Seorang wanita seksi tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Verrel. Dia adalah Meisya seorang teman kolega yang akhir-akhir ini selalu datang menemui Verrel.
"Maaf, seharusnya ketuk pintu dulu sebelum masuk," tegur Verrel.
"Apa perlu, untuk teman lama yang saling mengenal. Dulu ketika kuliah di luar negeri aku selalu memperhatikanmu," kata Meisya.
"Ada perlu apa? Bukankah kemarin sudah selesai membahas rencana kerjasama kita," ucap Verrel yang masih sibuk mengetikkan sesuatu di laptopnya.
"Terus terang, aku ada urusan pribadi menemuimu." Meisya dengan kurang ajar memeluk Verrel dari belakang. Menempelkan dadanya yang padat berisi di punggung kekar Verrel.
"Ayolah, berhenti dulu kerjanya. Perhatikan aku," kata Meisya manja. Ia mengecup pipi Verrel tiba-tiba.
"Jaga tingkahmu, ini kantor," peringat Verrel.
"Oh, ya. Bagaimana kalau ini." Tangan Meisya tiba-tiba meremas bagian bawah Verrel.
"Aargh!" erang Verrel.
"Aku tahu ka
Pria tampan tengah duduk di bagian depan. Matanya tidak lepas memandangi satu persatu rancangan busana yang di lombakan hari ini. Ia adalah tamu eksekutif dari ajang kompetisi desain baju kebudayaan jepang paling bergengsi tahun ini. Karena pria itu merupakan salah satu donatur terbesar.Satu persatu peserta telah maju ke depan menunjukkan karya rancangannya bersama dengan model terbaiknya. Berbeda dengan Angela, ia memakai hasil rancangannya sendiri. Berlenggak-lenggok di cat walk membuat para pengunjung teepesona. Terutama seorang pria yang tengah duduk di VVIP.Matanya tidak lepas memandangi pergerakan Angela. Meskipun wanita itu tidak tahu ada seseorang yang tengah mengamati gerak-geriknya. Puncak acara mendebarkan pada bagian pengumuman hasil akhirnya.Dalam hati Angela tidak berharap banyak jika dia menang, karena banyak peserta lainnya yang karyanya bagus. Saat pembawa acaranya mengumumkan di podium, pemenang ketiga dan kedua, Angela semakin bertamb
'Sebenarnya ini kesempatan emas tapi entah kenapa feelingku tidak enak hari ini,' batin Angela sambil berbicara memakai highheelsnya. Ia menyapu pipinya dengan make up tipis dan memoles bibirnya dengan warna senada bibirnya agar terlihat segar.Mobilnya meluncur ke perusahaan yang di maksud agensi lomba kemarin. Hadiah utamanya ia terikat kerja dengan perusahaan Glory yang menaungi para desainer. Hati Angela merasa was-was karena baru pertama kali ke perusahaan Glory. Kabarnya perusahaan itu memiliki cabang di Indonesia. Pemimpinnya juga seorang lelaki muda yang tampan.Langkah Angela terhenti saat berdiri melihat gedung pencakar langit yang menjulang ke atas. Megah tapi tidak meninggalkan aksen budaya Jepangnya. Kaki Angela melangkah masuk ke dalam, ia tampak asing ketika berjalan melewati lobi. Banyak karyawan yang memandanginya dengan tatapan asing. Ya saat ini ia seperti alien yang baru turun dari pesawat piring terbang mendarat di bumi.Angela menanyakan pa
"Kau tidak akan bisa lari lagi," kata Verrel. Ia mendesak Angela hingga ke dinding. "Apa maumu sebenarnya? Kenapa kau selalu bersikap memaksa," protes Angela. Ia benci di saat Verrel sangat menginginkannya, akan terus memburu seperti mencari buronan. Tapi jika ia bersanding dengannya, maka seenaknya saja Verrel mengabaikannya. Jika ingat itu semua, Angela rasanya sudah muak. “Singkirkan tanganmu ini.” Angela mendorong tubuh Verrel sekali lagi.Verrel seperti seorang yang kehausan, ia membuka kancing blouse Angela, mengeluarkan dua buah benda kenyal milik istrinya yang sudah terlalu lama ia rindukan. Tanpa kompromi ia menyesapnya satu persatu. Angela mengerang, ia merutuki dirinya sendiri kenapa mulutnya mengkhianatinya. Mendengar Angela memberikan reaksinya, Verrel tak tanggung-tanggung menyingkap rok istrinya. Sementara jari-jarinya menyusup ke bagian sensitif yang tersembunyi dalam celana dalam ketat. Lubang itu sangat sempit, menunjukk
Angela melihat dirinya di cermin setelah membersihkan tubuhnya. Air di rambutnya masih menetes di punggungnya. Ia melamun menatap wajahnya di cermin, lagi-lagi dirinya terperangkap dalam jebakan Verrel. Lelaki itu begitu kuat mengikatnya, kemanapun ia pergi sepertinya Verrel selalu menjadi bayangannya.Tak bisa di pungkiri tubuhnya merindukan sentuhan itu, tetapi hatinya kuat menolak pesona lelaki itu. Angela merasa terperosok dalam lubang yang sama. Ia sudah bersikeras berjuang mati-matian untuk melupakan pria yang masih menjadi suami sahnya.Kini ia tidak tahu kejutan apa lagi yang akan menyambutnya di hari esok. Hidupnya semula yang stabil kini akan naik turun lagi seperti roller coaster.Suara perutnya yang keroncongan terdengar lirih, membuyarkan lamunannya. Ia memutuskan untuk ke dapur untuk mencari sesuatu yang bisa di makan. Angela baru ingat jika sejak dari kantor tadi ia memang belum makan apa-apa.Terlebih lagi Verrel memperlakukann
Angela tidak habis pikir kenapa akhir-akhir ini Verrel seperti seorang pengganggu. Ia tidak bisa bergerak leluasa dengan adanya Verrel yang selalu memata-matainya.Hari ini ia melakukan pemotretan dengan Ryugi. Sebelumnya ia sudah pernah bertemu dengan pria itu untuk pertama kalinya. Tapi ia tidak tahu jika Ryugi adalah fotografer handal. Ia sengaja mencari tahu tentang Ryugi, dan menurut Richi sahabatnya bidikan kamera Ryugi selalu menghasilkan karya terbaik."Hajimemashi tte watashi no na mae wa Angela de s," sapa Angela sembari membungkukkan badannya pada Ryugi sebagai tanda hormat."Namaku Ryugi, aku bisa bahasamu," jawab Ryugi tersenyum."Oh, maaf," kata Angela tersipu malu. Susah payah ia melafalkan bahasa Jepangnya pada Ryugi, ternyata lelaki itu malahan bisa bahasanya."Jadi, kita mulai pemotretannya?" tanya Ryugi."Tentu saja jadi, tapi ... sebelum itu saya mohon maaf tentang kejadian yang dulu. Karena saya sudah tidak sopan m
Bayangan Verrel tiba-tiba muncul di benaknya. Ia merasa aneh hari ini lelaki itu tidak membuntutinya. Tapi baguslah, ia dapat membuat rancangan desainnya yang baru tanpa gangguan dari Verrel.Angela mulai menggoreskan pensilnya untuk membuat sketsa pakaian menurut imajinasinya. Saking terhanyutnya dalam menggambar rancangannya, ia tidak menghiraukan jika ada seorang pria yang sudah berdiri memperhatikannya, menunggu pekerjaannya selesai. Verrel melarang karyawan lainnya untuk memberitahukan kedatangannya. Verrel memilih menunggu Angela menyelesaikan pekerjaannya.Tanpa di minta Verrel duduk bersandar di sofa, ia memandangi Angela tanpa berkedip. Sadar ada sepasang mata tengah memandanginya, Angela melirik ke arah samping."Sudah selesai pekerjaanmu?" tanya Verrel.Jantung Angela serasa copot seperti melihat sosok hantu. Verrel menatap tajam ke arah Angela. Tatapan itu seperti busur panah yang ia lesatkan siap menembus hati Angela. Tatapan ding
Angela merasakan telapak tangan menutup kedua matanya dari belakang."Siapa ini!" katanya gugup. Tidak mungkin kan jika di sini ada seorang pencuri yang masuk."Kau sangat cantik," bisik pria itu perlahan membuka telapak tangannya. Angela mengenali pemilik suara itu, siapa lagi kalau bukan Verrel.Lelaki itu memutar tubuhnya melihatnya dari atas hingga ke bawah. Sudah lama ia tidak melihat Angela memakai lingerie seksi. Sepertinya ia cukup puas dengan gagasannya memberikan lingerie pada Angela. Warna hitam pekat terlihat kontras dengan kulit Angela yang putih bersih. Apalagi ukuran dada Angela yang membulat sempurna dengan ujung puncaknya yang terlihat samar-samar di balik lingerie hitam. Membuat Verrel makin bergairah.Angela tidak menyadari sejak kapan Verrel telah membaringkannya di atas ranjang. Tangan Verrel terlalu asyik menikmati benda kenyal di depannya. Sesekali Angela mengerang ketika jari Verrel menggelitik bagian pusatnya.&nb
Verrel menyadari kebencian Angela sudah melebihi rasa cintanya. Tindakannya waktu itu sudah teramat fatal sehingga menyisakan rasa sakit di hati Angela. Bodoh memang jika menawari Angela dengan harta karena ia sudah memiliki segalanya. Bukankah selama ini Angela pergi karena ingin menjauhinya.Mungkin sekarang ia bisa memiliki tubuhnya, raganya seutuhnya tapi tidak dengan hatinya. Rasa trauma yang Verrel timbulkan terlalu dalam. Membuat Angela enggan untuk jatuh cinta lagi.Sekarang yang perlu di lakukan Verrel adalah bagaimana menumbuhkan rasa cinta Angela untuknya. Angela kembali bersikap dingin seperti saat pertama kali Verrel bertemu dengannya. Mereka terikat dalam pernikahan tapi ada kebencian di tengah-tengahnya."Kita mulai kembali dari awal, tonggal serumah dan menjalani rumah tangga bersama-sama," ajak Verrel.Semula Angela tertegun kaget mendengar tawaran dari Verrel, namun tak lama kemudian Angela tertawa sinis. Angela berhara
Para tamu undangan telah datang memenuhi ballrom Hotel Diamond untuk datang memberikan selamat pada sepasang pengantin baru. Chika tampak memakai balutan gaun berwarna broken white serasi dengan setelan jas yang di pakai Saga.Chika merasa tegang karena baru kali ini ia menikah secara resmi di hadapan publik. Yang lebih mengesankan lagi pernikahan itu merupakan pernikahan ganda antara Chika dan Saga, Devan dan Viona. Sungguh di luar dugaan bagi Angela. Ia bergelayut mesra di lengan suami tercintanya Verrel. Demikian juga Mark dan Clara cukup lega menyaksikan putrinya berbahagia bersama dengan orang yang di cintainya.Bunga-bunga rose berwarna putih, lily putih dan baby breath menghiasi dekorasi pernikahan. Tampak meja-meja tamu sudah di penuhi pengunjung yang menyantap hidangan makanan yang di tawarkan. Di setiap sudut ruangan di hiasi bunga-bunga kering yang sudah tertata apik.Semua tamu tampak kagum dengan pasangan pengantinnya yang tampil sempurn
Wajah Frans murung, hari ini adalah hari pengambilan raport kelulusannya di TK. Semua anak datang bersama kedua orang tuanya, Frans di temani Chika. Dalam hati sebenarnya Frans ingin seperti teman-temannya. Hanya saja ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut jika mamanya akan sedih.Chika mendapati Frans diam tidak seperti biasanya. Sementara tatapannya tertuju pada temannya yang sedang bercanda tawa dengan papanya membuat Chika cukup mengerti. Ia lalu mengambil ponsel dalam tasnya. Mengirimkan pesan pendek untuk Saga.Di kantor Saga tengah sibuk mengetik di laptopnya. Sekilas ia melihat ponselnya menyala. Bibirnya tersenyum manakala membaca pesan singkat dari Chika. Ia segera meraih jasnya. Lalu meninggalkan pesan pada asisten pribadinya untuk menghandel pekerjaan hari ini.Di sekolah semua anak mendapatkan jatah giliran pentas bersama kedua orang tuanya. Sang anak membacakan puisi lalu kedua orang tua mendampingi di kanan kirinya.Satu persat
"Ma, apa benar Frans memang putraku?" tanya Saga sembari menangis di depan Angela. Ia merasa seperti orang bodoh tidak tahu apa-apa."Ya, akhirnya kau sudah tahu juga," kata Angela.Saga tercengang, ternyata kedua orang tuanya sudah tahu kebenarannya. Lalu mengapa mereka menyembunyikannya?"Kenapa mama tidak mengatakannya padaku? Aku merasa seperti orang paling bodoh, Ma. Putraku sendiri memakiku, membenciku, aku bisa melihat kemarahan di bola matanya," kata Saga."Itu karena Chika melarangku, aku juga tidak ingin melukai hatinya," kata Angela."Sekarang, apa yang harus aku lakukan? Putraku tidak mau menerimaku," keluh Saga."Kau harus bisa meraih hatinya. Bayangkan ia besar tanpa kasih sayang seorang papa. Frans sering melihat Chika bersedih sendirian. Sebagai seorang anak yang sangat menyayangi mamanya wajar jika dia ikut terluka.""Baiklah, Ma. Saga akan berusaha keras untuk mengambil hati Frans," kata Saga kemudian."Bagus,
Dering suara telepon mengagetkan Chika dari aktivitasnya dengan Saga."Sudah, biarkan saja. Tanggung," kata Saga.Chika mendorong tubuh Saga. Ia yakin jika yang sedang menelepon adalah putranya. Dengan baju yang sudah terlihat berantakan Chika meraih ponselnya. Benar, memang Frans yang meneleponnya."Mamaa!""Cepat pulang!" teriak Frans di telepon."Iya, sayang. Sekarang juga mama pulang," kata Chika menghibur Frans. Ia lalu mematikan ponselnya.Saga langsung mengambil ponsel Chika dengan paksa, untung saja Frans sudah memutus panggilannya. Saga memeriksa riwayat panggilan Chika. Di sana ada gambar foto bocah tampan mirip dirinya."Jangan bilang, jika anak ini adalah putraku," kata Saga. Ia kembali menatap foto Frans lebih dekat lagi. Chika segera merebutnya. Ia tidak ingin Saga tahu jika dirinya sudah memiliki seorang anak."Lima tahun kau menghilang, anak ini juga berusia lima tahun. Itu berarti kemungkinan besar
"Minumlah, agar tubuhmu menjadi hangat," ucap Saga."Terima kasih."Chika tidak langsung meminumnya karena masih terlalu panas. Ia memilih meletakkannya di atas meja."Masih terlalu panas, aku akan meminumnya nanti," ucap Chika."Tunggu sebentar."Saga beranjak dari tempat duduknya ia melangkah menuju ke dapur. Tangannya membuka pintu lemari mengeluarkan beberapa bungkus mie instan. Ia tidak tahu apakah Chika mau mengonsumsi mie instan atau tidak.Ia pun mengambil panci dan memenuhinya dengan air. Setelah mendidih ia masukkan mie nya ke dalam panci. Sambil menunggu mie nya masak ia menyiapkan mangkuknya.Chika merasa sudah terlalu lama Saga meninggalkannya. Ia kemudian bangkit dari tempat duduknya mencari keberadaan Saga. Melihat Saga tengah memasak di dapur membuat nafasnya sedikit sesak. Ia tidak suka melihat kebaikan Saga. Hatinya bisa saja luluh lantah kalau di perlakukan seperti itu.Tidak seharusnya suas
Saga mengikuti langkah Axella dari belakang. Kebetulan restorannya tidak begitu ramai sehingga mereka leluasa memilih tempat yang nyaman. Rupanya Chika memilih tempat di dekat jendela yang menghadap ke arah air terjun kecil. Di luar jendela terlihat taman landscape menghiasi sekitar restoran.Para pengunjung restoran merasa nyaman untuk berlama-lama di sana. Di dinding hotel banyak terpajang lukisan klasik dan ornamen unik yang tidak ada di tempat mana pun."Kenapa kita kesini? Bukankah seharusnya kita langsung ke lokasi untuk meninjau tempatnya," kata Axella."Jangan terlalu terburu-buru, Nona Axella. Saya tidak ingin Anda kelaparan di jalan hanya karena kurang makan," kata Saga sambil tersenyum.Chika malas membantah perkataan Saga. Ia lebih memilih melihat buku menu yang ada di depannya. Saga memberi isyarat pada pelayan untuk menghampirinya."Saya akan segera kembali membawa pesanan Anda."Chika kembali terpaku pada pem
Sepulang dari rumah orang tuanya Saga berpikir tentang apa yang di katakan Angela. Ia merenungi kehidupan rumah tangganya. Memang benar jika rumah tangganya seperti tidak ada tujuan. Ia membiarkan Luna bersikap seenaknya.Ia tahu jika di luar Luna memiliki hubungan gelap dengan beberapa pria. Saga hanya tinggal menunggu waktu menceraikannya. Ia baru mengumpulkan bukti-bukti kuat agar pengadilan menyetujui gugatannya.Terlebih lagi, kerjasama yang di jalin selama bertahun-tahun dengan papanya Luna pasti akan mengalami kerugian besar jika ia bercerai. Bagi diri Saga ia tidaklah gila harta. Hanya saja jika ia merugi maka yang kena imbasnya adalah karyawannya.Di rumah Saga merasa kesepian, memang benar kata mamanya jika dalam pernikahan di butuhkan seorang penerus. Tapi, bagaimana Luna bisa hamil sementara Saga juga sudah enggan menyentuhnya. Ia tidak bisa membayangkan menyentuh tubuh seorang wanita yang sudah di sentuh berganti-ganti pria.Saga menjad
Angela merasa kasihan mendengar cerita Chika. Ia bisa menyimpulkan jika Chika belum menikah dengan Saga. Terlebih Verrel ia justru merasa terpukul karena wanita yang di telantarkan Saga adalah putri sahabatnya sendiri.Melihat wajah polos Frans kecil mengingatkan Verrel pada Saga di waktu kecil. Anak itu tidak bersalah, seharusnya dulu ia mendengarkan permintaan Saga untuk tidak menikahi Luna. Ia yakin putranya itu tidak pernah mencintai istrinya."Kemarilah, Nak. Ini juga kakekmu. Peluk kakek," kata Verrel. Tak terasa air matanya meleleh.Frans sedikit ragu ia melihat sebentar ke arah mamanya seperti meminta persetujuan. Chika menganggukkan kepalanya."Pergilah, mereka juga kakekmu," kata Chika.Verrel memeluk erat Frans kecil. Ia mengecup pipi chubby bocah itu. Seluruh rasa bersalahnya seakan membebani pundaknya. Verrel bahagia, tapi ia juga merasa kasihan dengan Frans.Angela mengusap air matanya, ia memeluk Frans penuh
Sayang, mama berencana mengajakmu ke rumah teman mama," kata Clara."Mereka sudah mama anggap seperti saudara. Kamu mau kan?" tanya Clara."Iya, Ma.""Kapan kita akan kesana?" tanya Chika."Sekarang, bersiap-siaplah. Mumpung hari ini kita weekend," kata Clara."Baik, Ma. Chika juga akan menyiapkan Frans."Tidak memakan waktu lama Chika dan Frans sudah siap. Mereka masuk ke dalam mobil bersama Mark juga. Frans melihat orang di mobil satu persatu. Lalu ia tiba-tiba tertawa."Hei, kenapa kamu tertawa, sayang?" tanya Clara."Bukan begitu, Nek. Hanya saja kalian terlihat lucu," jawab Frans."Lucu? Apa kami seperti badut kesukaanmu itu?" tanya Mark."Hahaha, kakek bisa saja. Frans lihat kalian kalau diam saja berwajah tegang terlihat lucu," terang Frans."Kamu ini." Clara memencet hidung mancung Frans dengan gemas.Sesampainya di kediaman Verrel, mereka di sambut hangat oleh mereka. Frans dengan malu