Sudah tiga puluh menit semenjak kelas pertamaku dimulai, Dosen yang mengajar pelajaran pertama pagi itu membuat kita harus memasang pendengeran esktra. Beliau berbicara dengan nada suara yang sangat kecil, membutuhkan konsentrasi penuh untuk mengdengar setiap penjelasannya, itulah sebabnya beliau dijuluki dosen the silent. kelas benar-benar penuh keheningan layaknya makam kuburan
tubuhku sedari tadi rasaanya tidak enak, seperti bara api membakar kulitku dari dalam, keringat dingin mendadak menyelimuti dahiku. Aku mengambil kaca dari dalam tas, i
Geli diperut. Kalau sedang jatuh cinta ada perasaan geli diperutku, intinya bakalan bisa bikin aku tertawa terus. mau ada kejadian lucu atau enggak, tetap bakalan ketawa. Aku duduk dibalkon kamarku sembari telfonan dengan seseorang sudah hampir satu jam. satu jam yang dipenuhi dengan tawa untukku. siapa lagi orang itu kalau bukan Aldihah?kamu pindah haluan?. Intinya aku mulai ngerasa nyaman, dia datang disaat hati ini kosong,sudah kukatakan pemiliknya tidak lagi bertanggung jawab. Jika ada orang lain yang membuatku sebahagia ini mengapa aku harus menaruh harapan untuk ketidak pastian!."Kamu nggak gendut, cuman bulet
Aldi bagaikan jelangkung tampan, dia datang tanpa diundang dan pulang tanpa diantar. Ah kalian jangan berfikiran horor. aku sedang membahas pangeran yang baru saja menetas. Jika kubayangkan Seharian penuh aldi membuatku terjebak dalam dunia yang penuh bunga-bunga, kita jalan-jalan kesana sini, nongkorng di cafe, dan membahas kehidupan masing-masing, nonton film bertema romansa, semua itu kami lakukan dalam satu hari. Anehnya tidak ada lelah, capek, bahkan waktu terasa berjalan sangat cepat. Dasar, sepertinya aku menginjak puber fase kedua.sedari tadi tidak ada satupun penjelasan dosen yang singgah dikepalaku, aku sibuk senyum-senyum sendiri tak karuan. Mataku saja sudah bersikap genit tanpa kuminta, sesekali aku melihat aldi yang d
Aku rasa apa yang aku fikirkan sudah diluar dugaan. apa yang kalian rasakan?, jika seseorang yang pernah selalu ada disaat kalian sedang terpuruk, lalu tiba-tiba mereka menghilang tanpa sebab. tentunya tiang yang tadinya sempat hampir berdiri kokoh akhirnya rapuh lagi. Hari demi hari Aldi kian menjauh. Semakin jauh hingga rasanya sulit aku gapai. Layaknya bulan yang begitu terang menenami langit nan gelap namun tidak bisa kusentuh,Meskipun ia menggelantung indah diatas sana dan tidak pergi kemana-mana.Aku sempat merasakan kembali apa itu rasa luka. Aku yang selalu menghubungi Aldi lebih dulu, karena dia memang terlihat tidak berniat menghubungiku lebih dulu. Pernah aku memberanikan diri bertanya apa yang terjadi, mengapa rasanya tiba-t
Bukan seorang nayna namanya jika menyerah begitu saja, mana mungkin aku mentertawakan diriku sendiri. Meskipun aku tau apa yang aku lakukan adalah suatu kebodohan. orang bilang cinta itu buta, aku rasa itu benar. Bukan buta seperti mata tidak bisa lagi melihat, melainkan hati yang tidak bisa lagi melihat mana sebuah ketulusan dan mana yang hanya sebuah kepura-puraanseperti hari-hari yang sudah berlalu, aku melalui perkuliahan karena memang itu sudah kewajibanku. namun tidak seperti sebelumnya, untuk sekarang kelas terasa gurun pasir bagiku. panas tak berujung, membuat hatiku gerah tidak menentuAldi bersikap biasa-bia
Tidak ada rasa canggung, yang ada hanyalah rasa bahagia. Aku merasa menjadi wanita paling beruntung malam ini, hanya karena hal sederhana. Iya, Aldi datang membawakanku obat dan bakso seperti yang ia janjikan. Dia baru saja menunjukkan perhatiannya padaku, terlepas dari rasa kecewa yang aku rasakan. Atau mungkin memang aku yang terlalu mudah memaafkan“Maaf aku ngerepotin” ucapku memulai obrolan.“Nggak ngerepotin, santai aja” jawab aldi melepas senyum manisnya“kam
sebercanda itukah cinta?. aku yang melihat seorang laura yang selama ini dengan kperibadian yang terlihat bijak menyikapi situasi, justru menyimpan kelemahan yang berhasil ia pendam. dia terlalu pandai bermain dengan drama kehidupannya sendiri. Malam itu saat aku tersentak dari tidurku, aku tertegun melihat seorang wanita yang duduk dibalkon kamarku. aku memastikan teman-temanku, tampak rani dan monik yang tertidur dengan pulasnya. siapa yang tidak ada? ya laura tidak ada disana. aku melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul dua malam.aku bangkit dari tidurku, menghampiri wanita dibalkon kamarku, yang kupastikan ialah laura. saat aku mendekati gadis itu, dia duduk sembari meringkukkan kakinya, angin malam yang sejuk tidak
sudah lama sekali aku tidak menikmati gorengan terenak sedunia ini, meskipun aku sibuk mengunyah, mataku justru sibuk menatap novel yang aku letakkan dilantai. Aku masih belum berani membaca novel yang dipinjamkan aldi. Judulnya saja sudah membuatku berfikiran yang tidak-tidak. 'The Memories', yang ada di fikiranku saat ini segala hal yang tersimpan dalam memori bukankah itu sebuah kenangan."dipandangin mulu nay?" rani menyenggol sikuku. aku tidak bergeming. mataku masih fokus menatap novel yang aku letakkan didepanku. lain halnya dengan rani yang duduk disampingku sembari menikmati film kesukaannya. Upin dan Ipin sedang berlagak didalam layar TV
"intinya ini tambahan untuk tugas kelompok mengenai antamo kemaren, saya nggak mau ada keterlambatan. saya hanya beri waktu satu minggu, kalian paham?" ucap pak samsul tegas."yahhh pak, masak ditambahnya belakang gini sih pak, kan kita jadi mepet ama tugas yang lain pak" keluh Nadia yang merupakan sekretaris di kelasku"Loh saya kan nggak suruh kamu ngeluh, tugas ya tetap tugas. Kita akhiri sampai disini." usai pak samsul. itu berarti tidak ada perdebatan atau pembahasan lagi yang harus disampaikan. kami mengeluh, jelas kami mengeluh.
Rose sedang memulihkan diri di rumah karena patah tulang ringan. Itu hanya seminggu setelah masa-masa indah, karena Sean terstimulasi oleh hasil akhir ujian tengah semesternya dan mengantarnya ke sekolah. Satu-satunya keuntungan adalah dia memiliki sopir untuk menjemput dan mengantarnya selama cedera. Rose belum beradaptasi dengan kehidupan awal. Dia tidur grogi untuk dua kelas. Dalam keadaan linglung, dia samar-samar merasakan seseorang di depan matanya. Ketika dia membuka matanya, ruang kelas kosong. Hanya Matthew dari Kelas 5 yang berdiri di depannya dan menatapnya dengan cemberut. Rose ingat bahwa Matthew dan Andrew menekannya seperti bukit hari itu, hampir sekarat, dan merasakan lengannya sakit lagi. Dia mendongak dan saling menatap miring. "Mengapa kamu di sini?" Matthew memandang rendah Rose, yang cuek dan frustrasi. Senang melihatnya tanpa jalan memutar, tetapi tidak mungkin. Siapa yang membiarkan dirinya memuk
Aku fikir diriku yang akan menjadi canggung, ternyata tidak. Reno mendadak berubah, ia menjadi lebih menjaga jarak denganku. Terkadang meskipun kita saling bertatapan mata, dengan cepat Reno mengalihkan pandangannya, itu membuat sedikit desiran kehilangan untukku. Aku kira Reno akan kembali ceria seperti dulu, tapi dua minggu berlalu Reno justru semakin menjauh.Sementara Aldi dan Laura?, entah sejak kapan itu dimulai,mereka sudah berani untuk mengumbar kemesraan mereka, aku sempat mencuri dengar panggilan sayang yang mereka buat, ketika Laura memanggil Aldi dengan BO dan Aldi memanggil Laura dengan BI.“Ran, gue beneran nggak nyaman nih. Kok Reno jadi ngejauh gitu ya?” tanyaku ketika aku dan yang lainnya makan dikantin. Sekarang hanya aku, Rani dan Monic. Kami kehilangan Laura, tapi gadis itu sekarang sudah memiliki teman baru, diujung kantin ia tertawa lepas bersama teman barunya.“Hah, kayaknya dia ngerasa bersalah sama kejadian waktu itu. D
Sore yang sejuk dengan hujan yang cukup deras. Aku duduk di balkon kamar, membiarkan angin membawa percikkan hujan dan mengenai rambutku. Aku tidak peduli, yang kurasakan damai dalam sejuk yang dingin. “Y ampun Nayna, masuk dong. Ini hujannya deras banget loh” ucap Monik datang padaku. aku tertegun menatap Monik sembari tersenyum “kalian udah pulang? kuliah hari ini full nggak?” tanyaku, bersikap baik-baik saja. Monik menganggukkan kepalanya “iya, untung Rani bawa mobil lo, kalau nggak udah susah buat pulang. hmmm Nay, ada yang mau ketemu sama lo. Mereka baru aja datang, tadi rani udah cegah, tapi,,,” ucapan Monik terhenti saat aku mendadak berdiri menatap Monik dengan tidak sabar “mereka siapa maksud lo?” tanyaku. Monik menghela nafas panjang menelan kasar salivanya. Raut wajah tidak enak terukir di wajahnya “Laura sam Aldi” jawab monik terbata-bata. Aku langsung berjalan menuju ruang tamu, meskipun Monik sempat menahan tanganku tapi eku menepis tangan itu dengan ka
Sudah puas aku menangis, rasa kecewa yang teramat sangat. Dadaku terasa sesak, fikiranku kacau dan nafsu makan ku hilang sudah. Yang aku tau hanyalah berbaring diatas kasur dan menangis melepaskan rasa sakit ini. Sedari tadi Rani, Monik dan Reno sudah mencoba menenangkanku. Tapi aku menganggap mereka tidak ada. Aku berlari pulang dari kampus, meninggalkan pelajaran dan menangis hingga malam datang. ayolah, kenapa rasanya se sakit ini?Aku merubah posisiku duduk, hanya ada aku di kamar. Yang lain pasti memilih menunggu di ruang santai. aku melangkah menuju cermin, penasaran melihat seperti apa pantulan wajahku. Mataku sudah bengkak, rambutku kusut, bibir dan hidungku memerah seperti buah tomat, dan tubuhku bergetar karena seharian tidak ada makanan yang masuk ke perut. Penghuni perutku pasti sudah menyumpahiku sekarang.Usai mencuci muka, dan memastikan wajahku tidak kusut lagi aku keluar kamar, berniat menemui teman
Berdebar tidak karuan, aku berteriak merasakan diriku berdebar. Tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Semua itu hanya aku lakukan dalam hati dan membuat dadaku semakin sesak. Bahkan rasanya tidak ada udara di sekitarku. Tatapan mata Reno semakin membuatku kehilangan kesadaranku. Aku sulit menyadarkan diri sampai seseorang mengetuk pintu rumah dengan cukup keras “Nayna? Lo ada di dalam nggak sih? Gw udah liat sepatu lo woi” teriak RaniSontak aku gelagapan “Rani Pulang” ucapku melotot pada Reno. Berbeda denganku yang merasa tertangkap basah, Reno justru bersikap santai seolah-olah tidak ada yang terjadi. aku bergegas membuka pintu rumah, Rani sudah berdiri memasang raut wajah kesal sembari menyilangkan tangannya di dada.Aku cengengesan merasa bersalah “heheh maaf ya Ran, nggak kedengeran. Gegara suara hujan nih, Monik mana? Laura juga?” tanyaku mencoba mengalihkan pembica
Apakah itu benar? ketika kamu terluka oleh seseorang yang sangat kamu sukai, kamu gilai bahkan kamu harapkan untuk ia membalas rasa yang sama denganmu. Ada orang lain dibelakangmu yang justru memnyembunyikan bunga untukmu, memperhatikanmu dalam diam dan menjadi payung dibawah guyuran hujan. Sialnya hati dan matamu seolah-olah tertutup. Kamu tidak bisa melihat ketulusan orang lain karena kalah akan ketulusamu mencintai orang lain yang belum tentu mencintaimu.Alhasil aku dan Reno pulang basah kuyup. Hujan cukup lebat, seolah-olah mewakili perasaanku yang sedang menangis saat itu “ tunggu bentar ya, gw mau ambil handuk buat lo” ucapku. Reno mengangguk, selang beberapa menit aku mengambil handuk dan memberikan handuk itu pada Reno. Aku meminta reno membersihkan dirinya di ruang tamu, kebetulan Reno menyimpan baju futsal di jok scoppynya.Seperti Reno akupun membersihkan diriku. memejamkan mata merasakan guy
Kedatangan Aldi diluar dugaanku, mengingat aku dan aldi sempat saling berdebat. Dengan keras dia melarangku untuk dekat dengan reno. Tapi ia bertingkah tidak seperti seorang pria. Dia membuatku untuk tetap menyukainya tapi tidak berani memegangku. Itu tidak adil. Jika dia bisa dekat dengan wnaita lain seperti devi, mengapa aku tidak bisa dekat dengan pria lain. lagipun aku dan reno dekat karena memang aku nyaman berteman dengannyasebisa mungkin aku menengakan situasi, reno ditemani yang lain duduk disisi api unggun yang berbeda, sementara aku duduk disebelah aldi. berharap suasana hati aldi tidak merusak suasana yang sudah aku dan yang lain dapatkan dari reno malam ini
"Kalau ada apa-apa lo kabarin gw ya?" ucapku pada reno sembari menunggu rani datang menjemputku. Hari itu keadaan reno sudah jauh lebih baik. Hanya menunggu luka-lukanya pulih. Suster juga memberi kabar kalau reno bisa pulang segera."iya bawel.""lo udah ketinggalan banyak mapel kuliah""iya nay, nanti gw belajar sendiri""anak laki mana doyan belajar" sindirku. Re
"Enggak kok, ini udah mau pulang. Iya iya, bye" ucapku menutup telfon. Aku lupa waktu ketika sibuk mencari bahan-bahan untuk lomba novelis. sampai aku tidak sadar langit sudah berganti menjadi malam. Rani yang menelfonku sudah protes tidak menentu, mengingat waktu saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Sebenarnya tidak ada masalah jika aku keluar sendirian, hanya saja rani takut terjadi sesuatu padaku, karena aku menyetir mobil sendirian.aku menyalakan musik DJ di mobilku, ya ada sedikit rasa sunyi yang aku rasakan. Badanku bergoyang mengikuti irama musik, aku masih menikmati musik sampai diperjalanan aku terpekik dan membuatku berhenti mendadak.