“Apakah kalian semua sudah mati?” teriak Santi pada para kuli angkut yang ada di sekelilingnya, “Apa aku membayar kalian untuk menonton saja? Cepat bantu aku!”Namun satu lirikan tajam Dani membuat beberapa kuli itu saling memandang, tetapi tidak berani melangkah maju.Jantung Santi hampir copot.Dia melototi pria yang ada di depannya, merasakan sebuah tekanan yang semakin kuat dan tiba-tiba sekujur tubuhnya bergetar.“Sinta … Sinta Wijoyo!” Sinta ketakutan dan berteriak, “Kenapa kamu masih tidak urusi suamimu ini! Aku kasih tahu yah, hari ini kalau dia berani menyakitiku, aku akan ... aku akan lapor polisi! Biarkan polisi yang menangkap dia dan menjebloskan dia ke penjara!"Tangan Dani tiba-tiba bertambah kuat dan senyumannya yang dingin itu terlihat lebih menakutkan.Santi menjerit kesakitan, kakinya melunak dan dia berlutut di depannya."Seorang putri keluarga Wijoyo yang bermartabat, tapi suka menyebut-nyebut wanita jalang, anak jalang. Bukankah mulutmu itu terlalu busuk?" Dani men
Tangan Sinta yang sedang memotong daging, tiba-tiba berhenti. Dia menggigit bibirnya erat-erat, ada ekspresi yang rumit melintas di wajahnya yang cantik itu.Setelah terdiam lama, mata Sinta kembali memerah dan air mata pun bercucuran lagi."Maafkan aku ... aku telah berbohong padamu selama ini. Aku bukan Santi Wijoyo tapi Sinta Wijoyo. Aku bukan putri semata wayang keluarga Wijoyo, aku hanyalah anak di luar nikah yang tidak tahu malu. Aku tidak punya uang ....”"Jika kamu marah, aku bersedia membayar kompensasi padamu, semua terserah kamu mau bagaimana aku membayarnya, aku hanya berharap kamu tidak menyalahkan ibuku dan Anton. Mereka tidak tahu apa-apa soal pernikahan kita. Aku ....”“Benarkah aku yang memutuskan?” Dani mengerutkan bibir dan berjalan ke sisi Sinta."Um?"Dengan senyuman di mata Dani, dia berkata dengan suara yang dalam, “Kompensasi yang aku inginkan sangat mahal."Sinta sedikit malu, tetapi tetap berkata dengan tegas, “Tidak masalah, selama kamu mengatakannyanya, aku
Sinta berhenti dan mendesah pelan-pelan.“Sejujurnya, aku juga tidak tahu siapa ayahnya Anton. Aku hanya ingat saat aku berumur tujuh tahun, ibuku berdandan sangat cantik dan keluar rumah. Sebelum pergi, dia menitipkan aku pada tetangga kami. Kemudian dia pergi selama sebulan."“Kupikir ibuku tidak menginginkanku lagi. Saat aku putus asa, ibuku kembali lagi. Dia masih secantik seperti sebelum dia keluar, tapi matanya tampak kusam, seperti ... seperti mayat yang berjalan. Aku mencoba berbicara dengannya, tapi dia tidak merespon sama sekali.”“Kemudian, dia melahirkan Anton." Suara Sinta menjadi semakin kecil. "Ayah sangat murka dan memarahi ibu. Sewaktu mereka bertengkar hebat, aku melihat ibu tersenyum pada ayah, tetapi senyumannya itu sangat mengerikan. Aku sampai merinding memikirkannya sekarang.”"Hari itu, Ayah melemparkan selembar cek dan tidak pernah datang lagi. Aku tidak pernah bertemu dengannya sampai sehari sebelum aku menikah baru bertemu sebentar." Sinta tersenyum sinis, "D
Setelah mengantar Dani keluar, Agus duduk di kantor dan menghela napas.Daniel Hidayat selalu tenang dalam situasi apapun, tegas dan lugas dalam membuat keputusan dan bergerak secepat kilat, dia selalu hidup seperti makluk berdarah dingin.Dani yang memaksa Agus membantu Sinta menangani kasus sengketa rumah, apakah masih tersisa sosoknya sebagai Tuan Dani dari keluarga Hidayat?Dari sudut pandangnya sebagai seorang pengacara, dia tidak ingin Dani terlalu mengunakan perasaan. Lagi pula, mereka akan berpisah kelak. Bagaimana keluarga Hidayat di Jakarta bisa menerima Sinta.Akan tetapi dari sudut pandang persaudaraan mereka ....Agus menghela napas dan akhirnya dia mengambil dokumen itu dan membacanya dengan cermat.Beberapa hari kemudian, Agus memberi tahu Dani hasil penelitiannya.“Sekarang, seperti yang sudah aku informasikan sebelumnya, dokumen ini sama sekali tidak bermanfaat bagi Sinta.”Dani mengerutkan kening."Tapi ....” Agus terbatuk dua kali, "Ada celah yang bisa ditembus.""Je
