Siang itu Shakira terbangun dengan keadaan yang masih tanpa sehelai benang pun. Tubuh polosnya tertutupi selimut tebal yang tebal karena udara yang dingin dari AC menembus kulitnya. Shakira menutup wajahnya dengan malu setelah teringat apa yang telah terjadi sebelumnya. Ia memeluk tubuhnya erat – erat dan segera berlari membilas diri di kamar mandi dengan selimut yang melilit tubuhnya.
Tidak apa - apa! Toh dia itu suamimu Shakira! Tidak apa - apa! Lagipula ini demi menyelamatkan pak Martin. Dan lagi, aku selalu meminun pil KB itu terus, jadi aku tak akan hamil, sekiranya Axel tak memakai pengaman pun kurasa tidak akan apa - apa. Tapi si brengsek itu sepertinya tak pernah pakai pengaman ya? Aaaahh aku tidak sempat memperhatikannya! Aaaahh sudahlah! Yang penting dengan begini pak Martin terlepas dari cengkraman Axel!
Shakira mendesah dalam hati dan mencoba membuang ingatan semua tingkah binalnya demi meredam amarah Axel. Namun semakin ia membuang semakin jelas gambaran
"Kenapa Aksa bisa mengirimkan pesan padamu? Bagaimana dia bisa tahu nomor teleponmu?'' potong Axel dengan suara berat.DEG!Apalagi ini? Oh ya ampun!"Ya mana aku tahu? Aku juga baru selesai video call mama. Kau bilang aku tak boleh keluar kamar, ya sudah aku hanya telepon mama!'' jawab Shakira dengan nada jengkel.Axel terdiam beberapa saat, ''oke, tunggu aku pulang,'' ucapnya beberapa saat kemudian dan menutup telepon dengan seenaknya. Shakira menggeram jengkel bukan main."Ooohh astagaaaa! Apa – apaan sih dia itu? Benar – benar menjengkelkan! Menyebalkan! Haaaaahh!'' Shakira melempar ponselnya ke sofa di sebelahnya. Amelia yang menyaksikan itu hanya bisa membeku tanpa bergerak sedikit pun. Shakira menatap gadis itu dengan penuh iba. Ia terlupa akan keberadaan Amelia yang telah membawa buku – bukunya."Oh Amel, maafkan aku. Letakkan saja buku – buku itu disana dan kau boleh pergi.'' Shakira menatap gadis itu dengan
"Shaki, aku menunggu jawabanmu!'' Axel menatap Shakira yang makin terlihat pucat pasi. Wanita muda itu menelan kebingungannya dalam matanya yang berkaca - kaca. "Ti...dak Axel. Aku memang tadi sempat bermimpi buruk, tapi entah kenapa aku, ehm di mimpiku ada kakak ipar dan, dan entah kenapa setiap ada dia membuatku tak nyaman. Entahlah aku hanya aneh dan takut,'' papar Shakira dengan perkataan yang terputus - putus. Hening sesaat. Axel hanya memandang Shakira beberapa saat lalu pergi meninggalkannya tanpa kata – kata atau pun sikap kemarahannya yang sering meledak – ledak jika ia merasa cemburu pada setiap laki – laki yang dekat dengan Shakira. Hal itu membuat Shakira bertanya – tanya dan kebingungan seketika menderanya. Axel pergi begitu saja? Oh tidak! Apa dia bisa meredam kemarahannya kali ini atau... Atau... Dia... Oh jangan – jangan dia pergi menemui Aksa? Oh tidak, aku harus mengejarnya! Shakira bergegas meninggalkan kamarnya setelah merapikan bu
Malam telah larut, namun Shakira tetap tak bisa memejamkan kelopak matanya. Dia hanya membolak – balikkan badannya dengan gelisah, apalagi Axel tak ada di sampingnya. Sejak laki – laki itu meninggalkannya dengan sikap yang aneh, ia tak lagi menemui Shakira."Aneh sekali dia hari ini, tapi dengan diamnya ini aku jadi semakin takut dengan apa yang akan diperbuatnya. Ya, walaupun kami memang jarang tidur bersama tapi baru kali ini aku merasa sendirian. Rasanya benar – benar tak nyaman. Lebih baik dia mencak – mencak seperti biasanya saja sih, kalau begini aku jadi bingung sendiri harus bersikap bagaimana,'' keluh Shakira dalam hati. Wanita itu memaksakan dirinya untuk memejamkan matanya.Hingga hari menjelang siang, Shakira tak juga melihat sosok Axel yang berkeliaran di dalam rumah, ponselnya pun tak ada pemberitahuan apa pun tentang Axel yang biasanya selalu meramaikan suara benda pintar itu. Bahkan Shakira tak melihat laki – laki yang menj
"Siap...aaaaa.... Aaaahhh....'' pekik Shakira tertahan karena tiba – tiba laki – laki itu mencium lehernya dengan lembut sambil memainkan jari – jarinya di perut Shakira dan membuat wanita itu bukannya bergairah namun malah memekik seperti kesetanan."BRENGSEK! SIAPA KAMU KURANG AJAR! LEPAS!" Shakira mulai memaki dan berusaha memberontak dengan menendangkan kakinya serta mengayunkan sikunya membabi buta. Laki – laki itu melepaskan pelukannya dengan kaget."Wow! Wow! Hei tenang sayang, ini aku.''"AKU SIAPA! BRENGSEK! LEPASKAN AKU! AKU SUDAH PUNYA SUAMI!"Bentakan Shakira membuat laki – laki itu terkekeh, Shakira mengernyit diam seolah berusaha mengenali suara tersebut."Sayang, jangan seperti itu! Masa kau lupa dengan suaraku?''"Axel? Axel lepaskan aku! Jangan main ...'' Tawa laki – laki itu menghentikan ucapan Shakira dan membuat Shakira beringsut menjauh ingin menutupi dirinya dengan bantal."Aks
"Hasyiiiiiimmm...!''"Shakiii... Kau harus ke dokter deh, ini sudah ke sekian kalinya kau bersin – bersin. Aduuuhh... Nggak biasa – biasanya kamu sakit begini sayang.'' Rachel menatap khawatir pada Shakira yang sibuk membersihkan hidungnya yang memerah."Ah iya, nanti malam saja,'' sahut Shakira pendek, ''aku sudah minum obat kok,'' lanjutnya dengan suara sengau saat Rachel menatapnya dengan mata melotot.Saat itu hari beranjak siang, mereka baru pulang dari kantin sedang menunggu jadwal kelas berikutnya sambil berjalan melintasi lorong kelas lain. Shakira tak melihat ada sosok yang terus menatapnya tanpa berkedip, sedangkan ia sibuk berdebar karena tiba - tiba melihat sosok Axel dengan gaya perlente sedang berjalan ke arahnya, membuat para mahasiswi yang ia lewati memekik tertahan karenanya.Oh tidak! Kenapa harus ketemu dia di sini? Bukankah harusnya dia ke kantor? Dia kan nggak ada jadwal kuliah hari ini? Lagipula kelas dia di gedung sebela
Shakira menelan pil – pil yang ia dapat dari dokter yang telah ia kunjungi sore itu setelah selesai kuliah. Bekas makan malam yang masih ada di meja ia abaikan begitu saja tanpa repot – repot memanggil asisten rumah tangga untuk membersihkannya. Shakira tak ingin membuka pintu kamarnya. Ia ingin mengunci diri dan menghabiskan malam itu dengan tugas – tugas kuliah yang menumpuk dan beberapa buku novel dari berbagai genre yang belakangan berhasil menjadi teman waktu luangnya.Namun baru beberapa lembar ia membaca buku, ia tak bisa menahan berat di kepalanya akibat flu yang di deritanya. Bergegas Shakira mengunci pintu kamar dan mematikan lampu. Ia merebahkan dirinya dengan cahaya redup yang berasal dari lampu tidur diatas nakas.Sayup – sayup ia mendengar suara orang berbicara, tanpa pikir panjang wanita muda itu mematikan lampu tidur dan menenggelamkannya dalam kegelapan kamar. Ia mendesah karena lega dan suka dengan sepi yang seolah mendekapnya.
