Kedua orang itu sama-sama adalah cucu kandungnya. Ibarat telapak tangan dengan punggung tangan sendiri, sisi manapun tetaplah sama. Meskipun Brian lebih memilih Daniel, dia juga tidak ingin terjadi sesuatu pada Donni.Brian mendentangkan tongkatnya ke lantai dengan keras."Donni ini memang anak tak berguna! Benar-benar kurang ajar!" Brian berkata dengan marah, "Suruh Herman datang menemuiku! Biar dia sendiri yang urusi anak kurang ajarnya itu!"“Apakah wanita yang ditangkap Donni itu benar-benar Sinta?”"Tuan Besar ...." Pak Warsito ragu-ragu, "Sepertinya itu memang Nona Wijoyo dari Semarang. Tapi aku menemukan kalau ada dua orang Nona di keluarga Wijoyo. Aku tidak tahu apakah itu memang dia ...."Brian menyipitkan matanya, cahaya licik melintas di wajahnya.Jika memang demikian, sebaiknya kita gunakan kesempatan ini untuk membiarkan Daniel putus dengan wanita itu.Dia sangat memahami cucunya ini. Daniel sangat posesif. Ketika orang lain menyentuh wanitanya, dia mungkin akan marah sesa
“Daniel!”Melihat dia pergi seperti ini, mata Donni melalak lebar dan dia merasa tidak rela."Kakak," Daniel berhenti dan sedikit memiringkan kepalanya dan setengah tersenyum, "Kakek menyuruhku untuk mengutamakan situasi secara keseluruhan dan tidak mengkhawatirkan seorang wanita.""Menurutku kakek benar, jadi ...."Dia kembali menatap Donni dengan mata dingin, "Semoga waktumu menyenangkan!"Donni tercengang.Kenapa, bukankah tadi kamu baru saja hendak melawan dengan begitu ganas? Aku hampir mati dicekik olehnya, lalu dia pergi begitu saja?!Donni mengambil senapannya dengan ganas!Saat dia hendak mengisi senjatanya, Daniel berbalik dan mengarahkan pistol ke kepalanya."Kakak," Daniel tersenyum dingin, "Aku sudah memberitahumu dan Paman Herman sejak lama, jangan pernah mempermainkanku di belakangku. Jika tidak, kamu akan berakhir tragis! Kamu tidak akan melupakannya, ‘kan?"Wajah Donni menjadi pucat, dia menjatuhkan senapannya dan menatap Daniel dengan tatapan kosong.Daniel melirik Do
Wilman tercengang. Hari ini, dia harus menghadiri rapat dewan direksi untuk membahas rencana reformasi perusahaan. Bagaimana dia bisa kembali ke Semarang pada saat ini?“Tuan, apakah Anda mengkhawatirkan Nona Wijoyo?" Wilman berbisik, "Jangan khawatir, orang-orang saya telah mengawasinya. Nona Wijoyo aman."“Lalu kenapa dia tidak menjawab teleponnya!” Daniel tidak bisa menahan diri untuk tidak menggeram dan cemas.Wilman tidak tahu harus menjawab apa.Sebenarnya banyak sekali penyebab telepon tidak diangkat, yaitu baterai ponsel habis, tidak dapat mendengar, tidak ada sinyal ....Lagi pula, teleponmu masuk di tengah malam, anda berharap segera dijawab. Memangnya Nona Wijoyo tidak tidur? Kamu juga terlalu ....Daniel mau tidak mau mengeluarkan kunci mobilnya dan berlari keluar.Namun, telepon tiba-tiba berdering, dia menatap layar sejenak, tangannya sedikit gemetar saat menjawab panggilan tersebut."Istriku ...."“Suamiku, aku minta maaf!” Suara Sinta terdengar seperti dia baru saja ban
Diana berbaring dan bangkit dari tempat tidur, bersandar di kusen pintu dengan mengantuk.Saat dia mencium aroma yang tercium dari dapur, dia langsung bersemangat dan berlari keluar tanpa alas kaki.Pemandangan di meja makan memang tidak mengecewakan!“Wow, Kak, kamu ini memang istri yang baik?” Dia berseru, “Kamu bisa membuat begitu banyak masakan di pagi ini!”Sinta tersenyum dan menghidangkan telur bebek dan bubur cirebon di atas meja sebelum semuanya lengkap.“Cepatlah makan!” Dia menyerahkan peralatan makan pada Diana.“Aku tidak tahu kamu suka makan apa, tapi aku sudah membuat aneka macam sarapan, jadi jangan protes ya!”“Bagaimana bisa!” Diana menggerogoti roti custard seperti kucing rakus, memegang cakue goreng di tangannya, dia makan dengan sangat puas.Makanan seperti ini paling menghangatkan perut, tangan Sinta sangat ajaib. Dia bisa membuat bahan-bahan biasa ini menjadi begitu lezat sehingga koki di rumah pun tidak bisa menandinginya.Pantas saja kakak senang sekali berada
Akhirnya, dia keluar dari bahaya, tetapi dia tidak boleh merasa lelah atau terstimulasi.Jadi mau tak mau Daniel pun mengambil alih manajemen usaha keluarga Hidayat untuk sementara.Akibatnya, perjalanan kembali ke Semarang pun berulang kali tertunda.Sinta memang tidak mengeluh dan membiarkan Daniel melakukan urusannya sendiri dengan damai.Namun Daniel justru merasa khawatir. Jika dia tidak bisa melihat Sinta sehari saja, Daniel pasti merasa tidak tenang.“Bisakah bertemu kakek sekarang?”“Pak Warsito berkata kalau Tuan Herman sedang merawat Tuan Besar di rumah sakit saat ini.”Daniel terkejut dan mendengkus pelan.Dia ingat Yuyun bertengkar dengan Hilman di telepon dua hari yang lalu. Alasannya adalah dia mendengar kalau Brian sakit. Yuyun meminta Hilman segera pergi ke rumah sakit untuk merawat dan menjaga ayahnya.Namun Hilman yang bodoh tetap diam.Yuyun memarahinya dengan kasar, "Kamu tidak menunjukkan perilakumu saat ini, kamu ingin adikmu mencuri perhatian ayahmu? Hilman, Kena
Ide ini bertepatan dengan ide Herman.Meskipun Dani telah berlatih secara diam-diam sejak dia ditangkap, dia sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Daniel.Ada hal yang berbeda pada tulangnya, sekeras apa pun dia berlatih, tikus tak mungkin bisa menjadi harimau.Membiarkan Dani berpura-pura menjadi Daniel dan pergi ke Inggris untuk menandatangani kontrak untuk menipu uang. Oh, orang yang berada di Inggris itu adalah ibunya Daniel sendiri!Kalau keadaan menjadi serius, maka usaha Herman selama ini pun menjadi sia-sia.“Apakah Dani itu benar-benar mirip dengan Daniel?” tanya Brian dengan santai.Herman berkeringat di kepalanya, "Ya ...""Lagipula, kudengar Dani-lah yang awalnya bertunangan dengan keluarga Wijoyo, tapi karena suatu hal, Daniel pergi ke desa itu untuk memulihkan diri, kemudian ...."Herman segera tutup mulut. Jika dia terus berbicara, dirinya pasti akan terlibat dalam kecelakaan pesawat.“Pada dasarnya begitulah yang terjadi!" Herman tersenyum, "Ayah, itu hanya kesalah
“Hei, Nak!” Begitu Daniel mendengar suara itu, dia tahu di seberang sana adalah orang yang tegas.Daniel terkekeh, "Bu, Kenapa ibu menelepon saya pada jam segini?"Menghitung waktunya, seharusnya sekarang sudah pagi di London. Ibuku memegang posisi penting di grup perusahaan, jadi tidak mungkin punya waktu untuk berbicara di telepon dengan Daniel setelah bekerja."Aku masih ingin bertanya padamu! Bukankah kamu mengatakan kalau anak palsu dikirimkan padaku dan memintaku untuk segera menjatuhkannya?"“Tapi sudah beberapa hari. Di mana dia?”Daniel mengerutkan kening.Secara logika, Herman dan Donni seharusnya sudah mengambil tindakan.Daniel menutup telepon dengan perasaan tidak enak di hatinya."Wilman," kata Daniel dengan suara yang dalam, "Apa yang sedang diurus Paman Herman akhir-akhir ini?"“Sepertinya dia selalu menunggu di sisi Tuan Besar.”“Di mana Donni?”Sebelum Wilman sempat menjawab, perasaan tidak nyaman di hati Daniel menjadi lebih kuat.Dia belum pernah merasa seperti ini
Ekspresi Dani berubah, diam-diam dia menyembunyikan belati di lengan bajunya.Sebelum datang ke sini, Herman telah menyuruh Dani melakukan sesuatu dengan cepat, lebih sedikit bicara, jangan biarkan orang lain melihat masalahnya.Namun wanita ini sepertinya tidak mudah diatasi....Selain itu, jika dia ingin membunuh wanita ini, Dani harus menyeretnya ke hutan belantara dulu. Tidak bijaksana kalau melakukan pembunuhan di kafe ini.Dani tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat wanita di depannya beberapa kali lagi.Ternyata ini adalah Sinta, istri yang dinikahi Daniel menggantikannya!Tanpa diduga, ketika jari Dani dipotong dan hidup di jalanan, Daniel sudah membantu Dani memecahkan masalah besar dalam hidupnya.Dia menyipitkan matanya, Sinta benar-benar cantik. Sayang sekali jika langsung membunuh wanita secantik ini. Setidaknya bisa menikmati malam yang indah berdua dulu ....Dani menyeringai tipis, sedikit kejahatan melintas di matanya.Dani batuk beberapa kali untuk menutupinya. Si
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem