Akhirnya Emili merasa lega setelah sukses menghadapi kedua orangtuanya, tapi kenapa ia harus lega? apa iya, itu karena uang? entahlah. Semua kejadian tadi masih terngiang-ngiang di pelupuk matanya, keahlian Danil meyakinkan orangtuanya tampak nyata, ia seperti seorang suami yang benar-benar mencintai istrinya, Andai saja itu nyata. "Hufffft...! Aku mikirin apa sih?" Gumam Emili tanpa sadar "Kenapa?" Danil bertanya karena hembusan nafas Emili memecah kesunyian di dalam mobilnya."Eh tidak ada kok" tampiknya."Oh ya? Masa tidak ada sih, suara nafasmu bisa saja melubangi kaca mobil Lo" Danil masih penasaran, Emili memutar otak mencari jawaban."Aku hanya sedang berpikir tentang nanti, kalau semuanya terbongkar apa yang akan terjadi ya? Sepertinya aku tidak akan berani bertemu orangtuaku, mereka sangat percaya hubungan bodoh ini, apalagi Nenek kamu, iya kan?" Ucap Emili menerawang, walaupun cuma alasan tapi ini juga masalah serius yang mengganggu pikirannya."Yakin cuma mengkhawatirkan o
Beberapa hari telah berlalu. Danil tau Emili sedang menghindarinya dan ia cukup yakin dengan alasannya walaupun sebenarnya salah, ia berpikir Emili marah prihal video yang di ambilnya secara diam-diam, Danil tidak terlalu peduli tentang Emili yang menghindarinya, tapi ada hal lain yang membuatnya harus menyelesiakan ini, ia sudah tidak tahan lagi. Emili punya kebiasaan baru sekarang, diam dan mengunci diri di dalam kamar, setiap Danil punya kesempatan bertanya langsung di jawabnya "sibuk skripsi, sibuk karena bentar lagi sidang, atau wisuda dan banyak lagi alasannya, Danil mengiyakannya saja dan berharap Emili cepat kembali seperti dulu, ia menunggu sehari dua hari tiga hari dan seterusnya tapi Emili masih sama sementara ada sesuatu yang harus ia tuntaskan dengan istrinya itu, mengingat ada perjanjian penting.Danil tau hari ini sidang skripsinya selesai, jadi ia menunggu hendak untuk mengucapkan selamat, tentu saja ide ini muncul setelah berpikir lama."Akhirnya kamu pulang juga?bi
Derap langkah kaki mengganggu tidur Emili di pagi hari, terdengar dari iramanya, pemiliknya pasti seorang wanita yang anggun, suara itu semakin mendekat ke arah pintu kamar, lalu berhenti kemudian suara itu berganti dengan suara ketukan di pintu. Sebelum Emili bertindak sendiri, ia mengecek Danil terlebih dahulu yang ternyata orangnya masih terlelap, ia pun berinisiatif sendiri untuk membuka pintu kamarnya, karena sadar tubuhnya masih polos, ia pun mengambil secara asal, sebuah baju yang tergeletak di lantai sekitar tempat tidur, karena malas bergerak, ia hanya mengambil pakaian yang paling terdekat dengannya, dan itu merupakan kemeja milik Danil, setelah merasa tubuh yang tadinya polos sudah jauh lebih aman, ia baru bergegas membuka pintu."Kejutannnn...!" Seru Alea membuat Emili kaget, mata Emili melebar tak berkedip. Alea juga tidak kalah kaget, ia melotot sambil memindai penampilan Emili."Berisik sekali sih!" Seru Danil terdengar mengantuk, tapi tidak ada yang menggubrisnya. ia me
Beberapa jam kemudian..."Lo kenapa? lagi berantem ya?" Cecar Maya mengekor sahabatnya memasuki rumah Evan, ternyata Emili sudah memberitahu Evan sedikit tentang masalahnya dan untuk sementara minggat ke rumah Evan, karena hanya Evan yang paling tahu keadaannya,setelah Evan tau Emili mau minggat ia menawarkan pada Emili untuk ke rumahnya saja kebetulan keluarganya sedang bepergian. Benar saja sepulang kuliah Emili menyeret Maya dan Hana ikut ke rumah Evan. Ia masih punya harga diri untuk tidak pergi sendirian."Iya, gue berantem" Jawab Emili seadanya."Tapi di lihat dari sisi manapun ini salah tau, lo bisa ke rumah gue atau rumah Maya bukannya rumah Evan, bisa makin rumit kalau suami lo tahu kamu pergi ke rumah cowok lain"Hana memberi nasehat sebijak mungkin."Lo tau kan dari dulu cuma Evan yang selalu menampung gue dan Dion setiap kami ada masalah. Sampai sekarang gue masih terbiasa dengan itu, lagian kan ada kalian juga seperti dulu ga ada bedanya hanya saja sekarang udah ga ada Dio
Emili dan kedua temannya juga Evan berangkat ke kampus bersama, Emili belum juga menyerah dengan acara minggatnya, ia justru menikmatinya.walaupun mereka adalah mahasiswa tingkat akhir, mereka masih harus bolak balik ke kampus demi merampungkan tetek bengek perkuliahan yang tersisa, adapun Evan walaupun ia mahasiswa senior ia pernah ketinggalan satu semester karena cuti saat adegan naas yang menimpa Dion. Di sinilah mereka menjejakkan kaki tepatnya di kampus yang sebentar lagi menjadi kenangan. Emili dan Evan keluar dari mobil sambil cekikikan karena ulah Hana, namun berhenti saat keduanya di kagetkan oleh sosok tinggi, tampan dan berkharisma."Kamu ngapain disini?" Emili langsung ngegas begitu menyadari kehadiran Danil."Kenapa kamu datang bersamanya?" Danil balik bertanya."Ada kami juga ko Pak..." Seru Hana dan Maya bersamaan sambil buru-buru turun dari mobil, mereka seolah mengerti keadaan, di pikirnya akan mengurangi kesalah pahaman Danil kalau mereka muncul."Jadi kamu di rum
Hari berikutnya Emili belum juga berniat kembali ke rumah Danil, tapi ada hal yang harus di ambilnya, iapun memberanikan diri ke rumah itu dengan mengendap-ngendap. Ia memasuki rumah Danil dengan hati-hati, ia sangat berharap orang itu sedang pergi."Pak Danil ada ga?" Tanya Emili pada tukang kebun yang bekerja di rumah itu."Sepertinya ga ada Bu, tadi saya lihat sednag keluar sama Nona Alea." Jawab tukang kebun. Tukang kebun itu bingung, bukankah istri dari pak Danil harusnya marah kenapa malah terlihat lega? Tapi ia tidak berani mengutarakan pikirannya."Oh syukurlah" gumam Emili, akhirnya ia bisa melenggang tanpa bebanemasuki kamar Danil, hal yang ingin di ambilnya adalah pakaian dan perlengkapan pribadi, mengingat kemarin tidak membawa apa-apa dan Danil sepertinya hanya berbohong tentang berbaik hati membawakannya pakaian ganti untuknya.Ia memasukkan semua keperluannya ke dalam koper yang berukuran sedang, saat mau melangkah keluar suara-suara terdengar mendekat entah itu langkah
Beberapa hari kemudian..."Pulang..." Danil mengirim pesan untuk Emili, Sebenarnya kalau bukan karena suatu alasan ia tidak akan menyuruh perempuan itu pulang, bukan karena ia tidak mau tapi masih ada rasa gengsi yang mendominasi, jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa kesepian setiap kali ia pulang kerumah tapi tidak ada Emili, syukurnya orangtuanya berkunjung ke rumahnya jadi ia bisa meminta Emili pulang dengan alasan itu."Ngechat pagi-pagi cuma mau kasih tau ini? kirain sudah ga peduli" gumam Emili kesal setelah membaca pesan dari Danil."Sory, aku sudah nyaman disini" Emili membalas."Aku tidak peduli, kamu harus pulang ada mamah dan papah di sini""bukannya ada Alea?""Alea sudah pergi dari dua hari yang lalu""Oh" Di seberang sana, Danil memandangi layar ponsel dengan gemas."hanya Oh? apa di otaknya kekurangan huruf abjad sampai balas chat orang selalu pake dua huruf saja" gerutu Danil. Ia ingat Emili pernah membalas pesannya dengan IY saja."mau pulang atau tidak?""nanti saj
"Eh menantuku sudah datang..." Seru Bu Rita terlihat bahagia, begitu melihat Danil dan Emili."Mah apa kabar?" Balas Emili sambil menyalami Mamah mertuanya tak lupa memberi pelukan hangat, ada perasaan bersalah yang menyusup ke dalam hatinya karena membohongi wanita paruh baya itu. "Mamah baik, kamu gimana sayang?" "Emili juga baik Mah" seraya melepas Mamah mertuanya."Ada kabar baik apa nih?" Celetuk Pak Denis yang baru saja bergabung. Yang di tanya cuma membalas dengan senyum."Pah, apa kabar?" Sapa Emili sambil menghampiri papah mertua palsunya dan menyalaminya."Papah baik Nak, gimana? Papah bakalan punya cucu apa belum ni?" Canda pak Denis, walaupun bercanda beliau terlihat benar-benar berharap.Mendengar itu Emili melirik Danil."Belum Pah, doakan saja" jawab Danil, seraya menghampiri Emili."Sayang kamu mandi dulu sana" kata Danil, sebagai alasan untuk menghindari pembahasan masalah anak."Oh iya, Emili ke atas dulu Pah, Mah badan Emili bau, belum mandi" Emili mengikuti perma
Matahari telah berada di puncak peraduannya ketika sebuah mobil mewah yang membawa keluarga kecil melesat memasuki rumah bak istana. Iya, itu mereka Danil, Emili dan putri kecilnya Dania, ada juga Bu Eni yang telah resmi jadikan oleh Danil sebagai pengasuh tetap untuk putri kecilnya Dania.Akhirnya Emili kembali lagi ke rumah itu, rumah yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan singkat tentang hubungannya, hubungan yang tercipta dari sebuah ide gila Danil untuk melakukan sebuah pernikahan kontrak yang memakan korban yaitu Emili, yang kemudian menumbuhkan rasa cinta di antara mereka, yang satu karena ambisi yang satu karena keterpaksaan yang di sebabkan faktor ekonomi.Kini keduanya bersatu kembali dengan hubungan yang sehat dan terkontrak tanpa syarat sepanjang hidup mereka.Emili mau ikut Danil setelah meyakinkan segala urusannya yang harus di selesaikan telah beres, Danil dapat melakukan itu dalam waktu singkat.Demi agar lebih cepat berkumpul dengan keluarga kecilnya ia bahkan rela
Danil tiba di rumahnya, ia tau bertemu dan memohon pada Nenek Marita tidak akan memberi solusi, ia ke ruang kerjanya menghubungi Alex untuk mengumumkan tentang hubungannya dengan Emili dan kehadiran Dania sebagai putrinya di semua aplikasi Sosial media, tak lupa memintanya menghubungi stasiun tv juga supaya mertuanya yang agak gaptek soal sosial media tidak ketinggalan berita."Saya ingin membaca berita ini dalam waktu tidak lebih dari tiga puluh menit, jangan lupa kau juga harus memberinya judul sedramatis mungkin, Oke" Jelas Danil antusias."Iya Pak Danil, tapi tolong bisakah kamu membiarkan saya berbulan madu dengan santai?" Alex berbicara sebagai sahabat."Sory, tapi kali ini kau harus membantuku karena ini penting" Danil agak sedikit bersalah dengan sahabatnya."Oke Aku akan membantumu" ucap Alex."Thank's bro, selamat bersenang-senang" Danil mengakhiri peanggilannya lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata, ia sepertinya tidak sabar menunggu sebuah berita viral
"kesayangan Ayah sudah wangi" Danil berdiri menyambut putrinya."Apa katamu?" Nenek Marita kaget mendengar Danil."Ini putri Danil Nek, Saat Nenek mengusir Emili dia sedang mengandung anakku, Ah Nenekku sungguh keterlaluan! Mengusir cucu menantu yang sedang hamil tapi menampung wanita hamil lainnya" Ucap Danil membuat nyali Neneknya menciut dan tampak bersalah, sebenarnya ia sudah menunggu momen ini dari tadi."Apa benar dia putrimu?" Ekspresi Nenek Marita berubah sembilan puluh derajat, yang tadinya dingin menjadi hangat. Ia bertanya demi memastikan pendengarannya. Matanya terpaku pada Dania."Iya Nek, apa Nenek meragukannya? padahal dia begitu mirip denganmu Nek" Ucap Danil. Fakta itu juga yang membuatnya tidak bertanya saat pertama kali melihat putrinya, Dania begitu mirip Neneknya yang juga mirip dengan dirinya sendiri."Betul Kamu hamil saat pergi dari rumah?" Nenek beralih pada Emili, kebenciannya pada menantunya itu agaknya berangsur hilang."Iya Nek, tapi Emili juga tidak tahu
Danil benar-benar menginap di rumah keluarga Emili, ia tidak memberitahu hal itu pada siapapun, karena itu ponselnya berdering beberapa kali entah itu panggilan dari asistennya Alex, klien bahkan ada panggilan juga dari Neneknya.Ia terbangun dan mengucek matanya, ia sadar sedang berada di kamar orang lain, namun sedetik kemudian ia tersenyum karena menyadari ia sedang menginap di rumah orang tua istrinya. Ia pun meraih ponsel dan memeriksanya.[Apakah kamu bersama sahabat istriku? Aku bingun harus menyebutnya apa, Nenek Marita mencarimu dan ku beri tahu Kamu bersamanya, mungkin Nenek sedang ke sana sekarang, jadi siapkan alat untuk bertempur, dia terdengar tidak senang karena panggilannya di abaikan cucu kesayangannya, Oh iya aku rela mengorbankan masa cuti bulan maduku untuk menggantikanmu mengurus klien, jadi fokus saja bertempur dengan Nenek Marita] tulis Alex panjang lebar. Danil hanya membacanya dan tidak bermaksud membalas."Aku akan menyambutnya" Ucap Danil tersenyum menyering
"Kenapa Emili lama sekali? Kemana pula perginya Nak Danil?" Ucap Bu Tiara merasa tidak senang, ia sudah bersusah payah masak untuk mereka tapi justru mereka yang tidak hadir di meja makan."Tidak apa Bu, biarkan saja" Pak Feri masih setia menghibur sang istri."Mungkin lagi melepas rindu, Bu" Celetuk Bu Eni asal, sebenarnya ia hanya bercanda karena dirinya sendiri tidak tau kemana kedua orang itu berada, Pak Feri yang memahami langsung tersedak."Ayah, hati-hati dong makannya" Kata Mila yang dari tadi menyuapi Dania yang tampak asyik dengan mainannya."Iya, ayah akan hati-hati" Ucap Pak Feri gelagapan."Itu sama sekali tidak boleh dibiarkan, mereka baru saja bertemu setelah berpisah selama tiga tahun" Seru Bu Tiara menanggapi candaan Bu Eni ia segera bangkit dari duduknya, ia hendak melabrak Emili."Ibu mau apa?" Pekik Pak Feri, ia juga berdiri untuk mencegah sang istri.Bersamaan dengan itu Danil keluar dari kamar Emili dengan penampilan yang lebih cerah dari sebelumnya, ia tampak sep
Setelah selesai merapikan mainan Dania, seluruh orang berkumpul di ruang keluarga, karena memang tidak ada lagi ruangan yang lebih luas dari tempat itu, kecuali Bu Eni dan Bu Tiara yang sedang sibuk di dapur, demi menyambut menantunya yang tiba-tiba datang dan tampaknya tidak berniat untuk pergi, dan juga Emili yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi."Apa rencana kalian kedepannya?" Pak Feri memulai obrolan, ia bertanya pada Danil sebagai kepala keluarga dari pernikahan kontrak putrinya."Saya ingin tetap melanjutkan pernikahan Kami Yah, tidak ada lagi kontrak atau apapun itu, tolong restua hubungan kami" Danil berbicara sungguh-sungguh, ia menatap kedua mata mertuanya."Bagaimana dengan keluargamu, mereka tidak menerima Emili lagi, Nyonya Marita bahkan mengusirnya dari rumahmu" "Nenek melakukan itu karena terpengaruh omongan setan, informasi yang dia dapatkan tidak sesuai dengan kenyataan" Danil membahas soal Alea. Tampak kebencian dari raut wajahnya."Apa yang membuatmu m
"Aku belum siap melakukan ini?" Keluh Emili berharap Danil melepasnya."Kau tidak perlu bersiap, Kau cukup menyerahkan tubuhmu saja" ucap Danil semakin nakal, ia menyentuh kancing baju yang berderet di atas dada Emili yang tampak membusung satu persatu, ia malah berpikir benda itu tampak lebih besar dari sebelumnya.Emili menggeliat untuk menghentikan Danil, selain itu ia tidak ingin terpancing dengan sensasi aneh yang mulai muncul."Kenapa sayang? Akan lebih baik kalau kamu diam, semakin Kau berontak semakin Aku ingin segera memakanmu, sudah lama singa ini tertidur, Dia akan agresif kalau kau membangunkannya, tapi kalau Kau ingin membangunkannya tidak apa-apa, Dia akan menyambutnya." Goda Danil membuat wajah Emili memerah."Hentikan ini Danil" Sepertinya Emili juga tidak tahan berada di posisi ini. Ia menggerakkan tangannya untuk bangun, tapi Danil dengan cepat meraih tangan itu dan menyematkan jari-jarinya untuk mengunci pergerakan."Kau terdengar memintaku melanjutkannya" Goda Dani
Ketika mobil memasuki rumah bak istana milik Danil, ingatan Emili kembali mengembara saat pertama kali ia memasuki rumah itu, ia mengingat ketika Danil tidak peduli padanya dan masih sangat mencintai Alea, seolah tidak ada wanita lain selain Alea saat itu, lalu kemudian dengan perlahan Danil agak peduli padanya sampai ia berpikir Danil mungkin menyukainya tapi kenyataannya Danil hanya menginginkan tubuhnya, nyatanya Alea masih nomor satu di hatinya, ia yang mulai mencintai Danil hanya bisa menelan rasa pahit, perlahan namun pasti Danil menyatakan cintanya dan melepas Alea, pernikahan kontraknya pun berbuah cinta, tapi ternyata tuhan masih belum merestui hubungan mereka dan berakhir dengan dirinya yang meninggalkan Danil. Kini mereka di pertemukan kembali setelah tiga tahun berpisah, apakah takdir sudah mengizinkannya bersama?Dania tidur dengan nyenyak di pangkuan Emili, ia tampak kesusahan untuk melepas sabuk pengamannya, karena itu Danil membantunya, hingga mereka menjadi sangat dek
Emili sudah meninggalkan Danil yang masih mencerna ucapan Emili dengan dada bergemuruh, ia segara mengejar Emili saat tau Emili sudah tidak ada di tempatnya."Aku akan mengantarmu, itu akan lebih cepat" Ucap Danil begitu berhasil menemukan Emili tampak tidak tenang bahkan sudah menangis, sepertinya ia sedang memesan mobil online tapi tidak berhasil. Danil sendiri menawarinya tumpangan dan mengabaikan rasa penasarannya."Tidak perlu Danil" Suaranya tercekat. "Ikut aku, pesan mobil online akan memakan waktu, kau harus menemukan anak itu sebelum pergi semakin jauh" Ucap Danil membuat Emili menyadari kesalahannya, ia menatap Danil dengan tatapan tidak biasa. Ia merasa lega karena Danil tampaknya tidak terpengaruh."Tetap di sini, aku akan mengambil mobil di parkiran" Ucap Danil seraya bergegas pergi, Emili diam mematung, ia tidak tau harus berbuat apa, akhirnya ia masih diam di tempatnya saat Danil muncul dengan mobilnya."Ayo masuk, tunggu apalagi?" Seru Danil, membuat Emili segera kear