Apasih arti persahabatan bagi kalian?. masing-masing ikatan hubungan bagiku beda bentuk dan beda rasa. Jika ditanya hal terkonyol, manakah yang lebih penting bagiku, sahabat atau pacar?. Hmmm jujur saja aku kesulitan untuk menjawab ini. Sesulit ngejawab cepat kalau ditanya 1453x123, Kenapa? Karena aku punya sifat jelek yaitu hanya bergantung dan merasa nyaman untuk satu orang saja tanpa bisa berpindah ke orang lain.
Maksduku, jika aku sudah nyaman dengan satu orang maka aku akan tetap bersama orang itu. inilah kelemahanku yang tidak bisa aku kendalikan. Meskipun aku sadar kelak kelemahan ini akan merusak diriku sendiri, percayalah aku sudah mencoba untuk menghilangkan hal ini. Entah mengapa rasanya aku tidak bisa.
Terkadang aku iri sama Rani, mengapa dia begitu leluasa dalam bergaul?. Hari ini saja dia mengajakku, monik dan laura jalan-jalan di mall bareng. Aku menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dalam hubungan persahabatan ini, meskipun aku masih belum yakin untuk mengatakan bahwa monik dan laura sudah sampai pada fase Seorang sahabat untukku. Terbesit keraguan kalau Rani akan meninggalkanku jika ia terlanjur nyaman berteman dengan yang lainnya, jikalau itu terjadi aku rasa seorang Nayna akan benar-benar menjadi penyendiri nantinya
“Enak ya kalian, nggak perlu ngekos. Tinggal dirumah milik sendiri, nggak perlu ngontrak. Padahal keluarga kalian dijakarta kan yah?” ucap monik memulai obrolan, lelah sudah kami keliling mall dan aktivitas selanjutnya jelas yaitu ngafe
“hah? Kok menurut gw biasa aja ya?, kan bagus mereka nggak perlu susah nyari kos-kosan” sahut laura. apa yang dia bilang bener adanya. Nggap gampang sih hidup ngekos.
“sebenernya gw juga mau ngerasain ngekos itu gimana, cuman yah,nih anak kesayangan banget sih” sahut rani menyenggol lenganku,
“apa sih ran?, kesannya gw semanja itu, orang tua gw itu nggak punya waktu buat ngawasin gw, makanya nyokap kasih saran buat tinggal dirumah itu aja sama rani. Kebetulan rumah itu memang sengaja dibikin sih, nggak tau buat apaan. Kan lumayan irit juga” ucapku membela diri
“Seru nih, Eh Kita boleh nggak ngekos disana nay?nanti uang kosnya gw cicil deh” pinta monik padaku
“hah? kredit nampan kali dicicil, Lagian maksudnya kita? Kan lo tau gw nggak ngekos nik. Gw tinggal ama tante gw” protes laura
“yahh, penonton kecewa seribu bahasa” keluh monik sembari memukul jidatnya. Sontak kami tertawa melihat tingkahnya. Sekedar menghibur monik,akupun sepakat dengan rani mengajaknya untuk nginap dirumahku. Jelas ia mengangguk setuju dengan antusiasnya.
Persoalan manja, entahlah. Orang-orang yang menilaiku dari luar saja memang kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa aku hidup bahagia karena kedua orang tuaku pengusaha yang cukup sukses. Namun ini tidak seindah itu, bergelimang uang tidak menjamin kebahagiann untukku. Bukan aku tidak mendapatkan perhatian. Hmmm bagaimana ya aku menceritakan ini pada kalian?, intinya apa yang aku minta selalu aku dapatkan, hanya saja ketika aku meminta sedikit waktu dari orang tuaku meskipun hanya sekedar mengobrol biasa, ini agak sulit. Jawaban yang akan selalu aku terima adalah ‘sayang bunda lagi kerja, kamu sabar dulu ya nak, bunda cari uang juga buat kamu kan’. gerah nggak denger jawaban yang selalu sama?
Aku rasa kebiasaan buruk soal diriku yang terbiasa bergantung sama orang lain berawal dari ini, dari lingkungan keluargaku sendiri. Secara kasar aku bisa katakan bahwa aku bergantung bukan kepada perhatian kedua orang tuaku, melainkan uang yang selalu mereka berikan dan membuatku tidak kekurangan apapun itu dari segi materi.
Yah mungkin ini hanya pendapat yang aku bentuk sendiri
**************
“Arghhhh gw nggak kuatt nayyy, nggak mau lagiii, setannya jail nay, ngagetin mulu, banyak dosa dia nay” teriakk monik. Sontak aku dan rani kembali tertawa dibuatnya. Awalnya dengan percaya diri monik menantang aku dan rani untuk nonton film horror sembari lampu kamar dimatikan. aku mengangguk antusias, film horror itu menarik, melatih diri sendiri untuk mengontrol rasa takut.
Nyatanya?, justru monik yang berteriak paling keras setiap kali ada adegan horor yang muncul, suasana yang seharusnya menegangankan justru dipenuhi tawa bagiku, “Kan lo duluan yang nantangin, sekarang malah nyerah, gimana sih nik?” protesku.
“udah nay udahh, gila parah sih, ngeri woii gw nontonnya, matiin nggak tu TV, gw banting nih lama-lama” teriak monik makin histeris, membenamkan wajahnya kedalam bantal.
“nonn?nonn? ada apa?” Tanya mbok arsih. Simbok ini asisten rumah tanggaku sekaligus menjagaku disini. Beliau sudah lama bekerja dengan kedua orang tuaku, dan memang hanya dengan mbok arsihlah aku paling dekat.
“nggak apa-apa mbok, maaf ya rusuh” jawabku menatap mbok arsih yang kini berdiri didepan pintu kamar. Mbok arsih menyalakan lampu untuk memastikan keadaan kami
“ahh mbokk, peri penyelamatku” ucap monik tiba-tiba memeluk mbok arsih
“Kenapa non?Aduh non, sudah malam ini. Besok kan kuliahh, tidur ya non,” pinta simbok. Kami mengangguk setuju. Hampir saja lupa waktu. Simbokpun berlalu meninggalkan kamarku
“yaudah gih tidur, kapok gw nonton film horor. Nggak lagi deh. jantung gw sesak, berasa liat mantan nikah ama pacar barunya” monik membaringkan badannya diatas kasur
“hahaha, kapan-kapan laura juga kita ajak yah” ucapku. Anehnya monik dan rani saling bertatap muka kemudian mereka menaik turunkan bahu, aku tidak mengerti untuk tingkah ini. tanpa membalas ucapanku mereka menarik selimut untuk kemudian berbaring. Sebelum tidur aku melihat hanphoneku, mungkin saja ada pesan dari seseorang yang aku tunggu-tunggu, berharap sih, sangat
“dia masih belum ada kabar?” Tanya Rani padaku, hal itu sontak membuat monik menatapku melotot.
“dia siapa? Kabar apa?” monik menghujamku dengan pertanyaan penasarannya
“Jadi tuan putri kita ini sedang menunggu kabar dari pangeran merpati putih” ejek rani padaku
“Lah? Lo udah punya pacar nay?” tampa basi-basi monik menanyakan hal itu
“ha?enggakk, bukan pacarr nik” aku mengelak
“Terus? “ monik memasang wajah penasarannya. Aku menatap sayu kearah rani, memberikan isyarat agar ia membantuku lepas dari situasi yang canggung ini.
“Hmmm nik lo tau nggak kebiasaan si mbok, tiap pagi kalau kita bangun telat dia bakalan nyiram kita pake air kobokan” rani menyipitkan matanya menunjukkan ekspresinya agar monik mempercayai ucapannya. Monik melongo sudah, tanpa membatantah ia memejamkan matanya serapat mungkin. Dan yeahh itulah rani yang mengerti keadaan yang tidak bisa terucap olehku
Rani melepas senyum padaku kemudian iapun menyusul monik memejamkan matanya, Aku menghela nafas kecewa, lebih baik aku mematikan ponsel dan mengontrol perasaanku sendiri. Terlalu berharap untuk keadaan yang tidak pasti hanya membuat luka yang tumbuh semakin dalam. Bukan aku tidak ingin menjawab pertanyaan Monik, siapa pangeran merpati putih yang dimaksud rani, hanya saja aku sedang tidak ingin mengenang. Menjelaskan dirinya yang kini membuatku kecewa.
Ada seseorang yang membuat hatiku patah, membuatku setiap hari menanti kabar darinya, sekalipun hanya sekedar say hello, itu sudah cukup membuat senyumku lepas tanpa tertahan. Kalian pahamkan maksudku? Aku tidak ingin mengenang orang yang sebegitunya aku harapkan, setidaknya untuk saat ini saja, entahlah dilain hari.
Ah kalian bisa menilai kelak masing-masing karakter dari sahabatku, yang pasti sekarang aku masuk kedunia baru yang masih samar-samar kupijak. Semakin sering waktu berlalu semakin banyak memori usang yang akan terlupakan perlahan, jika kita tidak menyimpannya dengan baik. Yeah terkadang memang harus ada memori usang yang pantas dibuang
"Gimana nih, gw udah kebelet nih, ayukk temenin dong ran" keluhku usai keluar kelas. Aku sudah kualahan menahan panggilan alam ini, sesuatu yang mendesak sudah diujung. Sial rasanya menahan keingginan untuk buang air kecil"yah nay, gw udah laper banget malahan. males ah musti naik lagi ke toilet atas, pake toilet diujung aja ya" saran rani padaku. Bulu kudukku sedikit bergidik mendengar toilet ujung, yah ini toilet yang terletak dipojok kampus, agak sepi dan pastinya suasana rada menyeramkan."yah ran, kan disana itu,,,,"
'kadang ingin, kutinggalkan semua, letih hati menahan dusta'"diatas pedih ini, aku sendiri. Selalu sendiri'
Tengg,,,,Teng,,,Teng"woi yang merasa anak G5 masuk kagak, bel udah bunyi juga. masuk kelas sana" teriak seorang cowok mecniptakan kerusuhan. Aku yang kala itu tengah asik berbincang membahas gaya rambut terbaru bersama Rani dan Monik, saling bertatapan untuk kemudian melirik keluar. Penasaran siapa yang mecipatkan bunyi lonceng diiringi dengan suara teriakan."ada apa sih?" tanyaku ketika laura yang baru saja datang, masuk kelas dengan wajah kesalnya"Si reno edan kali ya. I
seberat menunggu kepastian, hari kamis adalah hari yang terberat untukku. Aku rasa mahasiswa lain juga merasakan hal yang sama denganku. Pasalnya pak Samsul, dosen yang setiap ngajar dikelas selalu bikin spot jantung. Gimana nggak spot jantung, mendadak setiap menyampaikan materi pak samsul kadang-kadang berteriak dengan lantang, terus diakhir materi siapa yang tertangkap ngelamun pasti bakalan ditanya gini "kamu kalau hidup dikubur dimana?"pertanyaan yang menjebak konsentrasi nggak sih? kan kalau masih hidup kenapa harus dikubur. Nah buat mereka yang emang lagi ngelamun, ini justru jadi jebakan betmen, terus disorakin sekampung deh, maksudnya se isi kelas.
Gorengan mang edang itu gorengan terenak yang pernah aku coba, beruntung sekali rasanya dia jualan di sekitar rumah. gorengannya menjadi cemilan wajib garis kreas ala aku. sekalipun pulang kuliah sore, aku selalu nyempetin buat beli. Lebih enak lagi kalau gorengan yang lagi hangat-hangatnya dimakan pake cabe rawit, sebenernya aku nggk terlalu sering makan makanan pedas, tapi sekalinya makan yang pedas-pedas kadang susah berhenti.masalahnya hari itu kenikmatan gorengan mang edang mendadak hilang kurasakan, aku menerima pesan dari Laila, dia sepupu si pangeran merpati putih. Kalian masih ingat kan dengan dia, yang sempat ditanyain monik ke rani itu loh. Iya dia orang yang membuatku gelisah menanti kabarnya. Dan hari itu aku menerima
Sudah tiga puluh menit semenjak kelas pertamaku dimulai, Dosen yang mengajar pelajaran pertama pagi itu membuat kita harus memasang pendengeran esktra. Beliau berbicara dengan nada suara yang sangat kecil, membutuhkan konsentrasi penuh untuk mengdengar setiap penjelasannya, itulah sebabnya beliau dijuluki dosenthe silent. kelas benar-benar penuh keheningan layaknya makam kuburantubuhku sedari tadi rasaanya tidak enak, seperti bara api membakar kulitku dari dalam, keringat dingin mendadak menyelimuti dahiku. Aku mengambil kaca dari dalam tas, i
Geli diperut. Kalau sedang jatuh cinta ada perasaan geli diperutku, intinya bakalan bisa bikin aku tertawa terus. mau ada kejadian lucu atau enggak, tetap bakalan ketawa. Aku duduk dibalkon kamarku sembari telfonan dengan seseorang sudah hampir satu jam. satu jam yang dipenuhi dengan tawa untukku. siapa lagi orang itu kalau bukan Aldihah?kamu pindah haluan?. Intinya aku mulai ngerasa nyaman, dia datang disaat hati ini kosong,sudah kukatakan pemiliknya tidak lagi bertanggung jawab. Jika ada orang lain yang membuatku sebahagia ini mengapa aku harus menaruh harapan untuk ketidak pastian!."Kamu nggak gendut, cuman bulet
Aldi bagaikan jelangkung tampan, dia datang tanpa diundang dan pulang tanpa diantar. Ah kalian jangan berfikiran horor. aku sedang membahas pangeran yang baru saja menetas. Jika kubayangkan Seharian penuh aldi membuatku terjebak dalam dunia yang penuh bunga-bunga, kita jalan-jalan kesana sini, nongkorng di cafe, dan membahas kehidupan masing-masing, nonton film bertema romansa, semua itu kami lakukan dalam satu hari. Anehnya tidak ada lelah, capek, bahkan waktu terasa berjalan sangat cepat. Dasar, sepertinya aku menginjak puber fase kedua.sedari tadi tidak ada satupun penjelasan dosen yang singgah dikepalaku, aku sibuk senyum-senyum sendiri tak karuan. Mataku saja sudah bersikap genit tanpa kuminta, sesekali aku melihat aldi yang d
Rose sedang memulihkan diri di rumah karena patah tulang ringan. Itu hanya seminggu setelah masa-masa indah, karena Sean terstimulasi oleh hasil akhir ujian tengah semesternya dan mengantarnya ke sekolah. Satu-satunya keuntungan adalah dia memiliki sopir untuk menjemput dan mengantarnya selama cedera. Rose belum beradaptasi dengan kehidupan awal. Dia tidur grogi untuk dua kelas. Dalam keadaan linglung, dia samar-samar merasakan seseorang di depan matanya. Ketika dia membuka matanya, ruang kelas kosong. Hanya Matthew dari Kelas 5 yang berdiri di depannya dan menatapnya dengan cemberut. Rose ingat bahwa Matthew dan Andrew menekannya seperti bukit hari itu, hampir sekarat, dan merasakan lengannya sakit lagi. Dia mendongak dan saling menatap miring. "Mengapa kamu di sini?" Matthew memandang rendah Rose, yang cuek dan frustrasi. Senang melihatnya tanpa jalan memutar, tetapi tidak mungkin. Siapa yang membiarkan dirinya memuk