"Sayaaaang... Harusnya kau istirahat di rumah saja. Lihatlah, kau masih demam.'' Natarina memegang kening Shakira yang merebahkan diri di pangkuannya. Walaupun khawatir namun ia tak bisa memungkiri kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya saat putri semata wayangnya itu datang mengunjunginya, setelah sekian minggu tak bertemu secara langsung."Shaki rindu sama mama. Dan mumpung si eeemmm... Axel memberiku izin jadi Shaki segera saja berangkat. Shaki ingin menginap di sini ma, boleh kan?'' rengek Shakira dengan suara sengau di selingi bersin kecil yang telah kesekian kalinya ia alami. Natarina menggeleng perlahan dengan wajah simpati."Tunggu sebentar,'' ucapnya sambil berdiri bangkit dari duduknya dan meninggalkan Shakira yang tergeletak lemah di atas sofa. Wanita muda itu sibuk membersihkan ingus yang meleleh dari hidungnya. Hingga ia harus bangkit dari rebahnya karena mendengar ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.Pasti Axel. Loh? Nomer asing siapa
Shakira mencoba mengabaikannya dan memblokir nomor asing tersebut. Akan tetapi, ia ingat akan ancaman pesan tersebut, bahkan mereka mengetahui namanya dengan jelas.Dalam gelisah, Shakira menelepon ibunya untuk memastikan bahwa wanita itu baik – baik saja. Dan benar saja, dalam telepon video itu nampak Natarina sedang tiduran menggunakan kacamata baca yang masih bertengger di ujung hidung mancungnya."Mama, aku ingin bicara pada Axel supaya mama bisa tinggal disini saja.'' Shakira mencoba mendekati inti permasalahan yang membuatnya gelisah."Jangan cengeng Shaki, mamalah yang sengaja meminta pada Axel agar hidup terpisah darimu nak.''"Hah? Kenapa ma?''"Sayaaaang, sudah berapa kali kita bahas masalah ini sejak kau menikah. Mama tak ingin mengganggu kehidupan rumah tangga kalian nak. Dan lagi, biar kalian bisa fokus untuk segera dapat momongan! Duuuh... keceplosan deh.'' Natarina tergelak, ''Kalau ada mama takutnya Axel malu - malu,'' bisikny
Seharian ini Axel dibuat pusing oleh tingkah Shakira yang semakin lama semakin suka uring-uringan tak jelas. Namun ada kalanya Shakira terlihat sangat ceria saat bersama si kembar. Apalagi si kembar kini sudah bisa berjalan walau tertatih-tatih. “Bagus! Anak-anak Mama sudah mulai bisa berjalan! Sini Mama cium dulu, anak tampan dan cantik Mama!” puji Shakira dengan antusias memangku kedua buah hatinya dan menciumi mereka bergiliran dan membuat keduanya tergelak-gelak kegelian. Akan tetapi suasana yang ceria itu seketika suram saat Axel mendekati mereka. Dengan wajah masam, Shakira mencoba menjauh darinya. Namun, tangan Axel dengan cepat menangkap Shakira dengan merangkulnya dari belakang. Mau tak mau kedua anaknya pun ikut dalam kungkungannya. “Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang jauh-jauh dariku,” desis Shakira menahan marah, namun beda halnya dengan si kembar yang tergelak-gelak karena mendapat pelukan dari Papa mereka. “Sayang, aku minta maaf jika ada salahku, tetapi kumohon jan
Pesta itu di gelar di sebuah aula hotel bintang lima yang berada dalam naungan bisnis Othman Group yang telah Axel akuisisi.Saat itu Shakira dan Axel memakai baju pernikahan mereka kembali, seolah mengenang kembali pernikahan mereka dan mendandani si kembar seperti malaikat-malaikat kecil yang lucu dan cantik. Sungguh memperlihatkan keluarga yang sempurna. Beberapa tamu melontarkan pujian sekaligus iri dengan kemesraan mereka dengan tiada henti-hentinya. Pesta itu berlangsung sangat meriah dan ramai. Axel dan Shakira terlihat semakin bahagia tatkala sampai acara puncak itu yang diisi oleh potongan-potongan foto Axel dan Shakira dengan berbagai pose atau adegan yang tanpa sengaja terekam kamera CCTV dengan pose lucu, tertawa atau pun sedih. Juga foto-foto di kembar yang sangat menggemaskan yang terpampang di layar utama.“Ya. Inilah keluarga kecil saya. Istri saya, Shakira yang tercinta juga anak-anak saya, Angelo dan Angela serta Ibu mertua saya, Mama Natarina, serta Kakak saya, Aks
“Kau tahu, apa pun yang kita rencanakan dan bagaimana pun kita berusaha, jika Tuhan telah menggariskan sebuah takdir semua tak akan bisa ditentang,” ujar Aksa kala itu.Axel tersenyum tipis mendengarnya walau tetap tak melepaskan pandangannya pada Shakira yang sedang tertawa senang bercanda ria dengan si kembar dan Ibunya di sebuah kasur lantai.Kedua kakak beradik itu sama-sama terdiam saat melihat Shakira yang dengan luwesnya meraih Angelo yang mulai merengek. Dan berkat godaan Shakira, bayi mungil itu kembali terbahak-bahak menggantikan rengeknya.“Ya. Aku hanya berpikir, bahwa aku akan berusaha semampuku agar semua yang aku cita-citakan dapat kuraih. Termasuk memiliki hatinya.” Axel tetap menatap Shakira dengan senyum mengembang.Ucapan Axel sukses membuat Aksa mengalihkan pandangannya dari Shakira kepada Axel.“Aku tahu ke mana arah pembicaraanmu, Aksa. Walaupun para Kakek ingin mencatat nama kalian dalam ikatan jodoh. Tapi Tuhan menakdirkan Shakira terikat padaku. Begitu, ‘kan?
“Aku hanya takut, aku tak pantas untukmu, Shakira. Karena aku bukanlah siapa-siapa lagi ....”Kata-kata putus asa Axel masih terus terngiang-ngiang di telinga Shakira bahkan setelah ia terbangun dari tidurnya. Ia menatap wajah Axel yang masih terlelap dalam pelukannya.Shakira meraba wajah tampan di hadapannya dengan perasaan haru, lalu dengan berkaca-kaca ia mengecup kelopak mata Axel yang masih terpejam, hidung mancung dan bibirnya dengan lembut. Dengan tatapan puas, Shakira menatap wajah suaminya yang terlihat polos dan tampan.Namun kesenangannya harus dikejutkan gerakan Axel yang tiba-tiba menimpanya dan menyurukkan wajahnya di leher jenjang Shakira yang spontan membuat Shakira memekik kegelian.“Dasar Nakal, kau selalu mengejutkan aku, Axel,” tegur Shakira mencubit pipi Axel dan membuat laki-laki itu menggumam dan makin gencar mencumbu Shakira yang membuat Shakira makin terkekeh kegelian. Mau tak mau hal itu membuat Axel benar-benar bangun.“Mana morning kissnya?” gumam Axel kem
Shakira mendorong Axel dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya.“Ada apa, Axel? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kau mengucapkan itu?” cecar Shakira tercekat tak percaya.Melihat Axel hanya terdiam membisu, Shakira mengangguk paham, “Apa ini karena aku telah melarikan diri bersama Aksa waktu itu? Jadi kau tak percaya ....”“Shakira ....” sela Axel yang kini bersimpuh di kaki Shakira dan memeluk lututnya.“Dosa Othman terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Aku terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa kubanggakan dan kupersembahkan untukmu, Shaki. Aku bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa.Aku tak pernah menyangka segala dukungan buatku dari Kakek, itu semua karena kupikir Kakek yang benar-benar menyayangiku dan iba melihatku yang selalu jadi bayang-bayang Aksa. Tapi nyatanya, semua demi tujuannya sendiri. Demi ing
“Sayang, apa kau sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Shakira sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit,” ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Martin, perut wanita itu terlihat sedikit buncit.Axel menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya.“Sarah? Kau sudah selesai berbicara dengan Shakira?” tanya Martin menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu, “Perkenalkan Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda ...”“Axel, Tuan Muda Axel, suami Shakira siapa yang tak tahu Tuan Muda Axel Othman. Salam kenal saya Sarah, istri Tuan Martin ini, pemilik restoran yang punya cabang di beberapa Mal,” sela Sarah memotong ucapan Martin dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Axel.Ucapan Sarah, membuat Martin jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadapan Axel, apalagi me
“Bagaimana, Erick? tanya Axel setelah dokter Erick memeriksa kondisi Kakek Othman.“Axel, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan menyebabkan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu,” ungkap dokter Erick dengan tatapan penuh simpati.“Kenapa tidak pasti?” sela Aksa kepada Erick menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Othman yang mengering.“Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat,” jawab Erick yang membuat Aksa terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Laki-laki itu terlihat sangat stres.“Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan selain itu,” lanjut Erick dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Axel itu menghela napas dengan berat, “Aku turut berdukacita atas apa yang terjadi pada Kakek,” pungkasnya seraya melepas
Sore itu Shakira duduk bersebelahan dengan Axel, sementara Aksa duduk di bangku tunggal terpisah berhadapan dengan Tuan Bastian West yang duduk dengan Pak Adam, sekretaris Axel dan Pak Ares, Pengacara Axel.Kelima orang tersebut sedang bersitegang karena masalah yang sedang mereka hadapi. Apalagi melihat Tuan Bastian yang sempat tak bisa menahan harunya bisa melihat Shakira setelah sekian lama. Hal itu semakin membuatnya bersemangat untuk mengungkapkan alasan kedatangannya ke rumah itu.“Jadi, singkatnya, seperti yang tertulis dalam surat wasiat terakhir, sebelum Tuan Abraham Ansel meninggal, bahwa semua miliknya akan di wariskan kepada Nona Shakira. Dan jika Nona Shakira meninggal sebelum memiliki keturunan maka sebagian aset itu akan disumbangkan kepada yayasan amal pilihan Tuan Ansel, dan sebagian lagi untuk Nyonya Natarina,” papar Tuan Bastian seraya menyerahkan beberapa lembar dokumen di tangannya kepada ke empat orang itu.“Dan ini adalah seluruh aset itu, dengan taksiran harga
Mendengar ucapan Axel yang terbata-bata, Aksa tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Shakira dan Natarina menatapnya semakin heran.“Ada apa, Aksa?” tegur Natarina yang langsung membuat Aksa menghentikan gelak tawanya.Lalu dengan menyisakan tawanya ia akhirnya mengakui, bahwa dia memang sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Axel marah dan bangun.“Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Shakira,” papar Aksa yang membuat Shakira dan Natarina menangis haru. Shakira kembali memeluk dan menciumi tangan Axel. Sementara Axel menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja.***Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Axel diperbolehkan pulang ke rumah dengan berbagai macam syarat yang harus dipatuhinya demi mempercepat pemulihannya. Dengan begitu pekerjaan Shakira semakin banyak, selain mengurus kedua anaknya ia juga harus membagi waktunya untuk Axel.“Aku merasa jadi punya 3 bayi yan