Sudut mulut Dani sedikit berkedut.Sinta menatap Dani dengan sedikit khawatir. Dia khawatir Dani bergaul lagi dengan teman narapidana yang tidak bermoral itu dan menggunakan beberapa trik untuk memaksa Hendra membeli rumah ini sebagai hadiah untuknya.Bahkan kalau pengaruh tersebut berhasil untuk sementara, nanti pasti akan ada masalah terus.Sinta benar-benar tidak berharap Dani akan mendapat masalah lagi."Apakah kamu mengkhawatirkanku?" Dani menatap dalam-dalam dan tersenyum lembut, "Jangan khawatir, ini sepenuhnya dengan tata cara yang sah. Karena aku sudah berjanji padamu untuk tidak menimbulkan masalah di masa depan, aku pasti akan menepati janjiku.""Tapi, ayahku ....”“Aku mencari seorang pengacara,” kata Dani ringan, “Pengacara itu adalah seseorang yang aku ... aku kenal saat di penjara. Dia sering memberikan bantuan hukum pada para narapidana dan orangnya pun baik. Dia juga banyak membantuku setelah aku keluar.”“Oh, ternyata begitu.” Sinta akhirnya merasa lega, “Kalau begitu
Dani menyipitkan matanya, menyesuaikan posisi berdiri yang agak nyaman dan menatap Sinta sambil tersenyum.“Pertama, kamu jangan terlalu memaksakan diri. Aku bukan tipe orang yang harus punya kekayaan dan berkuasa. Tidak peduli seberapa banyak uang yang kamu hasilkan, selama aku menjalani kehidupan yang layak, yang terpenting adalah kamu harus nyaman bekerja, kamu mengerti, 'kan?"Dani mengangguk dengan serius.“Kedua, jangan melakukan hal-hal yang sifatnya berbahaya.” Sinta mengerucutkan bibirnya, “Maksudku kompetisi dan sebagainya, jangan bekerja terlalu keras, kita tidak kekurangan bonus itu! Intinya, keselamatanmu adalah hal utama, hanya dengan begitu aku bisa mendukungmu 100 persen!”"Ketiga ....”Sinta menatap Dani, ragu-ragu untuk waktu yang lama, lalu berbisik pelan, “Jika ada pelajar wanita, jangan biarkan mereka menyentuh ototmu!"Sekarang Dani tidak dapat menahan diri lagi dan langsung tertawa terbahak-bahak.Sinta tersipu malu, membenamkan kepalanya di dada Dani dan memukul
Dani tertegun dan mengikuti arah pandangan Sinta. Dia tidak tahu sejak kapan Santi juga masuk ke toko ini. Saat ini, Santi sedang melihat mereka berdua dengan pandangan yang merendahkan dan menghina. Sinta tak habis-habisnya mendengkus berkali-kali.Sinta menarik Dani untuk pergi, tetapi Santi malah melangkah maju dan menghalangi jalan mereka.“Oh, kebetulan sekali!” Santi mendengkus dengan nada yang aneh, “Sepertinya adikku sedang naik daun di tempat kerja akhir-akhir ini, mendapat promosi dan kenaikan gaji, 'kan? Bahkan bisa mengajak adik ipar masuk ke butik seperti ini untuk membeli pakaian!""Oh ya, apakah kamu nyaman tinggal di rumah baru? Oh, kamu harus hidup dengan nyaman di rumah itu. Ayah sudah menghabiskan banyak waktu dan tenaga saat memilih rumah itu!"Sinta mendengar sarkasme dalam ucapan Santa dan mengangkat matanya untuk menatap ke mata Santi. Kebencian di mata Santi terlihat seperti mau mencabik-cabiknya saja.“Ya, ayah mertuaku sangat baik terhadap kami.” Dani tersenyu
Telinga Sinta bergerak-gerak dan langsung waspada.Dia menoleh ke belakang dan melihat seorang wanita berpakaian menggoda sedang tersenyum menawan pada Dani. Gelas anggur itu berayun lembut di tangannya. Ketika dia mendekati Dani, dia dengan sengaja menarik gaun malamnya yang berbelahan tinggi dan memperlihatkan sebagian pahanya yang putih.Sinta tiba-tiba merasa suara itu terdengar familier.“Olivia Sinaga?” Sinta terkejut. Ternyata Santi membawa sahabatnya ini ke mana pun dia pergi…Saat masih duduk di bangku sekolah, Olivia sering membantu Santi saat menindas Sinta. Belakangan, karena nilainya sangat buruk dan dia sering terfoto reporter tabloid yang sedang mengulas topik klub malam, pihak sekolah pun membujuknya untuk mengundurkan diri.Reputasi Olivia di kalangan sosialita Semarang tidak terlalu baik, hanya karena ada dukungan Santi, dia bisa berpura-pura sok berkuasa.Sinta merasa tertekan.Dia tidak ingin menyapa pelanggan mana pun, jadi dia segera berjalan menuju ke arah Dani d
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem