Dalam keadaan linglung, Sinta mendengar suara keras, suara peluru menembus kaca mengguncang langit di atas halaman kecil.Kekacauan pun terjadi.Sinta jatuh ke lantai, kesadarannya berangsur-angsur kabur, dia merangkak keluar dengan kekuatan terakhirnya."Suamiku, bantu aku ...."Namun, sebuah tangan besar tiba-tiba menjambak rambut Sinta!Rasa sakit di kulit kepala dan tengkorak Sinta hampir membuatnya menangis.Sebelum dia pingsan, dia merasakan ujung pisau yang dingin menusuk kulitnya, suara pria itu terdengar samar di telinga Sinta,“Tuan Hidayat, hehe … bagaimana kalau Anda melepaskan saya dan saya akan memberikan wanita ini kepada Anda?”"Kamu tidak akan menderita kerugian apa pun dalam kesepakatan ini! Asalkan kamu melepaskan aku, aku berjanji tidak akan pernah muncul di hadapanmu lagi...""Istriku, milikmu sekarang!"Daniel meraung marah, beberapa pengawal mengepung Dani, tetapi mereka tidak berani bertindak gegabah.Belati itu menempel di leher Sinta, darah perlahan merembes k
“Ketika kamu gagal membunuh Sinta, aku sudah memberi tahu Tuan Herman tentang masalah ini.” Dia menoleh ke arah Dani, “Tuan Herman memberimu uang ini. Dia berkata membiarkan kamu tetap hidup, kamu akan bermanfaat di masa mendatang!"Bocah itu tiba-tiba mengulurkan tangannya dan mencubit pipi Dani dengan ekspresi nakal di wajahnya."Ha, menurutku Tuan Herman punya rencana yang bagus ... Sayang sekali jika wajahmu ini hilang!"Bulu-bulu di sekujur tubuh Dani berdiri. Meskipun dia sudah lama mendekam dipenjara dan bahkan pernah bertemu dengan gangster seperti Darwin, mereka tidak sebanding dengan pria yang ada di depannya ini, bisa membuat orang merinding. ."Pergilah." Mobil berhenti di pinggir jalan, suara dingin terdengar di telinga Dani, "Ha ... kamu bisa sangat berguna di masa mendatang!"Dani membuka pintu mobil, memeluk tumpukan uang dan berlari pergi.Orang di dalam mobil menurunkan pinggiran topinya, senyuman aneh muncul di wajahnya yang tampan....Daniel telah menunggu di pintu
Darwin berdiri di sana dengan pelipisnya bergerak-gerak. Dia menatap Jessika dengan mata yang rumit untuk beberapa saat dan berkata, "Bisakah kamu lebih tenang sedikit? Daniel juga tidak menginginkan hal ini terjadi ...."“Apa yang tidak ingin dia lakukan?” Jessika meninggikan suaranya, “Oh, Pangeran Jakarta sudah bosan menjalani kehidupan kaya, jadi datang ke sini dengan menyamar sebagai mantan napi untuk menipu wanita dan menikah?”"Jangan berkata terlalu kasar. Kamu tidak mengerti situasinya. Dia terluka parah dalam suatu konspirasi percobaan pembunuhan dan itulah sebabnya dia menyembunyikan nama aslinya dan bersembunyi di Semarang!"Jessika terdiam beberapa saat, menatap Darwin dengan tatapan tajam, berkata sambil tersenyum dingin, "Jadi, kamu tahu begitu banyak?""..."“Darwin!”Darwin sekarang berharap dia bisa menampar wajahnya sendiri."Daniel," suara Jessika bergetar karena marah, "Rawat saja lukamu dengan baik. Kenapa kamu malah mendekati Sinta?""Apakah kamu benar-benar meng
Seperti ada ledakan keras di hati Sinta.Daniel mengulurkan tangannya tetapi tangannya berhenti di udara, lalu menariknya perlahan.“Aku berbohong padamu,” Daniel berkata dengan sungguh-sungguh, “Aku juga telah menyakitimu.”Sinta menutup matanya rapat-rapat, air mata mengalir di wajahnya.Kini Sinta akhirnya mengerti kenapa di tubuh Daniel selalu memiliki karisma yang luar biasa, kenapa setiap kesulitan yang Sinta temui selalu terselesaikan dengan baik, kenapa Daniel tidak pernah peduli dengan uang, kenapa Daniel terlihat tidak takut pada apapun ....Karena pada dasarnya dia memang seorang pewaris keluarga Hidayat, seluruh dunia takluk di bawah kakinya, apa yang harus dia takuti?Sinta tersenyum pahit, dia biasa menyebut Daniel bodoh.Sebenarnya, dialah orang terbodoh yang telah dibodohi oleh Daniel!"Sinta ....""Tolong keluar."Sinta menutupi kepalanya dengan selimut, suara lemah keluar dari celah kecil. Daniel melihat rambut Sinta yang berantakan dan tubuh kecilnya yang sedikit gem
Mungkinkah Daniel memang seperti ini? Untuk masuk ke rumah sendiri pun harus dikawal oleh begitu banyak orang?"Sinta, kamu pergi beristirahat sebentar," sahut Jessika, lalu melanjutkan dengan lembut, "Aku akan turun untuk membeli beberapa barang." Sinta mengangguk. Dia berbaring di balik selimut dan mengistirahatkan matanya yang sedikit lelah.Jessika dengan sangat hati-hati menutup pintu, lalu turun dan mendekati kedua pria itu dengan tangan terlipat di depan dadanya."Dani ...." kata Jessika sembari menggigiti bibirnya, kemudian mengubah perkataannya, "Tuan Daniel, Sinta baru saja tertidur. Saat kamu kembali nanti, mohon lebih berhati-hati. Meskipun luka di tubuhnya pulih, aku khawatir akan butuh waktu lama untuk menyembuhkan luka di hatinya."Daniel mengangguk dan berkata dengan ekspresi yang serius, "Terima kasih." "Tidak perlu begitu," Jessika menatapnya, "Sebenarnya, dia sangat mengkhawatirkanmu, jadi belum bisa menerimanya untuk sementara waktu. Kamu harus memberitahunya perl
Jessika terdiam seribu bahasa.Makin banyak penonton, baik dengan mata iri atau dengan senyum menggoda terpasang di wajah mereka.Ada juga banyak orang yang mengeluarkan ponselnya untuk merekam video dan tertawa dengan suara rendah, "Dulu aku sering mendengar orang mengatakan berlutut di papan cuci, tetapi aku Kn tidak menyangka akan bertemu seseorang yang berlutut di papan cuci untuk istrinya hari ini!""Hahaha ...."Pipi Jessika seperti memanas seolah-olah terkena demam. Dia berharap ada lubang untuk masuk gara-gara tingkah Darwin ini."Darwin! Ini hari masih terang, kenapa kamu sudah bertingkah gila seperti ini?" ujar Jessika geram."Cepat berdiri! Jangan berlutut lagi!" teriak Jessika, sambil berusaha menariknya berdiri.Siapa yang sangka, suara pria itu malah lebih keras, "Jangan sentuh aku!""Siapa pun yang mengganggu pada saat aku sedang mengakui kesalahan pada istriku, dia akan menjadi musuhku! Aku setidaknya memiliki status di dunia ini! Siapa yang bermusuhan denganku, aku pas
"Aku rasa kamu sebaiknya membawanya kembali ke Jakarta langsung saja! Keluarga Hidayat masih memiliki aku dan ayahmu, juga Sinta tidak akan menderita.""Terima kasih, Bibi Yun," Daniel tersenyum enggan, "Aku hanya takut dia akan makin membenciku kalau aku melakukan hal ini." "Apakah Dani sudah tertangkap?""Belum." Daniel berkata dengan suara rendah, "Orang yang membawanya pergi sangat licik, dia sangat akrab dengan berbagai jalur di pinggiran Kota Semarang, terutama daerah tepi sungai. Selain itu, dia juga menutup wajahnya begitu dia tiba di tempat di mana ada kamera CCTV. Ditambah lagi, mobil itu tidak memiliki plat nomor, jadi agak sulit untuk diselidiki. ""Kalau kamu membutuhkan bantuan aku, katakan saja," hibur Yuyun.Daniel menatapnya dengan penuh rasa terima kasih, mengangguk sedikit dan kemudian bertanya dengan santai, "Kapan Anda dan Diana akan pulang?""Mungkin dua hari ini, saatnya Diana itu menjaga dirinya sendiri dan mempersiapkan ujian masuk universitas!"Begitu kata-ka
Ketika Daniel tiba di rumah, dia mendengar suara air mengalir dari kamar mandi.Jantungnya menegang.Daniel tidak berani bergerak, jadi dia hanya bisa berdiri di sana dengan tenang.Dia ingat apa yang dikatakan Lukas, perilaku abnormal Sinta disebut gangguan stres pasca-trauma."Dia agak lebih ringan," ucap Lukas dan juga mengatakan kepadanya, "Yang terbaik adalah menyelesaikannya melalui konseling psikologis, tapi .... Karena akar masalahnya terletak pada Anda, jadi Anda adalah psikolog terbaik."Daniel menarik napas dalam-dalam.Dia benar-benar ingin menjadi psikiater ini, tetapi Sinta tidak memberinya kesempatan untuk dekat dengannya sama sekali.Pada saat ini, pintu kamar mandi terbuka, Sinta berjalan keluar terbungkus handuk mandi, tiba-tiba mengangkat matanya untuk menatapnya, dia berteriak ketakutan."Sinta ...."Sebelum Daniel bisa mengucapkan sepatah kata pun, Sinta dengan cepat berjalan ke kamar tidur dengan kepala menunduk dan menutup pintu dengan erat.Pintu itu sepertinya
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem