Yenni melihatnya dan mengatakan, "Aku hanya ingin mengatakan beberapa hal padamu."Sinta tetap menjaga jarak dari Yenni. Dia pun melihat sekeliling tempat itu untuk mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk melindungi diri."Sinta, aku tahu bahwa di dalam hati Daniel aku selamanya tidak akan bisa mengalahkanmu." Yenni kembali melanjutkan, "Hanya saja pernikahan aku dan Daniel sudah diputuskan oleh kakek. Keluargaku dan keluarga Hidayat juga sudah berhubungan untuk waktu yang sangat lama. Dia tidak mungkin bisa begitu saja memutuskan hubungan antar keluarga.""Aku sudah mendengarnya berkali-kali." Sinta dengan tenang mengatakan, "Nona Yenni, aku juga ingin memberitahumu bahwa ada yang tidak bisa dipaksakan. Ada segelintir orang yang tidak mungkin bisa mengubah pendiriannya gara-gara hubungan antara keluarga yang sudah lama.""Aku mengerti! Sebenarnya aku juga sudah merelakannya. Karena Daniel bukan milikku, aku akan langsung melepaskannya. Dia juga akan lebih bahagia bersama denganmu,"
Yenni pun terdiam di tempat. Bibirnya terus bergerak, tetapi tidak ada perkataan yang keluar.Sinta tersenyum dan meninggalkan ruang istirahat dengan anggun.Sebenarnya dia tidak mau ribut dengan siapa pun. Hanya saja, ada orang yang selalu ingin ribut dengannya. Jadi, dia tidak keberatan untuk bertempur habis-habisan dalam pertarungan ini.Karena tadi dia sudah cakap besar dan mengaku sebagai nyonya keluarga Hidayat, kalau begitu sekarang adalah saatnya untuk menunjukkan bahwa dia memang adalah nyonya keluarga Hidayat.Wanita itu pun berjalan masuk ke ruang jamuan dan berdiri di samping Daniel. Setelah itu, dia memeluk lengan Daniel dan bersikap tenang."Ya! Gaun ini memang bagus!" Daniel tersenyum ringan dan berkata, "Semua orang sedang menatapmu.""Apa mungkin pilihanmu untukku bisa salah?" Wanita itu pun menyandarkan diri ke tubuh Daniel.Wilman lantas masuk sambil membawa tamu prancis.Daniel mengangguk dan tersenyum sopan, lalu berbasa-basi dengan mereka. Ketika dia hendak memper
Bagaimana mungkin?Bagaimana mungkin Sinta bisa bicara bahasa Perancis?Tangan Yenni yang mengepal sedikit gemetaran.Sejak bertemu dengan Santi di tempat Donni waktu itu, Yenni terus mengawasi wanita ini. Kemudian, dia menyadari bahwa Santi adalah orang yang mudah ditipu, sehingga dia pun mencari cara untuk menyuapnya.Santi menginginkan sebuah studio, jadi Yenni memberikannya studio. Asalkan wanita ini bisa memberikannya informasi berharga untuk melawan Sinta, itu sudah cukup.Namun tak disangka, Santi malah memberinya informasi palsu!Hari itu, Santi jelas-jelas menjamin kepada Yenni, katanya, "Nona Yenni, jangan khawatir! Sinta tidak pandai bersekolah sejak masih kecil. Waktu sekolah, dia juga tidak giat belajar, pelajaran apa pun tidak bagus! Oh, dia bisa kuliah karena ayahku yang mengeluarkan uang untuk membelikannya ijazah!"Gigi atas dan bawah Yenni bergetar karena marah.Sekarang setelah dipikir-pikir, kemungkinan besar itu adalah cerita bohong yang dibuat oleh Santi karena ce
"Kenapa kamu menatapku?" Sinta hampir tertawa saat melihat ekspresi Daniel."Sinta, kamu …."Daniel belum selesai berbicara, tetapi dia sudah tidak tahu bagaimana melanjutkan perkataannya. Apakah nada bicaranya terdengar lembut atau kasar? Apakah sikapnya terlalu tegas ketika mendikusikan sesuatu dengannya?Kata-kata halus apa yang bisa digunakan untuk membujuk Sinta? Bagaimana supaya Daniel baru bisa pandai memilih kata-kata?Daniel mengerucutkan bibirnya, wajahnya yang dingin menjadi makin suram."Baiklah, aku tahu apa yang ingin kamu katakan." Sinta tersenyum. Dia mengulurkan tangannya untuk bertautan dengan jari-jari Daniel sambil menatapnya dengan polos."Ini adalah kemauan ibumu. Apa pun yang terjadi, kita harus mengontrak Nathan ke perusahaan kita. Tidak peduli seberapa sulit kondisinya, kita tetap harus menyetujuinya.""Demi apa?" Daniel tiba-tiba menaikkan suaranya.Sinta tertegun dan menatapnya dengan tatapan kosong.Daniel batuk ringan, lalu berkata, "Maksudku ... masih ada
Santi tertegun sejenak, dia diam-diam merasa senang.Beberapa waktu ini, Dani tinggal di kediaman Keluarga Wijoyo. Dia sangat malas dan memiliki banyak kebiasaan buruk. Hendra sudah lama membencinya.Namun, karena dia adalah orang yang diatur oleh Donni, mereka jadi sulit untuk mengusirnya.Ketika menghadapi pencurian yang dilakukannya, mereka hanya bisa berpura-pura tidak tahu.Sekarang, sepertinya Yenni berniat untuk mengeluarkan Dani …. Pada saat itu, dia tidak hanya akan mengusir manusia pembawa masalah ini, tetapi dia juga bisa menghukum Sinta!Santi tersenyum sambil memijit kaki Yenni dengan lebih serius."Nona Yenni, sebenarnya kalian boleh mempertimbangkan hal yang kukatakan waktu itu!""Apa?" Yenni mengambil soda di depannya sambil menatapnya."Yaitu ... tentang mempublikasikan pernikahan Dani dan wanita jalang itu!"Yenni menyipitkan matanya sambil berpikir dengan teliti.Waktu dia bertemu dengan Donni, sepertinya dia ada bicara beberapa patah kata, tetapi dia tidak mengataka
"Apa? Dia masih bisa memukul orang?" tanya Yenni dengan nada terkejut.Santi menyipitkan matanya dan berkata, "Iya, wanita rendahan ini pura-pura malang di hadapan orang lain. Tapi di baliknya malah sifatnya berbeda jauh! Dia membawa atasan wanita itu ke tempat yang terpencil dan tanpa kamera pengawasan, lalu menamparnya beberapa kali! Jadi ... Nona Santi, kita bisa mengaturnya lebih awal di pesta ulang tahun.""Bagaimana mengaturnya?""Saya akan membawa Sinta ke tempat di mana tidak ada orang di sekitar. Lalu ... lalu Anda harus menderita sedikit, tampar pipi Anda beberapa kali. Pada saat ini saya akan membawa orang ke sana lalu biarkan mereka lihat Sinta menampar Anda.""Ini ...." Makin didengar, Yenni makin merasa ada yang salah. Kenapa dia harus menampar dirinya sendiri? Mau gunakan trik menyiksa diri? Akan tetapi, bahkan jika ini trik menyiksa diri, dia tidak mau mengorbankan dirinya sendiri. Selain itu, dia tidak bisa lagi sepenuhnya percaya rencana Santi. Namun, strategi i
Hari ini adalah giliran Sinta libur. Namun, bahkan saat istirahat, dia selalu sibuk. Sebuah laporan dan surat rencana skema datang bertubi-tubi ke surelnya. Ponsel dan komputernya tidak pernah berhenti beroperasi sejak pagi.Bibi Inem membawa sarapan yang sudah dipanaskan untuk ketiga kalinya."Nona, cepat makan! Sekarang sudah pukul 9. Kalau terus ditunda, bisa-bisa sarapan Nona menjadi makan siang!" kata Bibi Inem dengan cemas.Mata Sinta masih melekat di layar dan dia hanya menjawab, "Hmm ... aku tahu. Bibi letakkan saja di situ. Masih ada beberapa kata yang harus diubah dalam kontrak ini.""Terakhir kali saya membawanya, Nona juga berkata begitu." Bibi Inem mengerutkan bibirnya, lalu berdiri di hadapannya sambil menyodorkan bubur ayam padanya. "Kali ini, Tuan Daniel secara pribadi mengatakan kalau saya harus melihat Nona memakan bubur ini!""Hmm?" Kali ini Sinta baru mengalihkan pandangannya dari layar komputer. "Bukankah Daniel tidak ada di rumah?""Memang tidak ada!" Bibi I
Sinta terkejut. Dia sungguh tidak menyangka Ismail akan mengajukan permintaan seperti itu. Namun, dia juga tidak tahu bagaimana menjawabnya, karena bagaimanapun juga, sekarang pria ini adalah segalanya bagi Diana. Dia tidak tega membuat Diana malu."Pak Ismail, kamu suka lukisan yang mana? Aku bisa langsung memberikannya padamu untuk dinikmati pelan-pelan, jadi tidak perlu mengambil foto di rumah orang. Betul, 'kan?" kata Santi sambil tertawa ringan.Sorot mata muram terlihat di mata Ismail. Dia perlahan-lahan mengangkat sudut bibirnya, dengan ekspresi sedikit rumit di wajahnya dia memandangi Sinta dari atas ke bawah.Barusan, beberapa kata-katanya terdengar ringan, ramah, dan sopan, tapi nadanya ditekankan pada kata 'rumah orang lain'. Asalkan dia sedikit pandai, pasti bisa mengerti apa maksud di baliknya.Ismail mengangkat matanya dan bertatapan dengan Sinta. Wanita ini tidak lemah seperti yang dia bayangkan. Matanya yang besar memancarkan sorot tegas dan otoritas, sedangkan aura
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem