Tiba di ruang kerja, tampaknya semua orang membahas tentang berita yang sedang viral tak terkecuali Dian yang memergoki dirinya memasuki ruangan. "Mau kemana buru-buru sekali?" tanya Dian yang menyadari gerak gerik Emili."aku mau balik duluan Di, sedang terjadi sesuatu dirumah""Oh gitu, Eh, mana pak Evan? ko ga kelihatan?"" Dia sudah pergi Di""Yah... kenapa ga kenalin aku dulu" Dian agak kecewa."Nanti aku kenalin" Emili hanya berbasa- basi"Wah terima kasih, janji ya""iya" jawab Emili asal, ia akan menjawab apapun yang bisa membuat Dian puas dan berhenti berceloteh, untungnya berhasil, tapi..."Eh, sudah lihat berita belum? kamu kenal model Alea Miranda ga? kalau ga salah Pak Danil pernah di gosipin sama dia kan?" Dian merasa punya kesempatan untuk bergosip di tengah kesibukan Emili yang sedang membereskan barangnya, dan sepertinya ia lupa kalau ia sedang berhadapan dengan istrinya si pak Danil."Sudah tapi aku ga kenal sama Alea siapalah itu" Emili agak kesal tapi tetap di tan
Emili tertidur setelahnya sedang Danil harus membersihkan diri dulu, ia merasa tak nyaman dengan badan yang lengket setelah perjalanan jauh, apalagi pergulatan tadi juga membuatnya banyak berkeringat, ia mengecup kening istrinya sambil membenarkan selimut setelah itu ia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.Keluar dari kamar mandi ia mengeringkan tubuh dan rambutnya dengan handuk, saat dirinya sedang melakukan itu telponnya berdering, iapun mendekat ke nakas di mana ia meletakan telpon lalu memeriksa layar, ternyata sebuah nomor emergency call, biasanya ia mengabaikan tapi kali ini ia merasa penasaran."Halo..." ucapnya dengan malas."Halo Pak Daniel, mohon maaf mengganggu Anda, kami dari rumah sakit Ibu dan Anak Ss ingin menginformasikan bahwa pasien bernama Nona Alea Miranda sedang di rawat di rumah sakit kami dan butuh penanganan khusus karena ini menyangkut keselamatan ibu dan janin tapi sejauh ini belum ada yang bertanggung jawab sebagai wali jadi kami tidak bisa meninda
Di rumah...Emili terjaga di tengah malam, ia mengucek matanya lalu mencari keberadaan suaminya, tapi netranya tidak menemukan sosok suaminya itu di manapun."Apa urusannya belum selesai?" gumam Emili, ia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai dengan tubuhnya, ia mengecek ponselnya."Aku akan pulang agak malam" Tulis Danil dari dua jam yang lalu."Oke sayang, tapi apa sebaiknya tidak istirahat? kamu baru datang dari jauh" balasnya tanpa ada kecurigaan sama sekali, setelah menunggu beberapa saat tidak ada balasan jadi ia meletakkan kembali ponselnya, baru saja ponsel itu menyentuh nakas bunyi notifikasi tiba-tiba masuk secara beruntun, mau tidak mau ia mengambil lagi benda pipih itu dan memeriksanya."Apa ini?" gumamnya sambil menutup mulutnya, ia melihat ada foto Danil yang sedang tertidur dalam keadaan duduk di sisi Alea seperti seorang suami yang menunggui istrinya yang sedang hamil, ia lalu menklik link sambil menekan rasa sesak d
"Tinggalkan rumah ini..." Ucapan itu tiba-tiba keluar dari mulut Pak Denis, hanya Emili yang syok mendengarnya, Nenek Marita maupun Bu Rita tidak ada yang peduli bahkan terlihat tenang."Papah... pernikahan kontrak itu masa lalu, hubungan kami sekarang benar-benar di dasari cinta" Emili mencoba bertahan."Entah kalian saling mencintai atau tidak, kamu tidak berhak ada di rumah ini kau hanya seorang penipu, yang paling berhak adalah ibu dari calon cucuku dan cucuku sendiri." Jelas Pak Denis, Emili berusaha tetap tenang mendengar cacian Pak Denis. tapi tentang Papah mertuanya itu hanya menerima Alea di rumah ini benar-benar di luar dugaannya, ia penasaran sebenarnya bagaimana Alea bisa mempengaruhi semua orang hingga bisa percaya pada kehamilannya."Sebelum Danil kembali tolong tinggalkan rumah ini" Nenek Marita mempertegas. Emili tidak habis pikir ternyata Nenek Marita juga menginginkannya pergi. "Kehamilan Alea bukan Danil yang melakukannya" Emili masih mencoba bertahan."Kenapa kamu
Emili membiarkan dirinya berlama-lama berada di pelukan suaminya itu, karena dirinya tau setelah hari esok usai dan terlewati pertanda berakhir pula kebersamaannya dengan sang pujaan hatinya itu. Ia sedikit menyesal, kenapa mereka tidak bertemu secara baik-baik, kenapa harus keadaan paling terburuk yang menyatukan mereka? Tapi ia juga bersyukur seandainya tidak ada keadaan itu mereka pasti tidak di pertemukan, hidupnya juga tidak akan bangkit dari keterpurukan karena menyesali kepergian kekasih pertamanya Dion, satu hal yang harus ia camkan dalam dirinya saat ini, biarkan takdir yang mengubah segalanya sebagaimana takdir telah mempertemukan dan memisahkan, ia ingin takdir juga yang memperbaiki segalanya."Kamu ingin sesuatu? atau ada hal yang ingin kamu lakukan?" Emili melepaskan diri dari pelukan Danil seraya mengusap wajahnya dari sisa air mata lalu mengamati dengan lekat wajah lelaki tampan itu dengan mata sembabnya."Kurasa tidak ada, satu-satunya yang aku inginkan adalah di cinta
Saat Emili keluar dari kamar mandi, ia melihat Danil yang ternyata tidur pulas, ia mendekat dan mengamati wajah tampan yang di ukir dengan sempurna itu lalu menyimpan di ingatannya."I Love you..." ucapnya penuh cinta sambil mengelus rambut Danil yang tampak berantakan dengan jari-jarinya. setelah puas memandangi wajah tampan itu, ia segera beralih mengurus tubuh polosnya kemudian bergegas ke dapur untuk membuat makanan, ia meminta asisten yang bertugas di dapur untuk standby di sampingnya, tidak untuk membantu mengeksekusi bahan masakan, ia hanya memintanya mengambil bahan atau alat memasak yang di perlukan, Ia mulai dengan mencepol rambutnya dahulu, memasang celemek ke tubuhnya lalu mengambil alat bertempur pertamanya yaitu pisau dan talenan, kemudian meminta asisten mengambilkan sebongkah daging di lemari es lalu mengeksekusi dengan lihai.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya bertempur di dapur, ia sudah pernah membuat masakan untuk Danil sebelumnya tapi suaminya itu mungkin tida
Danil menghabiskan semua makanan yang Emili buat dengan lahap, setelah selesai makan, keduanya bersantai di ruang keluarga sambil menonton tv atau malah tv yang menonton, kenyataannya meskipun benda itu menyala, mata kedua insan di hadapannya sama sekali tidak tertuju pada benda yang sedang menuntut untuk di saksikan itu. melainkan teralihkan oleh benda mungil nan pipih yaitu ponsel, Danil tiba-tiba meletakkan ponsel dan beralih pada istrinya, sepertinya ia memiliki ide di kepalanya."Sayang, kamu tidak memintaku mengajukan permintaan lagi?" Danil membuat Emili menoleh padanya."Ada yang kamu inginkan" Emili balik bertanya."Ayo bersiap-siap, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat" Danil berdiri dari tempatnya, berharap Emili mengikutinya."Mau kemana? bukankah aku yang harus menentukan, kau cukup meminta saja""ini juga permintaan, coba pahami bahasanya, aku ingin mengajakmu, itu artinya aku menginginkan kamu pergi denganku" Jelas Danil."Oh begitu" Emili akhirnya setuju.Keduanya bers
"Bungkus yang itu" Danil memerintah sambil menyerahkan sebuah kartu."Baik Pak" Kata si wanita dengan sopan dan ramah.Beberapa saat kemudian wanita itu datang dengan sebuah paper bag yang tampak mewah , ia menyerahkan benda itu pada tuannya, Danil menerima lalu menyerahkannya pada Emili tanpa kata."Terima kasih" Emili menerima dengan gemetar, dan hanya kata itu yang bisa ia ucapkan.Danil berdiri kemudian meninggalkan tempat itu, wanita tadi mengantarnya dengan hormat lalu melirik Emili dengan tatapan aneh, mungkin wanita itu berpikir, kenapa wanita seperti Emili ini bisa mendapat barang semahal itu dari seorang Danil Fernando."Kau membuatku merasa kesal" Kata Danil tiba-tiba, begitu mereka berada di dalam mobil."Aku minta maaf" sesal Emili."Kau membuat rencanaku gagal""Apa yang kamu rencanakan?""sejak tadi aku membayangkan, kamu akan memasuki toko itu dengan bahagia lalu memilih perhiasan yang kamu inginkan dengan manis, lalu memintaku memasangkannya untukmu di depan semua oran
Matahari telah berada di puncak peraduannya ketika sebuah mobil mewah yang membawa keluarga kecil melesat memasuki rumah bak istana. Iya, itu mereka Danil, Emili dan putri kecilnya Dania, ada juga Bu Eni yang telah resmi jadikan oleh Danil sebagai pengasuh tetap untuk putri kecilnya Dania.Akhirnya Emili kembali lagi ke rumah itu, rumah yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan singkat tentang hubungannya, hubungan yang tercipta dari sebuah ide gila Danil untuk melakukan sebuah pernikahan kontrak yang memakan korban yaitu Emili, yang kemudian menumbuhkan rasa cinta di antara mereka, yang satu karena ambisi yang satu karena keterpaksaan yang di sebabkan faktor ekonomi.Kini keduanya bersatu kembali dengan hubungan yang sehat dan terkontrak tanpa syarat sepanjang hidup mereka.Emili mau ikut Danil setelah meyakinkan segala urusannya yang harus di selesaikan telah beres, Danil dapat melakukan itu dalam waktu singkat.Demi agar lebih cepat berkumpul dengan keluarga kecilnya ia bahkan rela
Danil tiba di rumahnya, ia tau bertemu dan memohon pada Nenek Marita tidak akan memberi solusi, ia ke ruang kerjanya menghubungi Alex untuk mengumumkan tentang hubungannya dengan Emili dan kehadiran Dania sebagai putrinya di semua aplikasi Sosial media, tak lupa memintanya menghubungi stasiun tv juga supaya mertuanya yang agak gaptek soal sosial media tidak ketinggalan berita."Saya ingin membaca berita ini dalam waktu tidak lebih dari tiga puluh menit, jangan lupa kau juga harus memberinya judul sedramatis mungkin, Oke" Jelas Danil antusias."Iya Pak Danil, tapi tolong bisakah kamu membiarkan saya berbulan madu dengan santai?" Alex berbicara sebagai sahabat."Sory, tapi kali ini kau harus membantuku karena ini penting" Danil agak sedikit bersalah dengan sahabatnya."Oke Aku akan membantumu" ucap Alex."Thank's bro, selamat bersenang-senang" Danil mengakhiri peanggilannya lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata, ia sepertinya tidak sabar menunggu sebuah berita viral
"kesayangan Ayah sudah wangi" Danil berdiri menyambut putrinya."Apa katamu?" Nenek Marita kaget mendengar Danil."Ini putri Danil Nek, Saat Nenek mengusir Emili dia sedang mengandung anakku, Ah Nenekku sungguh keterlaluan! Mengusir cucu menantu yang sedang hamil tapi menampung wanita hamil lainnya" Ucap Danil membuat nyali Neneknya menciut dan tampak bersalah, sebenarnya ia sudah menunggu momen ini dari tadi."Apa benar dia putrimu?" Ekspresi Nenek Marita berubah sembilan puluh derajat, yang tadinya dingin menjadi hangat. Ia bertanya demi memastikan pendengarannya. Matanya terpaku pada Dania."Iya Nek, apa Nenek meragukannya? padahal dia begitu mirip denganmu Nek" Ucap Danil. Fakta itu juga yang membuatnya tidak bertanya saat pertama kali melihat putrinya, Dania begitu mirip Neneknya yang juga mirip dengan dirinya sendiri."Betul Kamu hamil saat pergi dari rumah?" Nenek beralih pada Emili, kebenciannya pada menantunya itu agaknya berangsur hilang."Iya Nek, tapi Emili juga tidak tahu
Danil benar-benar menginap di rumah keluarga Emili, ia tidak memberitahu hal itu pada siapapun, karena itu ponselnya berdering beberapa kali entah itu panggilan dari asistennya Alex, klien bahkan ada panggilan juga dari Neneknya.Ia terbangun dan mengucek matanya, ia sadar sedang berada di kamar orang lain, namun sedetik kemudian ia tersenyum karena menyadari ia sedang menginap di rumah orang tua istrinya. Ia pun meraih ponsel dan memeriksanya.[Apakah kamu bersama sahabat istriku? Aku bingun harus menyebutnya apa, Nenek Marita mencarimu dan ku beri tahu Kamu bersamanya, mungkin Nenek sedang ke sana sekarang, jadi siapkan alat untuk bertempur, dia terdengar tidak senang karena panggilannya di abaikan cucu kesayangannya, Oh iya aku rela mengorbankan masa cuti bulan maduku untuk menggantikanmu mengurus klien, jadi fokus saja bertempur dengan Nenek Marita] tulis Alex panjang lebar. Danil hanya membacanya dan tidak bermaksud membalas."Aku akan menyambutnya" Ucap Danil tersenyum menyering
"Kenapa Emili lama sekali? Kemana pula perginya Nak Danil?" Ucap Bu Tiara merasa tidak senang, ia sudah bersusah payah masak untuk mereka tapi justru mereka yang tidak hadir di meja makan."Tidak apa Bu, biarkan saja" Pak Feri masih setia menghibur sang istri."Mungkin lagi melepas rindu, Bu" Celetuk Bu Eni asal, sebenarnya ia hanya bercanda karena dirinya sendiri tidak tau kemana kedua orang itu berada, Pak Feri yang memahami langsung tersedak."Ayah, hati-hati dong makannya" Kata Mila yang dari tadi menyuapi Dania yang tampak asyik dengan mainannya."Iya, ayah akan hati-hati" Ucap Pak Feri gelagapan."Itu sama sekali tidak boleh dibiarkan, mereka baru saja bertemu setelah berpisah selama tiga tahun" Seru Bu Tiara menanggapi candaan Bu Eni ia segera bangkit dari duduknya, ia hendak melabrak Emili."Ibu mau apa?" Pekik Pak Feri, ia juga berdiri untuk mencegah sang istri.Bersamaan dengan itu Danil keluar dari kamar Emili dengan penampilan yang lebih cerah dari sebelumnya, ia tampak sep
Setelah selesai merapikan mainan Dania, seluruh orang berkumpul di ruang keluarga, karena memang tidak ada lagi ruangan yang lebih luas dari tempat itu, kecuali Bu Eni dan Bu Tiara yang sedang sibuk di dapur, demi menyambut menantunya yang tiba-tiba datang dan tampaknya tidak berniat untuk pergi, dan juga Emili yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi."Apa rencana kalian kedepannya?" Pak Feri memulai obrolan, ia bertanya pada Danil sebagai kepala keluarga dari pernikahan kontrak putrinya."Saya ingin tetap melanjutkan pernikahan Kami Yah, tidak ada lagi kontrak atau apapun itu, tolong restua hubungan kami" Danil berbicara sungguh-sungguh, ia menatap kedua mata mertuanya."Bagaimana dengan keluargamu, mereka tidak menerima Emili lagi, Nyonya Marita bahkan mengusirnya dari rumahmu" "Nenek melakukan itu karena terpengaruh omongan setan, informasi yang dia dapatkan tidak sesuai dengan kenyataan" Danil membahas soal Alea. Tampak kebencian dari raut wajahnya."Apa yang membuatmu m
"Aku belum siap melakukan ini?" Keluh Emili berharap Danil melepasnya."Kau tidak perlu bersiap, Kau cukup menyerahkan tubuhmu saja" ucap Danil semakin nakal, ia menyentuh kancing baju yang berderet di atas dada Emili yang tampak membusung satu persatu, ia malah berpikir benda itu tampak lebih besar dari sebelumnya.Emili menggeliat untuk menghentikan Danil, selain itu ia tidak ingin terpancing dengan sensasi aneh yang mulai muncul."Kenapa sayang? Akan lebih baik kalau kamu diam, semakin Kau berontak semakin Aku ingin segera memakanmu, sudah lama singa ini tertidur, Dia akan agresif kalau kau membangunkannya, tapi kalau Kau ingin membangunkannya tidak apa-apa, Dia akan menyambutnya." Goda Danil membuat wajah Emili memerah."Hentikan ini Danil" Sepertinya Emili juga tidak tahan berada di posisi ini. Ia menggerakkan tangannya untuk bangun, tapi Danil dengan cepat meraih tangan itu dan menyematkan jari-jarinya untuk mengunci pergerakan."Kau terdengar memintaku melanjutkannya" Goda Dani
Ketika mobil memasuki rumah bak istana milik Danil, ingatan Emili kembali mengembara saat pertama kali ia memasuki rumah itu, ia mengingat ketika Danil tidak peduli padanya dan masih sangat mencintai Alea, seolah tidak ada wanita lain selain Alea saat itu, lalu kemudian dengan perlahan Danil agak peduli padanya sampai ia berpikir Danil mungkin menyukainya tapi kenyataannya Danil hanya menginginkan tubuhnya, nyatanya Alea masih nomor satu di hatinya, ia yang mulai mencintai Danil hanya bisa menelan rasa pahit, perlahan namun pasti Danil menyatakan cintanya dan melepas Alea, pernikahan kontraknya pun berbuah cinta, tapi ternyata tuhan masih belum merestui hubungan mereka dan berakhir dengan dirinya yang meninggalkan Danil. Kini mereka di pertemukan kembali setelah tiga tahun berpisah, apakah takdir sudah mengizinkannya bersama?Dania tidur dengan nyenyak di pangkuan Emili, ia tampak kesusahan untuk melepas sabuk pengamannya, karena itu Danil membantunya, hingga mereka menjadi sangat dek
Emili sudah meninggalkan Danil yang masih mencerna ucapan Emili dengan dada bergemuruh, ia segara mengejar Emili saat tau Emili sudah tidak ada di tempatnya."Aku akan mengantarmu, itu akan lebih cepat" Ucap Danil begitu berhasil menemukan Emili tampak tidak tenang bahkan sudah menangis, sepertinya ia sedang memesan mobil online tapi tidak berhasil. Danil sendiri menawarinya tumpangan dan mengabaikan rasa penasarannya."Tidak perlu Danil" Suaranya tercekat. "Ikut aku, pesan mobil online akan memakan waktu, kau harus menemukan anak itu sebelum pergi semakin jauh" Ucap Danil membuat Emili menyadari kesalahannya, ia menatap Danil dengan tatapan tidak biasa. Ia merasa lega karena Danil tampaknya tidak terpengaruh."Tetap di sini, aku akan mengambil mobil di parkiran" Ucap Danil seraya bergegas pergi, Emili diam mematung, ia tidak tau harus berbuat apa, akhirnya ia masih diam di tempatnya saat Danil muncul dengan mobilnya."Ayo masuk, tunggu apalagi?" Seru Danil, membuat Emili segera kear