannya berusaha mematikan motor melalui kunci kontak.“Kirain aku salah orang tadi. Tapi, dilihat dari jaket dan tas seperti kamu. Makanya aku berhenti. Eh, ternyata beneran kamu. Kenapa? Hah? Nangis kamu seperti abis putus cinta.” Siska—si asal ceplos—itu menyerocos masih dengan tangan mengelus-elus pundak Nirmala yang tak henti-henti menangis.“Pokoknya aku butuh Mbak Siska banget. Bawa aku ke tempat Mbak sekarang, ya?” Nirmala melepaskan diri dan berusaha melakukan kontak mata dengan mantan partner kerjanya itu.“Lho, kena

  • Nikahi Aku atau Aku Mati    Kasus yang Terulang

    Mata lelaki yang tengah memegang benda kecil itu nyalang ke arah lelaki yang lebih muda di hadapannya. Ia seperti dihempaskan ke situasi yang sama pada beberapa waktu lalu.Flashback onBagai mendengar suara petir di siang bolong, pak Jaksa kaget bukan main manakala mengetahui putra semata wayangnya tertangkap tangan sedang berada dalam sebuah pesta narkoba. Lelaki yang sehari-hari disibukkan dengan membesarkan bisnisnya itu tidak menyangka jika putra yang selama ini dianggapnya telah dewasa, mandiri dan baik itu terjerumus ke dalam pergaulan bebas.Ketika mendapatkan kabar melalui asisten pribadinya bahwa sang putra terlibat pesta terlarang dan tengah diperiksa, ia yang saat itu tengah berada di luar pulau pun langsung pulang dan menuju ke lokasi di mana sang putra berada.Melihat putranya berwajah kusut dengan kedua mata hampir tidak kuasa terbuka, hatinya menjerit. Namun, ia harus menahan diri. Sebisa mungkin lelaki itu bersikap elegan. Karena kalau salah sikap, musibah ini bisa mer

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Tamu yang Membawa Emosi

    Anak tangga yang harus dipijak untuk sampai ke ruang tamu masih lima lagi, tapi pak Jaksa menghentikan langkah sejenak. Pria itu menarik nafas dalam-dalam untuk meredakan stress dan emosi. Pikirannya benar-benar sedang kacau.Seseorang di salah satu sofa ruang tamu terlihat punggungnya dari tempat kini dirinya berdiri mematung. Dari caranya duduk, terlihat tamu tersebut tidak nyaman. Terlebih, sepasang kakinya bergerak-gerak diikuti dengan tepukan kedua telapak tangan di paha, hal tersebut menambah kentara betapa sang tamu sedang tidak baik-baik saja.Pak Jaksa memandangi lelaki yang sebaya dengannya itu sembari mengontrol memori yang berkeliaran tiada ampun. Di ruang tamu itu telah duduk seorang rekan kerja yang sedari awal dirinya hijrah ke kota kecil ini telah banyak membantunya. Saking banyaknya bantuan yang diberikan, ikatan rekan kerja pun menjadi seerat persahabatan. Bahkan, persahabatan keduanya yang begitu dekat, sampai terasa seperti saudara tanpa ikatan darah. Mereka ibarat

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Impian Seorang Papa

    “Sudah cukup, Pa!” teriak Lucky sembari mempercepat langkah menuruni anak tangga. Saking takutnya sang papa benar-benar menempeleng lelaki di hadapannya, pemuda tinggi kurus itu sampai hampir terjungkal karena terburu-buru. Untung saja, kesadarannya sudah membaik sehingga bisa langsung menguasai diri dan menghentikan tindakan papanya. Pak Jaksa yang sangat frustasi melampiaskan emosinya dengan mengepalkan tangan, meninju angin dibarengi dengan pekikan putus asa.“Aku tidak mau tahu, pokoknya putrimu harus menikah dengan putraku ini. Kalau tidak, siap-siap masuk bui lagi seperti dulu,” ancam pak Jaksa masih dengan tatapan tajamnya.“A...aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk membawa pulang putriku kembali ke rumah dan mengawinkannya dengan Mas Lucky,” ucap pak Harsono sembari menatap ke kedua lelaki di hadapannya secara bergantian. Ada rasa takut dan malu terpancar di mata lelaki yang terlihat kucel itu.“Apa? memangnya di mana putrimu sekarang?” tanya pak Jaksa semakin geram.“Di

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Perseteruan Sengit

    “Tak sawang-sawang, belakangan ini kamu kok terlihat lesu dan kurang bergairah, Gara? Khodammu yang dulu senantiasa bersinar seperti redup. Ada apa?” tanya salah satu tetangga setelah menyodorkan uang belanja padanya.Mendengar penuturan orang yang terkenal paling vocal di komplek itu, Anggara hanya tersenyum. Senyum yang terlihat berat dan dipaksakan sebenarnya.“Eh, aku dengar kamu habis lamaran, ya? Mau nikah? Kapan?” tanya wanita bongsor itu lagi. Kali ini suaranya agak lirih. Lehernya yang banyak lemak dan membentuk dua lipatan itu maju lebih dekat ke wajah Anggara. Kedua matanya yang bundar mengawasi dengan cermat.“Nah, benar. Kamu harus segera menikah. Umur sudah berapa? Dua lima? Dua enam? Atau berapa? Menikah itu enak, Gara. Nanti bakal ada yang masakin, mijetin, nyediain kebutuhan kamu. Yang pasti...”Wanita menor itu ingin mengucapkan suatu kata, tapi mendadak bungkam dan undur diri begitu melihat Bu Diana datang.“Habis ngomong apa dia? Lihat ibu kayak liat setan, langsung

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Keruntuhan Dunia Nirmala

    Siska membuka pintu indekostnya. Ini adalah kepulangannya kedua kali dan mantan rekan kerjanya masih dalam posisi yang sama—tertidur di kasur lantai. Sebenarnya, pada kepulangannya yang pertama, ia sudah membujuk untuk tidur di ranjang, tapi nyatanya tak beranjak.Wanita berumur kepala tiga itu berjalan lunglai mendekati wanita muda yang tidur dengan posisi meringkuk, seperti menahan sakit. Setelah memperhatikan sekilas, ia hendak bebersih diri ke kamar mandi dan tidur, tapi urung setelah mendengar sebuah igauan. Posisi tidur yang tadinya meringkuk, kini terlentang. Terlihatlah beberapa keringat sebesar biji jagung membasahi kening. Dengan cepat, Siska menempelkan telapak tangannya untuk mengecek.“Astaghfirullah Mala, kamu panas banget!” teriaknya spontan. Dilemparnya tas dan fokus mengurusi Nirmala yang tak berdaya.“Kamu pasti belum makan, ya?” tanyanya lagi. Kali ini tangannya cekatan mengambil tisue bersih dan mengelap keringat yang masih saja bercucuran itu. “Aku ambil minum dan

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Terlalu Rumit

    “Bu, seharusnya Ibu tidak mematikan telepon seperti itu!” Belum pernah Anggara berkata keras pada ibunya. Tapi, kali ini bu Diana benar-benar membuat pemuda lemah lembut itu naik darah. Ditatapnya sang ibu dengan penuh kekecewaan dan kemarahan. Wanita yang umurnya mendekati setengah abad itu sebenarnya kaget melihat amarah sang putra, tapi berlagak santai. Diletakkannya ponsel itu di atas meja, lalu berdehem.“Lagian jadi cewek gatel banget, sih. Maksa kawin, kawin, kawin. Dipikirnya kawin itu mudah apa?” Mata bu Diana berputar-putar berusaha menghindari tatapan selaras dengan tatapan tajam putranya, sementara tangannya bersedekap.“Nah, kamu emang udah kemakan omongan tuh cewek. Jadi berani marah dan melotot ke ibu begitu. Dosa besar tau. Bisa kualat!” ujar bu Diana lagi dengan nada tinggi. Kali ini kekuatan dan rasa percaya dirinya muncul kembali. Ditatapnya sang putra yang masih saja menatapnya penuh keputus asaan.Karena tidak ada respon sama sekali, bu Diana akhirnya meninggalkan

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Mungkinkah Ini Pertanda Jodoh?

    Malam telah larut, tapi Lucky belum juga berniat untuk naik ke ranjang. Tubuhnya masih terasa lengket di kursi gaming. Meski di depannya terpampang layar dengan segala surga kesenangannya, tapi pikiran pemuda itu tengah berkelana. Dirinya masih belum bisa move on dari rentetan-rentetan kejadian kemarin. Terlebih, saat dengan penuh menggebu-gebu, ia menyaksikan papanya mengamuk pada orang yang selalu disebut kawan terbaik. Padahal, sebelumnya sama sekali tak pernah dilihatnya sang papa berperangai begitu.“Apa papa benar-benar begitu ingin aku menikah dengan gadis itu?” tanya Lucky dalam hati. Pikirannya melayang mencari-cari kemungkinan alasan perjodohan itu begitu diharapkan sang papa.Namun, sebelum menemukan kemungkinan yang paling masuk akal, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Lucky memang sudah terbiasa dengan panggilan dengan nomor yang tidak dikenal, karena ia yakin bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Maka, tanpa ragu pemuda itu menyahut panggilan tersebut.“Halo?” s

Bab terbaru

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cinta Lama Bersemi Kembali, Mungkinkah?

    Anggara benar-benar merasa tidak nyaman berada dalam satu ruangan hanya berdua dengan Fitonia. Beberapa saat, pemuda yang bertekad hendak menyelesaikan masalah itu hanya diam, kikuk. Sementara itu, wanita muda yang tengah menunggu reaksi dari tamunya di kursi roda itu tidak kuasa untuk menatap pemuda tersebut. Ia berusaha membawa kedua netranya menyelusuri seisi ruangan.“Bagaimana kalau kita ngobrol di luar?” Tiba-tiba Anggara menyodorkan ponsel yang telah berisi ketikan tangan di sebuah note pada Fitonia.Beberapa saat, wanita itu tampak berpikir. Bayangannya langsung melayang pada kejadian terakhir kali yang membuatnya berada di sini—harapan kencan indah justru berakhir hujan air mata kepedihan. Rasa trauma sempat menghantui. Namun, dia teringat dengan ucapan Bu Diana di luar tadi dan berpikir, “mungkin ini kesempatan untuk bisa memperbaiki hati yang retak.”Akhirnya, Fitonia mengangguk. Lalu, dia mengambil ponsel di saku, mengetik sebuah kalimat di note, dan disodorkan pada pemu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Masihkah Ada Harapan?

    Gadis itu sudah cukup lama terbangun dari tidurnya—tidur yang dibuat setelah meminum obat penenang. Kini, ia telah sadar dengan apa yang telah terjadi dan kenapa dirinya saat ini tengah berada di ruangan khas dengan dekorasi berwarna putih dan hijau—rumah sakit. Lalu, dia pun mulai menyibak kenangan permulaan begitu akrab dengan bangunan semacam ini.Flashback OnHati luka yang masih menganga itu dibawanya pergi dari tempat perantauan ke kampung halaman. Pemilik hati yang begitu tulus tapi dikhianati secara sadis itu berharap di tempat dirinya tumbuh dan dibesarkan oleh seorang kakek yang begitu tulus menyayanginya itu bisa sembuh.Ternyata, menyembuhkan luka itu tidak semudah dan secepat saat jatuh cinta. Terlebih, untuk seorang wanita yang memiliki bawan eccendentesiast. Dia begitu lihai menyembunyikan luka, rasa sakit, kecewa dan sedih dengan membalutnya bersama senyuman, tawa dan keceriaan. Di samping itu, ia tidak mau membebani sang kakek yang pada saat itu tengah sakit-sakitan ka

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Cobaan Terberat Anggara

    Ada yang mengganjal di hati Anggara setelah perdebatan antara dirinya dan sang ibu. Bukan hanya perkara tentang keteguhan hati ibunya yang belum mau menerima Nirmala sebagai istrinya dan justru masih ngotot ingin menjodohkan dengan Fitonia, tapi juga perkataan Tante Ayu.Lontaran kalimat tantenya itu membuatnya membuka kembali album tipis yang berhasil ia simpan. Dipandanginya salah satu potret dia dengan seorang lelaki tinggi tegap dan gagah seraya berucap, “andai ayah masih di sini, mungkin aku tidak akan sepusing ini. Apa benar yang dikatakan Tante Ayu tentang ayah? Kenapa begitu berbeda dengan cerita dari Ibu?”Dia memang seorang pria. Tapi, bukan berarti seorang pria tidak bisa menangis. Nyatanya, demi membayangkan kenangan indah bersama sang ayah, Anggara mulai menundukkan kepalanya yang terasa begitu berat. Tetes air mata perlahan berhasi menjebol benteng pertahanan dari ujung mata. Sungguh pemuda yang tengah berada dalam kebingunan dalam memutuskan sebuah pilihan pasangan hidu

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Isi Hati Seorang Ibu

    “Maksud kamu apa bicara seperti itu? Jangan campuri urusanku. Bukankah sudah berkali-kali kuperingatkan?” geram Bu Diana tidak bisa menyembunyikan amarah pada adik kembarnya yang tiba-tiba muncul.“Apa kamu tidak kasihan sama Anggara? Padahal, dia putramu, anak yang kamu kandung sendiri. Cobalah untuk sedikit saja memberi belas kasihan pada putramu ini, Mbak,” ujar Tante Ayu sembari merangkul pundak sang keponakan yang terlihat tak berdaya.“Justru karena dia putraku, anak yang aku kandung selama 9 bulan, yang aku lahirnya dengan perjuangan antara hidup dan mati, yang aku biayai segala urusannya, sudah patut kiranya dia patut dan tunduk padaku. Bukankah surga anak ada pada restu seorang ibu? Terlebih dia laki-laki yang selama hidupnya itu milik ibunya, milikku!” pekik Bu Diana benar-benar telah kehilangan empati. Dipandangi dua orang terdekatnya yang kompak memandanginya dengan tatapan prihatin.“Kamu sudah salah kaprah, Mbak. Bukan seperti itu konsepnya. Aku penasaran, apa sebenarnya

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surga atau Neraka

    v“Kamu sudah bangun?” Pria yang sedari tadi ditatap hingga melamun dalam durasi lama itu terbangun dan kaget melihat wanita yang dijaganya hingga ketiduran telah bangun.Menyaksikan lelaki muda yang tampak masih mengantuk itu hendak berjalan mendekat, wanita yang telah duduk di tepi ranjang itu tiba-tiba menangis. Bibirnya bergetar hebat. Ia ingin mengatakan banyak hal, tapi kelu.Tapi, melihat bagaimana pemuda yang telah menemani dan berjuang mati-matian berada di sisinya itu berusaha menahan kantuk, akhirnya pertanyaan meluncur begitu saja, “apa kamu sudah tau tentang Fitonia?”Anggara menghentikan langkah yang tinggal beberapa sentimeter saja dari ranjang, demi mencari jawaban yang tepat untuk merespon pertanyaan. Ia ingat pesan dokter untuk tidak membuat pasien di hadapannya semakin depresi.“Jawab, Gara! Apa benar, kamu pernah mencintai Fitonia hingga memberinya surat cinta? Hah?” emosi Nirmala meledak. Anggara semakin kebingungan.“Kalau iya, kenapa kamu mau denganku? Setelah s

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Berkat Fitonia

    “Begini nih, berasa dunia cuma milik berdua, yang lain ngontrak!” Sebuah celetukan pengunjung pantai yang kebetulan lewat dan menyaksikan adegan romantis itu menyadarkan Nirmala dan Anggara. Mereka segera berdiri tegap dan kikuk.“Berarti kita ngontrak dong, Pah? Hihi,” sahut seorang wanita yang berjalan bersebelahan di samping pengunjung tadi sambil cekikikan dengan salah satu telapak tangan di mulut.Pemuda-pemudi yang jadi malu dan salah tingkah itu segera menjauh dari tempat tersebut. Keduanya berjalan tanpa suara. Masing-masing hanyut dalam pikiran dan sesekali pemuda yang telah menutup kepala dengan hoodie berdehem—seperti memberi sinyal.“Jadi, apa jawaban kamu, Mala?” ucap Anggara dengan suara pelan. Tangan kirinya menggaruk kepala yang tidak gatal.“Um, sebelum menjawab,aku mau tanya sesuatu, boleh?” Nirmala berusaha menatap lawan bicara untuk melihat ekspresi serius atau tidak.“Boleh, kita duduk di sana aja, ya?” ajak Anggara sambil menunjuk sebuah batang pohon lapuk yang r

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Pertanyaan Tak Terduga

    Gara-gara dapat kiriman SMS yang memabukkan, hingga tengah malam Nirmala tidak bisa tidur. Gadis yang tengah kasmaran itu membayangkan hal-hal indah hari esok. Bahkan, dia sudah bermimpi jika benar Anggara benar-benar menyukai, membalas rasa suka darinya dan jadian, maka dia adalah pria pertama yang menjadi cintanya.Alhasil, pagi hari berikutnya, ia bangun kesiangan. Untung saja hari ini adalah hari Minggu, tidak ada kuliah, tidak ada jadwal magang kerja juga. Jadwal kencan pun jam sepuluh. Itu artinya, masih cukup waktu untuk persiapan ini itu.Dia memang gadis sederhana yang hanya punya beberapa potong pakaian saja untuk bepergian. Itu pun formal yang biasanya untuk ke kampus atau kerja. Maklum, ia jarang hang out. Jadilah kini gadis yang memiliki belahan di tengah dagu itu bingung memilah baju yang hendak dikenakan untuk nge-date pertama kali seumur hidup.Awalnya, Nirmala ingin meminta bantuan teman untuk memilihkan pakaian yang pantas dan oke, sekalian make up tipis-tipis. Namun

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Surprise di Akhir SMS

    Seharusnya, Nirmala sudah lega karena rahasia terbesarnya telah diungkapkan ke orang yang paling dekat denganya saat ini. Namun, gadis itu justru semakin sering melamun dan susah konsentrasi. Ia takut jika dibiarkan terus menerus, nilai akademik akan anjok yang berakibat dicopotnya beasiswa. Kalau sampai terjadi, Bapak bisa murka dan benar-benar melarangnya untuk kuliah. Hal ini semakin membuat gadis mungil itu overthinking.Di kamar kostnya yang sempit dan minimalis, dia merenung. Bahkan, berkali-kali bangkit dari ranjang untuk mondar-mandir. Lalu, naik lagi ke ranjang berusaha tidur, tapi justru wajah cute Anggara seolah terpampang nyata di hadapan. Alhasil, melek lagi. Sekuat apa pun dirinya menenggelamkan wajah di bantal, bayangan pemuda yang terkenal pintar itu tidak bisa hilang.Bahkan, kini dia dihantui dengan curhatannya pada sang sahabat kemarin. Sambil cemberut mendekap bantal, ia berujar, “kira-kira bener nggak, ya, keputusanku kemarin curhat blak-blakan sama Nia. Berlebiha

  • Nikahi Aku atau Aku Mati   Mengungkap Rahasia Hati

    Dengan langkah lesu dan suasana hati yang tidak karuan, Nirmala tiba di rumah Fitonia. Gadis menawan itu telah menunggunya di teras sambil menikmati camilan. Begitu melihat orang yang ditunggu muncul, ia langsung menyambut.“Dih, kenapa itu muka ditekuk kek baju lecek aja. Kenapa, sih?” Fitonia yang ceria meledek Nirmala yang masih juga belum menarik bibirnya ke belakang, barang satu sentimeter pun.“Lagi banyak pikiran,” lirih Nirmala menjawab sambil mengambil tempat duduk.“Ya, ya, kuliah itu emang banyak tugas. Pasti pusing, lah. Tapi kan, salah satu yang bikin pusing, udah beres, dihandle-in Anggara. Nih!” Fitonia memberikan benda kecil berwarna kuning-putih bertuliskan ‘Kingston’.“Gimana kesan kamu ke Anggara? Dia keren, ‘kan?” ledek Fitonia sembari mendekatkan diri dan siap menunggu reaksi gadis berwajah sendu di hadapannya.Ditanya demikian, sontak Nirmala yang terkenal sebagai orang yang blak-blak-an justru kebingungan.“Apa maksud dari pertanyaan Nia, ini?” batin Nirmala tid

DMCA.com Protection Status