Suara dering ponsel terdengar membuat Nathan yang tengah berolah raga di ruangan khusus di penthouse-nya, langsung mengalihkan pandangannya pada dering ponsel itu. Nathan meletakan barbel di tangannya ke tempat semula. Pria itu mengambil handuk, menghapus peluh yang membanjiri pelipisnya dan segera mengambil ponsel seraya menatap ke layar—dan seketika embusan napas panjang terdengar kala Nathan melihat nomor ibunya menghubunginya. Bukannya bermaksud menghindar, hanya saja Nathan sering kesal pada ibunya yang selalu membahas tentang hubungannya dengan Aubree. Namun … jika Nathan tak menjawab maka Nathan akan mendapatkan masalah baru. Tak memiliki pilihan lain, Nathan segera menjawab panggilan tersebut.“Ya, Mom,” jawab Nathan datar kala panggilan terhubung.“Sayang, kau di mana, Nak?” ujar Bianca dari seberang sana.“Aku di rumah, Mom. Hari ini aku tidak akan ke kantor. Aku akan bekerja di rumah.”“Ah, begitu. Baguslah. Sayang, ada yang ingin Mommy katakan padamu, Nak.”“Kenapa, Mom?”
Matahari sudah tinggi. Sinarnya menembus sela-sela jendela kamar. Kini Aubree tengah duduk di ranjang sambil menikmati juice buah. Tatapannya tak lepas menatap Nathan yang tengah bersiap-siap ke kantor. Jika Nathan sudah sibuk bekerja lain halnya dengan Aubree yang masih bersantai setelah menikah. Seluruh pekerjaan, Aubree serahkan pada asistennya dan direktur perwakilannya. Gadis itu masih enggan untuk sibuk seperti dulu. Apalagi dirinya dan Nathan masih baru menikah. Well, sayangnya apa yang Aubree lakukan tidak dilakukan oleh Nathan. Lihat saja hari-hari Nathan masih sibuk dengan pekerjaannya.“Nathan, hari ini kau pulang jam berapa?” tanya Aubree ingin tahu.“Mungkin akan telat. Hari ini aku sibuk,” jawab Nathan datar.“Apa kau tidak mau bekerja di rumah lagi, Nathan?”“Hari ini aku memiliki meeting di luar kantor. Aku tidak mungkin bekerja di rumah lagi.”Aubree tampak sedih kala Nathan sudah harus kembali bekerja di kantor. Satu harian kemarin memang dirinya banyak bersama denga
“Mom?”Jantung Aubree rasanya ingin berhenti berdetak kala melihat Delina—ibunya berada di hadapannya. Tampak wajah Aubree memucat ketakutan. Sepasang iris mata hijau Aubree dilanda kepanikan. Apalagi dirinya bersama dengan Athena. Aubree merasa tidak enak kalau sampai ibunya marah di depan Athena.Delina menatap dingin Aubree. Tatapan Delina persis seperti laser yang menangkap putrinya itu. Wanita paruh baya itu mengalihkan pandangannya—tempat yang baru saja dikunjungi Aubree adalah Carnegie Hall. Tanpa bertanya pun Delina sudah tahu gedunga apa Carnegie Hall itu. Detik selanjutnya, Delina melangkah mendekat pada Aubree yang tengah bersama dengan Athena.“Kenapa kau ada di sini, Aubree?” tanya Delina dengan nada yang tegas.“A-Aku—”“Apa kabar, Bibi Delina? Aku senang melihat Bibi. Hari ini aku mengajak Aubree melihat pertunjukan pianis ternama.” Belum sempat Aubree menjawab, Athena sudah lebih dulu menyapa Delina. Sedangkan Aubree langsung membeku kala Athena mengucapkan hal demikan
“Selamat malam, Tuan Nathan.” Sang pelayan menyapa Nathan dengan sopan kala Nathan baru saja tiba di penthouse.“Malam … di mana Aubree? Apa dia sudah tidur?” Nathan melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya—waktu menunjukan pukul sebelas malam. Nathan yakin kalau Aubree pasti sudah tidur.“Nyonya Aubree sudah sejak tadi siang pergi dengan Nyonya Athena, Tuan,” ujar sang pelayan sopan memberitahu Nathan.Kening Nathan mengerut kala mendengar apa yang diucapkan oleh sang pelayan. “Aubree pergi dengan Athena?” tanyanya memastikan.Sang pelayan menganggukan kepalanya. “Benar, Tuan. Nyonya Aubree pergi dengan Nyonya Athena. Tadi siang Nyonya Athena ke sini mengajak Nyonya Aubree pergi, Tuan.”Nathan terdiam kala mendengar ucapan sang pelayan. Detik selanjutnya, Nathan mengambil ponsel miliknya dan menghubungi Aubree. Tidak biasanya Aubree belum pulang semalam ini. Pun Nathan yakin Athena pasti tidak mungkin diizinkan pulang larut malam.Namun, dikala Nathan menghubungi Aubree
“Nathan jangan tinggalkan aku. Nathan aku mohon jangan pergi. Di dunia ini aku hanya memilikimu, Nathan. Nathan jangan pergi. Nathan … Nathan …”Suara Aubree mengigau dengan mata yang masih terpejam. Tubuh gadis itu bergerak-gerak gelisah. Peluh membanjiri pelipisnya. Nathan yang tertidur pulas pun langsung terbangun kala mendengar suara Aubree.“Aubree? Aubree?” Nathan menggoyangkan bahu Aubree pelan, membangunkan gadis itu.“Nathan?” Aubree langsung memeluk erat Nathan kala dia melihat Nathan di sampingnya. Pelukan Aubree begitu erat membuat Nathan akhirnya mengusap-usap punggung Aubree.“Kau mimpi buruk?” tanya Nathan dengan nada pelan.Aubree mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Nathan, gadis itu menatap Nathan dengan wajah yang memucat. “Aku bermimpi kau akan meninggalkanku, Nathan. Berjanjilah tidak akan pernah meninggalkanku. Aku ingin menghabiskan sisa usiaku hanya bersama denganmu, Nathan. Kau mau berjanji kan selalu ada di sisiku?”Nathan terdiam mendengar apa yang diuca
“Elida … apa jadwalku besok?” Suara Aubree bertanya seraya membaca dokumen yang ada di hadapannya secara teliti. Gadis itu tidak pernah percaya pada siapa pun. Apalagi mengenai perusahaannya. Setelah yakin bahwa isi dari dokumen itu sudah sesuai, Aubree langsung membubuhkan tanda tangan di dokumen tersebut.“Besok Anda memiliki meeting dengan salah satu rekan bisnis Anda dari Sydney, Nyonya,” jawab Elida dengan sopan kala menerima dokumen yang diberikan oleh Aubree.Aubree mengangguk singkat. “Tolong atur meeting di siang saja. Aku sedang malas meeting di pagi hari. Ah, ya. Minggu depan suamiku akan mengajaku pergi. Kau atur jadwalku jangan terlalu padat. Pindahkan semua meeting penting di bulan depan.”“Baik, Nyonya,” jawab Elida lagi.Suara dering interkom berbunyi membuat Aubree langsung mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Detik selanjutnya, Aubree menekan tombol hijau untuk menerima panggilan itu.“Ada apa?” jawab Aubree dingin kala panggilan terhubung.“Nyonya Aubree,
Nathan melangkah masuk ke dalam kamar. Tatapannya teralih pada Aubree yang tertidur pulas dengan mata yang sembab. Entah kenapa melihat Aubree menangis membuat hatinya menjadi tidak tenang. Belum pernah satu kali pun Nathan melihat Aubree menagis seperti tadi. Ribuan pertanyaan menyerbu pikiran Nathan. Di mata Nathan saat ini; Aubree adalah sosok gadis yang memiliki banyak rahasia terpendam. Sejak di mana Aubree tidak mau menyentuh piano bahkan sampai gadis itu menangis membuat Nathan semakin curiga.Kini Nathan melangkah mendekat pada Aubree, lalu dia membaringkan tubuhnya tepat di samping Aubree. Tanpa sadar, Nathan membawa tangannya mengelus pipi mulus Aubree. Pria itu memberikan kecupan di bibir Aubree dengan lembut. Nathan bingung dengan perasaannya. Di sisi lain, Nathan takut untuk mengucapkan janji tapi di sisi lain, Nathan tidak bisa melihat Aubree sedih seperti ini.“Mama, jangan marah padaku. Aku tidak akan membantahmu lagi, Ma.” Aubree bergumam mengigau gelisah. Tubuh Aubre
Nathan menyesap wine di tangannya. Sepasang iris mata cokelatnya menatap lurus ke depan. Benak Nathan memikirkan apa yang beberapa jam lalu disampaikan oleh Cedric. Sejenak, Nathan memikirkan kembali sifat-sifat Aubree yang Nathan ketahui. Keangkuhan gadis itu nyatanya menyembunyikan jutaan rahasia.Tadi Nathan pun tidak terlalu mendapatkan informasi lengkap mengenai Aubree. Asistennya itu belum bisa menemukan informasi tentang Aubree secara detail padanya. Namun, Nathan tak mempermasalah hal itu. Bagi Nathan, informasi yang tadi dia dengar dari asistennya sudah membuat Nathan tahu apa yang harus dia lakukan.Kini Nathan mengambil ponselnya, dia mencari nomor Justin—kakaknya di kontak ponselnya. Lantas dia segera menghubungi kakaknya itu. Sesuatu muncul dalam benak Nathan. Di mana saat ini dia membutuhkan bantuan kakak sulungnya itu.“Apa aku mengganggumu?” ujar Nathan kala panggilan terhubung.“Tidak, aku baru selesai meeting. Ada apa?” tanya Justin datar dari seberang sana.“Aku sud
Rockefeller Centre, Rockefeller Plaza, New York, USA.“Daddy … Mommy …” Audie, Nick, Niguel melambaikan tangan mereka ke arah Nathan dan Aubree yang tengah duduk menunggu mereka yang tengah bermain ice skating. Tampak senyuman di wajah Nathan dan Aubree begitu hangat melihat anak-anak mereka yang riang gembira kala bermain ice skating.Ya, Nathan membawa istri dan anaknya ke Rockefeller Centre. Tak tanggung-tanggung, Nathan sampai menyewa tempat ini satu hari hanya khusus menjadi tempat bermain ketiga anaknya. Biasanya weekend tempat ini akan ramai, Nathan tak mau ambil resiko sampai terjadi sesuatu pada ketiga anaknya. “Sayang, hati-hati bermain ice skating-nya.” Aubree berseru mengingatkan ketiga anak-anaknya. Meskipun sudah ada empat penjaga yang siaga menjaga Audie, Nick, dan Niguel tetap saja Aubree mencemaskan anak-anaknya.“Sayang, kau tenang saja, Audie, Nick, dan Niguel sudah hebat bermain ice skating. Lihatlah putri kita bahkan sampai menari. Lagi pula ada penjaga yang men
Pertengkaran Aubree dan Nathan berakhir manis dengan cara yang kerap mereka lakukan. Cara di mana memperkuat hubungan dua insan yang saling mencintai itu. Well, ini memang bukan pertama kali Nathan menjadi pria yang pencemburu. Bisa dikatakan semakin lama usia pernikahan Aubree dan Nathan, maka semakin menjadi kecemburuan Nathan. Seperti contoh, ada pria yang tidak sengaja melihat Aubree saja, Nathan sudah memberikan tatapan permusuhan pada pria tersebut. Andai kala itu Aubree tak buru-buru membawa Nathan pergi, sudah pasti Nathan akan mengajak ribut pria yang menatap dirinya.Jujur, Aubree pun terkadang jengah akan sifat berlebihan sang suami. Tapi anggaplah impian Aubree dulu telah terkabul. Aubree tak mungkin lupa dikala dirinya ingin sekali mendapatkan perhatian dari Nathan. Buah kesabaran Aubree memang manis. Terbukti Nathan sekarang bukan hanya memberikan perhatian penuh, tapi juga sangat overprotective.Ya, Aubree tak mengira rumah tangganya dengan Nathan sudah lebih dari empat