Aku fikir diriku yang akan menjadi canggung, ternyata tidak. Reno mendadak berubah, ia menjadi lebih menjaga jarak denganku. Terkadang meskipun kita saling bertatapan mata, dengan cepat Reno mengalihkan pandangannya, itu membuat sedikit desiran kehilangan untukku. Aku kira Reno akan kembali ceria seperti dulu, tapi dua minggu berlalu Reno justru semakin menjauh.Sementara Aldi dan Laura?, entah sejak kapan itu dimulai,mereka sudah berani untuk mengumbar kemesraan mereka, aku sempat mencuri dengar panggilan sayang yang mereka buat, ketika Laura memanggil Aldi dengan BO dan Aldi memanggil Laura dengan BI.“Ran, gue beneran nggak nyaman nih. Kok Reno jadi ngejauh gitu ya?” tanyaku ketika aku dan yang lainnya makan dikantin. Sekarang hanya aku, Rani dan Monic. Kami kehilangan Laura, tapi gadis itu sekarang sudah memiliki teman baru, diujung kantin ia tertawa lepas bersama teman barunya.“Hah, kayaknya dia ngerasa bersalah sama kejadian waktu itu. D
Sore yang sejuk dengan hujan yang cukup deras. Aku duduk di balkon kamar, membiarkan angin membawa percikkan hujan dan mengenai rambutku. Aku tidak peduli, yang kurasakan damai dalam sejuk yang dingin. “Y ampun Nayna, masuk dong. Ini hujannya deras banget loh” ucap Monik datang padaku. aku tertegun menatap Monik sembari tersenyum “kalian udah pulang? kuliah hari ini full nggak?” tanyaku, bersikap baik-baik saja. Monik menganggukkan kepalanya “iya, untung Rani bawa mobil lo, kalau nggak udah susah buat pulang. hmmm Nay, ada yang mau ketemu sama lo. Mereka baru aja datang, tadi rani udah cegah, tapi,,,” ucapan Monik terhenti saat aku mendadak berdiri menatap Monik dengan tidak sabar “mereka siapa maksud lo?” tanyaku. Monik menghela nafas panjang menelan kasar salivanya. Raut wajah tidak enak terukir di wajahnya “Laura sam Aldi” jawab monik terbata-bata. Aku langsung berjalan menuju ruang tamu, meskipun Monik sempat menahan tanganku tapi eku menepis tangan itu dengan ka
Sudah puas aku menangis, rasa kecewa yang teramat sangat. Dadaku terasa sesak, fikiranku kacau dan nafsu makan ku hilang sudah. Yang aku tau hanyalah berbaring diatas kasur dan menangis melepaskan rasa sakit ini. Sedari tadi Rani, Monik dan Reno sudah mencoba menenangkanku. Tapi aku menganggap mereka tidak ada. Aku berlari pulang dari kampus, meninggalkan pelajaran dan menangis hingga malam datang. ayolah, kenapa rasanya se sakit ini?Aku merubah posisiku duduk, hanya ada aku di kamar. Yang lain pasti memilih menunggu di ruang santai. aku melangkah menuju cermin, penasaran melihat seperti apa pantulan wajahku. Mataku sudah bengkak, rambutku kusut, bibir dan hidungku memerah seperti buah tomat, dan tubuhku bergetar karena seharian tidak ada makanan yang masuk ke perut. Penghuni perutku pasti sudah menyumpahiku sekarang.Usai mencuci muka, dan memastikan wajahku tidak kusut lagi aku keluar kamar, berniat menemui teman
