Danil membanting ponselnya sambil mendesah lega. Namun ternyata masalahnya belum selesai, di depan pintu kamar seseorang menatapnya dengan sedih bercampur emosi."Kalau ini cuma setingan kenapa membuatnya terlihat nyata sih? kenapa ga langsung katakan saja kalau Nenek yang menyuruhmu" Pekik Emili menahan sesak di dadanya, "Emili...." Seru Danil pasrah.Emili mendekati nakas dan meraih vas yang berisi buket bunga pemberian Danil yang sudah dirawatnya dengan baik lalu membuangnya dengan kasar ke tong sampah."Kamu harusnya mengatakan semuanya saja dan jangan berpura-pura terlihat tulus." Emili sudah menahan diri tapi rasa kecewanya terlalu besar jadi air matanya mengalir begitu saja, ia berusaha mengusap air mata itu dengan kasar agar berhenti, Ia meraih tasnya hendak pergi."Mau kemana?" Sergah Danil tiba-tiba teringat rumah Evan. Ia pikir Emili akan kerumah itu lagi."Kerumah sakit" Gumam Emili masih terlihat emosi, ia menjawab karena tujuan ia kembali ke kamar untuk mengajak Danil i
Di sebuah ruangan, Evan di periksa oleh seorang dokter, tentu setelah kalah berdebat dengan Danil, seblumnya Danil minta maaf sekaligus memaksanya untuk mengobati lukanya disitu Evan bersikeras menolak namun Danil menariknya dengan paksa dan berhasil."saya bisa menebak Anda pasti menyukai Emili" Evan memberi pernyataan begitu keluar dari ruangan dan duduk tidak jauh dari sebelah Danil adapun Danil masih menunggunya karena permintaan Emili. "Pokoknya kamu tidak boleh meninggalkannya sampai benar-benar beres, aku mengawasimu" ucap Emili beberapa saat yang lalu.Danil diam tidak menjawab, mungkin ia sedang meraba hatinya."Saya yakin anda memukul saya karena cemburu dan sekarang ini Anda rela melakukan hal bodoh ini demi dia kan?" Selidik Evan."Kamu tau apa, berani sekali berspekulasi masalah perasaan saya" Protes Danil, tapi ia tidak mengelak ucapan Evan."Saya menyukainya dan kami sangat dekat tapi saat dia bersamaku dia tidak menunjukkan emosi lebih dari satu, dia selalu ramah dan s
"Sebentar, ini ada apa sih? Kau mau menguji perasaanku dengan cara seperti ini lagi?" Emili agak Emosi tapi tidak bisa memungkiri dadanya yang sedang bergemuruh."Masih kurang jelas memangnya?" Kali ini Danil tidak terlihat serius tapi juga tidak bercanda."Kamu yakin tidak sedang mengerjaiku? sejak kapan kau menyukaiku? aku benar-benar tidak bisa percaya" Emili masih menolak, ini sesuatu yang sangat sensitif, kalau ternyata ia baper dan Danil hanya bermain-main bukankah dirinya lagi yang kecewa."Oke aku harus apa, agar kamu bisa percaya?" Danil mulai greget. Emili agak berpikir."Aku akan percaya kalau kamu telpon Alea dan Katakan padanya kalian putus saat ini juga, katakan padanya kamu menyukaiku atau bahkan mencintaiku" tantang Emili sambil menatap tajam kedalam mata Danil, tapi ia tidak bisa berlama-lama karena wajah tampan Danil menghipnotisnya."Ini berat, bisakah menunggu sampai ada waktu yang tepat" jawab Danil ragu menerima tantangannya."Baiklah, aku akan percaya padamu saa
Danil dan asisten sekaligus sahabatnya si Alex, sudah tiba di negara tujuan, mereka bahkan sudah berada didalam kamar hotel bintang lima dengan fasilitas serba lengkap, orang biasa tidak akan mampu menyewa hotel itu selama dua bulan berturut-turut tapi dirinya mampu karena dia adalah Danil, jangankan hotel ia bahkan bisa membeli pernikahan."Sejak keberangkatan sampai menjejakkan kaki di kota ini, Anda terlihat tidak bersemangat" kata Alex sambil menyeruput kopi hangat yang di siapkan pelayan lengkap dengan cemilan sehat dan sebagainya, ia bertanya karena melihat Danil tampak dilema."Karena hatiku ketinggalan" sahut Danil."Ada apa? Bukannya hatimu sedang di kota ini?""Entahlah Lex, Aku merasa perubahan besar terjadi dalam hatiku""Oh ya?""Ada sesuatu yang membuatku ingin mempertahankan Emili""Terus Alea mau di apakan?""Aku akan melepaskannya, aku merasa tidak bisa hidup tanpa Emili, jauh seperti ini saja sudah membuatku rindu""Hahaha, kamu harus ingat kalian hanya nikah kontrak
Di mobil Danil langsung mengeluarkan benda pipih untuk menghubungi istrinya, ia ingin segera memberitahu tentang waktu yang tepat itu akhirnya telah tiba."Halo..." Suara Emili membuatnya tersenyum"Halo sayang" balas Danil tanpa beban."Ada apa? Saya sedang kerja ni""minta waktunya sebentar saja" Danil memohon."iya, memangnya ada apa?""mulai sekarang kamu harus panggil aku sayang" "Apa?" "Panggil sayang""Iya tapi kenapa?""Mulai hari ini kau adalah wanitaku satu-satunya, aku sudah memutuskan hubunganku dengan Alea" ucapnya dengan bangga."Oh ya? Terus?""Kenapa responnya cuma seperti itu?" "terus aku harus apa?""Ga sesuai yang aku harapkan tapi ya sudahlah, setidaknya panggil sayang dong""Ih maksa""Panggil sayang""Iya sayang""Apa, saya tidak bisa dengar""Iya sayangku Danil Fernando""Nah begitu dong""Sudah ya, saya harus kerja ni""Oke, I Love you"..."....." Tidak ada jawaban."Emili... I Love you""I Love you too Danil" jawab Emili terdengar malas.'Sepertinya aku har
"Mana mungkin karyawan anda ini tidak mengenali Suaminya sendiri" kata Danil sengaja memperjelas di bagian 'Suaminya' pengakuannya membuat ruangan heboh,"Jadi dia yang kemarin wisuda itu, kenapa orangnya beda?" Bisik salah seorang."Kenapa aku tidak bisa mengenalinya" sesal Dina padahal ia rekan kerja yang paling dekat dengan Emili dan banyak lagi bisikan-bisikan penyesalan karena tidak mengenali istri seorang sultan, bahkan ada yang mengintropeksi diri, apa ia pernah melakukan kesalahan pada istri sultan itu.Emili merasa risih dengan keadaan jadi ia menarik Danil keluar."Maaf Bu manager, bolehkah saya keluar sebentar" Emili mohon izin."Iya silahkan, jangan sungkan" Bu manager tiba-tiba melembut dan ramah.Emili membawa Danil ke koridor kantor yang jarang di lalui orang. Sebelum melanjutkan omelannya Danil sudah memeluknya erat."Aku merindukanmu Emili, sangat" Lirih Danil terdengar sangat bersungguh-sungguh, segala omelan yang Emili ingin ucapkan hilang seketika, berubah menjadi
Danil belum kembali ke LA, padahal ia berjanji pada Alex untuk meninggalkan pekerjaannya sehari saja, nyatanya sampai tiga hari pun belum ada tanda-tanda lelaki itu mau kembali, mana para investor tidak mau bekerja sama kalau bukan Danil langsung yang turun lapangan dan dirinya menyanggupi itu, seandainya ia tau bisa sangat berat meninggalkan Emili sudah pasti ia tidak akan merancang megaproyek itu.Alex sampai harus menelpon untuk menegurnya, "Bos, sudah cukup bulan madunya, selesaikan dulu proyeknya, kalau di tinggal lama bisa mangkrak ini kerjaan, para investor bisa menarik dananya" Omel Alex."Iya Lex, tolong di tangani beberapa hari lagi, aku masih ingin bermanja-manja bersama istriku" alasan Danil sangat tidak bisa di terima."Sudah saya bilang bucinnya di kurangi kenapa malah tambah parah, tidak bisa pokoknya kembali sekarang saya akan pesankan tiketnya" "Iya baiklah, saya akan kembali hari ini, pesan tiket untuk perjalanan malam" "Oke" Alex menutup panggilan.Setelah meleta
Beberapa hari kemudian, seseorang mengetuk pintu kamarnya, ia tersenyum mendengar itu, di pikirnya pasti Danil yang datang namun ketika ia membuka pintu seorang wanita cantik, seksi nan anggun berdiri di depan pintu dengan senyuman yang tersirat makna."Ada apa ya? Ko datang-datang langsung masuk kamar orang, sebagai tamu harusnya menunggu di ruang tamu saja" kata Emili sedikit keberatan."Maaf, tapi saya ingin bicara empat mata di sini agar tidak ada yang mendengar pembicaraan kita," Alea berbicara sambil melenggang menuju sofa tanpa menunggu Emili mempersilahkan."Ini...!" Alea tiba-tiba meletakkan sesuatu di hadapan Emili, setelah melihat Emili mendudukkan badannya."Ini apa?" Emili sangat tau barang itu tapi ia berpura-pura bertanya."Memangnya masih belum jelas? Itu testpack dengan garis dua yang artinya hasilnya positif, itu menandakan seseorang sedang hamil" jelas Alea tanpa jeda, dada Emili bergemuruh mendengarnya. Rasanya tak sanggup bertanya lagi tapi."Dan kami mau bilang i
Matahari telah berada di puncak peraduannya ketika sebuah mobil mewah yang membawa keluarga kecil melesat memasuki rumah bak istana. Iya, itu mereka Danil, Emili dan putri kecilnya Dania, ada juga Bu Eni yang telah resmi jadikan oleh Danil sebagai pengasuh tetap untuk putri kecilnya Dania.Akhirnya Emili kembali lagi ke rumah itu, rumah yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan singkat tentang hubungannya, hubungan yang tercipta dari sebuah ide gila Danil untuk melakukan sebuah pernikahan kontrak yang memakan korban yaitu Emili, yang kemudian menumbuhkan rasa cinta di antara mereka, yang satu karena ambisi yang satu karena keterpaksaan yang di sebabkan faktor ekonomi.Kini keduanya bersatu kembali dengan hubungan yang sehat dan terkontrak tanpa syarat sepanjang hidup mereka.Emili mau ikut Danil setelah meyakinkan segala urusannya yang harus di selesaikan telah beres, Danil dapat melakukan itu dalam waktu singkat.Demi agar lebih cepat berkumpul dengan keluarga kecilnya ia bahkan rela
Danil tiba di rumahnya, ia tau bertemu dan memohon pada Nenek Marita tidak akan memberi solusi, ia ke ruang kerjanya menghubungi Alex untuk mengumumkan tentang hubungannya dengan Emili dan kehadiran Dania sebagai putrinya di semua aplikasi Sosial media, tak lupa memintanya menghubungi stasiun tv juga supaya mertuanya yang agak gaptek soal sosial media tidak ketinggalan berita."Saya ingin membaca berita ini dalam waktu tidak lebih dari tiga puluh menit, jangan lupa kau juga harus memberinya judul sedramatis mungkin, Oke" Jelas Danil antusias."Iya Pak Danil, tapi tolong bisakah kamu membiarkan saya berbulan madu dengan santai?" Alex berbicara sebagai sahabat."Sory, tapi kali ini kau harus membantuku karena ini penting" Danil agak sedikit bersalah dengan sahabatnya."Oke Aku akan membantumu" ucap Alex."Thank's bro, selamat bersenang-senang" Danil mengakhiri peanggilannya lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata, ia sepertinya tidak sabar menunggu sebuah berita viral
"kesayangan Ayah sudah wangi" Danil berdiri menyambut putrinya."Apa katamu?" Nenek Marita kaget mendengar Danil."Ini putri Danil Nek, Saat Nenek mengusir Emili dia sedang mengandung anakku, Ah Nenekku sungguh keterlaluan! Mengusir cucu menantu yang sedang hamil tapi menampung wanita hamil lainnya" Ucap Danil membuat nyali Neneknya menciut dan tampak bersalah, sebenarnya ia sudah menunggu momen ini dari tadi."Apa benar dia putrimu?" Ekspresi Nenek Marita berubah sembilan puluh derajat, yang tadinya dingin menjadi hangat. Ia bertanya demi memastikan pendengarannya. Matanya terpaku pada Dania."Iya Nek, apa Nenek meragukannya? padahal dia begitu mirip denganmu Nek" Ucap Danil. Fakta itu juga yang membuatnya tidak bertanya saat pertama kali melihat putrinya, Dania begitu mirip Neneknya yang juga mirip dengan dirinya sendiri."Betul Kamu hamil saat pergi dari rumah?" Nenek beralih pada Emili, kebenciannya pada menantunya itu agaknya berangsur hilang."Iya Nek, tapi Emili juga tidak tahu
Danil benar-benar menginap di rumah keluarga Emili, ia tidak memberitahu hal itu pada siapapun, karena itu ponselnya berdering beberapa kali entah itu panggilan dari asistennya Alex, klien bahkan ada panggilan juga dari Neneknya.Ia terbangun dan mengucek matanya, ia sadar sedang berada di kamar orang lain, namun sedetik kemudian ia tersenyum karena menyadari ia sedang menginap di rumah orang tua istrinya. Ia pun meraih ponsel dan memeriksanya.[Apakah kamu bersama sahabat istriku? Aku bingun harus menyebutnya apa, Nenek Marita mencarimu dan ku beri tahu Kamu bersamanya, mungkin Nenek sedang ke sana sekarang, jadi siapkan alat untuk bertempur, dia terdengar tidak senang karena panggilannya di abaikan cucu kesayangannya, Oh iya aku rela mengorbankan masa cuti bulan maduku untuk menggantikanmu mengurus klien, jadi fokus saja bertempur dengan Nenek Marita] tulis Alex panjang lebar. Danil hanya membacanya dan tidak bermaksud membalas."Aku akan menyambutnya" Ucap Danil tersenyum menyering
"Kenapa Emili lama sekali? Kemana pula perginya Nak Danil?" Ucap Bu Tiara merasa tidak senang, ia sudah bersusah payah masak untuk mereka tapi justru mereka yang tidak hadir di meja makan."Tidak apa Bu, biarkan saja" Pak Feri masih setia menghibur sang istri."Mungkin lagi melepas rindu, Bu" Celetuk Bu Eni asal, sebenarnya ia hanya bercanda karena dirinya sendiri tidak tau kemana kedua orang itu berada, Pak Feri yang memahami langsung tersedak."Ayah, hati-hati dong makannya" Kata Mila yang dari tadi menyuapi Dania yang tampak asyik dengan mainannya."Iya, ayah akan hati-hati" Ucap Pak Feri gelagapan."Itu sama sekali tidak boleh dibiarkan, mereka baru saja bertemu setelah berpisah selama tiga tahun" Seru Bu Tiara menanggapi candaan Bu Eni ia segera bangkit dari duduknya, ia hendak melabrak Emili."Ibu mau apa?" Pekik Pak Feri, ia juga berdiri untuk mencegah sang istri.Bersamaan dengan itu Danil keluar dari kamar Emili dengan penampilan yang lebih cerah dari sebelumnya, ia tampak sep
Setelah selesai merapikan mainan Dania, seluruh orang berkumpul di ruang keluarga, karena memang tidak ada lagi ruangan yang lebih luas dari tempat itu, kecuali Bu Eni dan Bu Tiara yang sedang sibuk di dapur, demi menyambut menantunya yang tiba-tiba datang dan tampaknya tidak berniat untuk pergi, dan juga Emili yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi."Apa rencana kalian kedepannya?" Pak Feri memulai obrolan, ia bertanya pada Danil sebagai kepala keluarga dari pernikahan kontrak putrinya."Saya ingin tetap melanjutkan pernikahan Kami Yah, tidak ada lagi kontrak atau apapun itu, tolong restua hubungan kami" Danil berbicara sungguh-sungguh, ia menatap kedua mata mertuanya."Bagaimana dengan keluargamu, mereka tidak menerima Emili lagi, Nyonya Marita bahkan mengusirnya dari rumahmu" "Nenek melakukan itu karena terpengaruh omongan setan, informasi yang dia dapatkan tidak sesuai dengan kenyataan" Danil membahas soal Alea. Tampak kebencian dari raut wajahnya."Apa yang membuatmu m
"Aku belum siap melakukan ini?" Keluh Emili berharap Danil melepasnya."Kau tidak perlu bersiap, Kau cukup menyerahkan tubuhmu saja" ucap Danil semakin nakal, ia menyentuh kancing baju yang berderet di atas dada Emili yang tampak membusung satu persatu, ia malah berpikir benda itu tampak lebih besar dari sebelumnya.Emili menggeliat untuk menghentikan Danil, selain itu ia tidak ingin terpancing dengan sensasi aneh yang mulai muncul."Kenapa sayang? Akan lebih baik kalau kamu diam, semakin Kau berontak semakin Aku ingin segera memakanmu, sudah lama singa ini tertidur, Dia akan agresif kalau kau membangunkannya, tapi kalau Kau ingin membangunkannya tidak apa-apa, Dia akan menyambutnya." Goda Danil membuat wajah Emili memerah."Hentikan ini Danil" Sepertinya Emili juga tidak tahan berada di posisi ini. Ia menggerakkan tangannya untuk bangun, tapi Danil dengan cepat meraih tangan itu dan menyematkan jari-jarinya untuk mengunci pergerakan."Kau terdengar memintaku melanjutkannya" Goda Dani
Ketika mobil memasuki rumah bak istana milik Danil, ingatan Emili kembali mengembara saat pertama kali ia memasuki rumah itu, ia mengingat ketika Danil tidak peduli padanya dan masih sangat mencintai Alea, seolah tidak ada wanita lain selain Alea saat itu, lalu kemudian dengan perlahan Danil agak peduli padanya sampai ia berpikir Danil mungkin menyukainya tapi kenyataannya Danil hanya menginginkan tubuhnya, nyatanya Alea masih nomor satu di hatinya, ia yang mulai mencintai Danil hanya bisa menelan rasa pahit, perlahan namun pasti Danil menyatakan cintanya dan melepas Alea, pernikahan kontraknya pun berbuah cinta, tapi ternyata tuhan masih belum merestui hubungan mereka dan berakhir dengan dirinya yang meninggalkan Danil. Kini mereka di pertemukan kembali setelah tiga tahun berpisah, apakah takdir sudah mengizinkannya bersama?Dania tidur dengan nyenyak di pangkuan Emili, ia tampak kesusahan untuk melepas sabuk pengamannya, karena itu Danil membantunya, hingga mereka menjadi sangat dek
Emili sudah meninggalkan Danil yang masih mencerna ucapan Emili dengan dada bergemuruh, ia segara mengejar Emili saat tau Emili sudah tidak ada di tempatnya."Aku akan mengantarmu, itu akan lebih cepat" Ucap Danil begitu berhasil menemukan Emili tampak tidak tenang bahkan sudah menangis, sepertinya ia sedang memesan mobil online tapi tidak berhasil. Danil sendiri menawarinya tumpangan dan mengabaikan rasa penasarannya."Tidak perlu Danil" Suaranya tercekat. "Ikut aku, pesan mobil online akan memakan waktu, kau harus menemukan anak itu sebelum pergi semakin jauh" Ucap Danil membuat Emili menyadari kesalahannya, ia menatap Danil dengan tatapan tidak biasa. Ia merasa lega karena Danil tampaknya tidak terpengaruh."Tetap di sini, aku akan mengambil mobil di parkiran" Ucap Danil seraya bergegas pergi, Emili diam mematung, ia tidak tau harus berbuat apa, akhirnya ia masih diam di tempatnya saat Danil muncul dengan mobilnya."Ayo masuk, tunggu apalagi?" Seru Danil, membuat Emili segera kear