Aubree duduk di sofa seraya membaca majalah yang baru saja diantar oleh pelayan. Baru saja Nathan berangkat ke kantor. Sedangkan Audie, Nick, dan Niguel tengah berada di rumah ibunya. Bisa dikatakan Audie, Nick, dan Niguel memang kerap menginap di rumah kakek dan nenek mereka. Well, tentu saja Aubree dan Nathan tak melarang. Mereka pun senang karena anak-anak mereka sangat dekat dengan keluarga.Ngomong-ngomong, Aubree sudah sangat jarang datang ke kantor. Aubree sekarang hanya memeriksa pekerjaan dari rumah saja. Aubree menyerahkan pada asistennya untuk memimpin perusahaan. Ya, sejak di mana Aubree melahirkan Nick dan Niguel, Nathan memang kerap meminta Aubree fokus mendidik anak-anak mereka. Nathan tidak melarang Aubree untuk bekerja, hanya saja Nathan ingin Aubree memiliki lebih banyak waktu untuk mengurus anak-anak.“Nyonya Aubree.” Pelayan melangkah menghampiri Aubree yang tengah bersantai.“Hm? Ada apa?” Aubree mengalihkan pandangannya, menatap sang pelayan.“Nyonya, maaf mengga
Tiga tahun berlalu … Alunan musik piano indah dan merdu memenuhi panggung megah. Tampak sosok gadis kecil yang sangat cantik tengah bermain piano. Tubuhnya mungil dengan pipi tembam. Rambut pirang indahnya dikuncir kuda. Dari kejauhan saja bisa dilihat gadis kecil itu memiliki paras yang luas biasa cantik. Keahliannya pun mengipnotis seluruh tamu undangan di sana.Nathalie. Audie. R. Afford—gadis kecil yang berusia 4 tahun itu tengah bermain piano di panggung megah ditonton oleh ribuan tamu undangan. Semua orang di sana begitu kagum pada sosok gadis kecil yang sangat cantik itu. Alunan musik piano sangat lembut dan terdengar indah.“Go, Sweetheart.” Aubree bertepuk tangan bangga melihat putri kecilnya berada di panggung megah. Mata Aubree sampai berkaca-kaca penuh haru. Impiannya dulu menjadi seorang pianis diwujudkan oleh putri kecilnya. Di usia yang masih kecil, Audie mampu berada di panggung megah untuk pentas bersama dengan para pianis senior.Di tempat megah pementasan para pian
Beberapa bulan kemudian …Kandungan Aubree memasuki minggu ketiga puluh. Kehamilan kedua Aubree ini sukses membuat berat badan Aubree bertambah hingga lebih dari 20 kg. Lengan, paha, betis, pipi, semua membengkak. Aubree sampai-sampai jengkel melihat ke cermin, tak ada satu pun yang kurus pada tubuhnya selain kelingkingnya.Ya, wajar saja kalau kehamilan kedua ini berat badan Aubree naik drastis lebih dari kehamilan pertama, pasalnya kali ini Aubree mengandung bayi kembar. Keinginan Delina—ibunya telah terjuwud. Sudah sejak di mana Aubree mengandung, Delina sudah memiliki pengharapan Aubree mengandung bayi kembar. Akan tetapi kehamilan kedua Aubree ini bukanlah kembar tiga atau empat yang Delina inginkan. Kehamilan kedua Aubree ini kembar dua namun tentu Aubree sangatlah bersyukur. Hanya saja, hingga detik ini memang Aubree dan Nathan memutuskan untuk tidak menanyakan pada dokter jenis kelamin bayi kembar mereka. Pasalnya, baik Aubree dan Nathan ingin menjadikan hal ni kejutan untuk
Para pelayan mondar-mandir menyajikan makanan ke atas meja makan. Tak hanya makanan saja, tapi juga minuman tengah pelayan siapkan. Mulai dari apple juice, orange juice, hingga minuman beralkohol. Hari ini adalah hari di mana Nathan dan Aubree akan kedatangan tamu seluruh keluarga mereka. Rencananya hari ini mereka semua akan makan siang bersama. Tentu ini adalah rencana Bianca. Bianca ingin merayakan kehamilan kedua Aubree. Itu kenapa seluruh keluarga wajib hadir.“Nyonya Aubree, apa Anda ingin ada menu ayam untuk makan siang nanti?” tanya sang pelayan pada Auberr yang tengah menggendong Audie.“Hm, boleh. Siapkan saja. Jangan hanya daging. Oh, ya, siapkan seafood juga,” jawab Aubree hangat dengan senyuman di wajahnya.“Baik, Nyonya.” Pelayan itu kembali menyiapkan bahan-bahan makanan.Suara tangis Audie terdengar. Refleks, Aubree langsung menimang-nimang putri kecilnya yang tiba-tiba menangis. Namun, sayangnya tangis Audie tak kunjung reda. Padahal Aubree baru saja menyusui putri ke