Berdebar tidak karuan, aku berteriak merasakan diriku berdebar. Tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutku. Semua itu hanya aku lakukan dalam hati dan membuat dadaku semakin sesak. Bahkan rasanya tidak ada udara di sekitarku. Tatapan mata Reno semakin membuatku kehilangan kesadaranku. Aku sulit menyadarkan diri sampai seseorang mengetuk pintu rumah dengan cukup keras “Nayna? Lo ada di dalam nggak sih? Gw udah liat sepatu lo woi” teriak RaniSontak aku gelagapan “Rani Pulang” ucapku melotot pada Reno. Berbeda denganku yang merasa tertangkap basah, Reno justru bersikap santai seolah-olah tidak ada yang terjadi. aku bergegas membuka pintu rumah, Rani sudah berdiri memasang raut wajah kesal sembari menyilangkan tangannya di dada.Aku cengengesan merasa bersalah “heheh maaf ya Ran, nggak kedengeran. Gegara suara hujan nih, Monik mana? Laura juga?” tanyaku mencoba mengalihkan pembica
Apakah itu benar? ketika kamu terluka oleh seseorang yang sangat kamu sukai, kamu gilai bahkan kamu harapkan untuk ia membalas rasa yang sama denganmu. Ada orang lain dibelakangmu yang justru memnyembunyikan bunga untukmu, memperhatikanmu dalam diam dan menjadi payung dibawah guyuran hujan. Sialnya hati dan matamu seolah-olah tertutup. Kamu tidak bisa melihat ketulusan orang lain karena kalah akan ketulusamu mencintai orang lain yang belum tentu mencintaimu.Alhasil aku dan Reno pulang basah kuyup. Hujan cukup lebat, seolah-olah mewakili perasaanku yang sedang menangis saat itu “ tunggu bentar ya, gw mau ambil handuk buat lo” ucapku. Reno mengangguk, selang beberapa menit aku mengambil handuk dan memberikan handuk itu pada Reno. Aku meminta reno membersihkan dirinya di ruang tamu, kebetulan Reno menyimpan baju futsal di jok scoppynya.Seperti Reno akupun membersihkan diriku. memejamkan mata merasakan guy
Kedatangan Aldi diluar dugaanku, mengingat aku dan aldi sempat saling berdebat. Dengan keras dia melarangku untuk dekat dengan reno. Tapi ia bertingkah tidak seperti seorang pria. Dia membuatku untuk tetap menyukainya tapi tidak berani memegangku. Itu tidak adil. Jika dia bisa dekat dengan wnaita lain seperti devi, mengapa aku tidak bisa dekat dengan pria lain. lagipun aku dan reno dekat karena memang aku nyaman berteman dengannyasebisa mungkin aku menengakan situasi, reno ditemani yang lain duduk disisi api unggun yang berbeda, sementara aku duduk disebelah aldi. berharap suasana hati aldi tidak merusak suasana yang sudah aku dan yang lain dapatkan dari reno malam ini
"Kalau ada apa-apa lo kabarin gw ya?" ucapku pada reno sembari menunggu rani datang menjemputku. Hari itu keadaan reno sudah jauh lebih baik. Hanya menunggu luka-lukanya pulih. Suster juga memberi kabar kalau reno bisa pulang segera."iya bawel.""lo udah ketinggalan banyak mapel kuliah""iya nay, nanti gw belajar sendiri""anak laki mana doyan belajar" sindirku. Re
"Enggak kok, ini udah mau pulang. Iya iya, bye" ucapku menutup telfon. Aku lupa waktu ketika sibuk mencari bahan-bahan untuk lomba novelis. sampai aku tidak sadar langit sudah berganti menjadi malam. Rani yang menelfonku sudah protes tidak menentu, mengingat waktu saat itu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.Sebenarnya tidak ada masalah jika aku keluar sendirian, hanya saja rani takut terjadi sesuatu padaku, karena aku menyetir mobil sendirian.aku menyalakan musik DJ di mobilku, ya ada sedikit rasa sunyi yang aku rasakan. Badanku bergoyang mengikuti irama musik, aku masih menikmati musik sampai diperjalanan aku terpekik dan membuatku berhenti mendadak.