Berita tentang kehamilan Aubree telah tersebar luas. Media pun sampai memberitakan kehamilan Aubree. Kabar tentang kehamilan Aubree memang menggemparkan publik. Pasalnya terakhir publik tahu Aubree telah tiada. Namun, tentu Nathan segera membereskan berita-berita tentang kematian Aubree. Nathan meminta asistennya untuk memberikan keterangan bahwa apa yang terjadi di antara dirinya dan Aubree karena kesalahnnya. Nathan meminta publik untuk tidak lagi mengungkit apa yang telah menjadi masa lalu.Jujur, Aubree merasa tidak enak karena media hehoh akan tentang kematian palsunya. Bahkan Aubree sampai menonktifkan sosial medianya. Sebelumnya, Aubree memang pernah mengaktifkan sosial medianya ketika pertama kali kembali ke New York. Pasalnya, Aubree memposting moment-moment indah dengan suami dan anaknya selama berlibur di Spanyol. Tapi tak lagi sekarang. Berita tentang kematian palsunya cukup heboh membuat Aubree beristirahat dari sosial media. Bukan tanpa alasan tapi Aubree takut membaca k
Tanpa terasa sudah dua minggu Nathan dan Aubree berada di Spanyol. Madrid dan Barcelona adalah dua kota di Spanyol yang dikunjungi oleh Nathan dan Aubree. Ya, bulan madu mereka sangat indah ditambah di tengah-tengah mereka ada Audie—putri kecil mereka yang sangat cantik dan menggemaskan. Audie benar-benar memiliki wajah perpaduan antara Nathan dan Aubree. Bayi perempuan kecil mungil itu sangatlah lucu. Ditambah Audie sangat pencemburu kalau melihat Nathan dan Aubree berciuman.Selama di Spanyol, Nathan selalu membawa Aubree menuju tempat-tempat yang indah dan romantis. Nathan benar-benar ingin membahagiakan Aubree dan Audie. Lebih dari satu tahun Nathan menikahi Aubree belum pernah Nathan membawa Aubree ke tempat yang indah. Terakhir kali Nathan membawa Aubree hanya liburan dalam kota—dan moment itu juga yang membuat Nathan dan Aubree mendapatkan badai masalah di rumah tangga mereka.Namun, semua masalah yang dulunya menyisakan luka dalam untuk Aubree mulai terkikis seiring berjalanny
Aubree tak menyangka Nathan sekarang sangat berbeda dengan Nathan yang dulu. Sifat Nathan yang dulu cenderung tak peduli. Kalaupun melarang Aubree maka tak akan sampai semurka sekarang. Sungguh, Aubree tak menyangka kalau Nathan sudah marah sangatlah menyeramkan. Padahal Adam adalah mantan kekasih Aubree sudah lama. Tapi Aubree tak mengerti kenapa bisa Nathan semurka itu.Tadi malam, tak lagi bisa terhitung berapa kali Aubree melakukan pergulatan panas dengan Nathan. Bahkan, Nathan baru membiarkan Aubree tidur pada pukul empat pagi. Andai saja, Aubree tak terkulai lemah sudah pasti Nathan akan tetap menyentuhnya lagi dan lagi.Meski Aubree sempat kesal akan sifat cemburu Nathan, tapi Aubree tetap bersyukur karena Nathan sekarang begitu mencintainya. Walau harus Aubree akui sifat Nathan sangat berlebihan. Seperti contoh ada pria yang mentap Aubree saja, Nathan langsung marah tidak jelas. Dan sekarang setelah pertengkaran manis tadi malam, Aubree akan pergi jalan-jalan dengan suami d