Home / Urban / Nasib si Bungsu / Ibu pergi ke rumah Bang Adi

Share

Ibu pergi ke rumah Bang Adi

Author: Ayu_Kusuma20
last update Huling Na-update: 2023-10-22 20:00:00

Nasib si Bungsu.

(Saat masa jaya orang tua telah habis)

Part 4

Cepat aku bangkit, dengan ilmu bela diri silat yang kumiliki aku lawan mereka semua. Beruntungnya mereka tidak membawa senjata tajam untuk melukai korbannya.

Atas pertolongan Allah aku bisa melawan, jika dipikir secara logika rasanya tidak mungkin bisa melawan 4 orang sekaligus.

Setelah berhasil dikalahkan, mereka pun langsung melarikan diri. Jalan yang aku lewati ini memang sepi jika sudah larut malam sangat jarang ada kendaraan yang melintas.

Saat SMP, aku memang mengikuti beberapa ekskul, salah satunya silat, dan kemampuanku bisa dianggap unggul dibanding yang lain sehingga aku ditunjuk untuk mengikuti beberapa kompetisi, dari mewakili sekolah sampai membawa nama Kabupaten.

"Kalau kamu berlatih serius, tidak menutup kemungkinan kamu bisa maju sampai tingkat Nasional," begitulah ucap Pak Aman, pelatihku.

Beberapa kejuaraan berhasil aku menangkan, karena itu aku mendapat undangan untuk masuk SMA favorit melalui jalur prestasi, kesempatan bagus itu aku lewatkan karena tidak ada yang mendukung untuk melanjutkan sekolah.

Aku mengalami beberapa luka karena terjatuh tadi, sikut dan lutut berdarah, celana sampai robek karena kerasnya benturan dengan aspal.

Kembali kulanjutkan perjalanan sambil menahan rasa sakit, luka-luka ini terasa semakin perih saat tertiup angin.

Malam sudah larut saat sampai di rumah, lampu depan sudah dimatikan, beruntung pintu belum dikunci sehingga bisa langsung masuk.

Dari luar aku mendengar suara Bapak berteriak, mungkin asam uratnya sedang kambuh. Gegas masuk ke dalam untuk melihat keadaannya.

"Kemana aja kamu Yusup jam segini baru pulang? bawa uang berapa juta?" tanya Ibu saat aku baru saja masuk.

Bukannya menanyakan keadaanku, malah kalimat seperti itu yang aku dapat. Ibu bahkan tidak peduli melihat anak bungsunya ini yang berjalan pincang.

"Sudah diam, kalau sakit, tahan. Jangan teriak-teriak, aku mau tidur, berisik!" Ibu langsung masuk ke kamar.

"Bapak kenapa? kakinya sakit lagi?" tanyaku.

"Iya Sup, gak kuat sakit," Bapak meringis menahan sakit yang dia rasakan.

"Sikut kamu kenapa lluka-luka gitu, kamu jatuh?" meskipun dalam keadaan sakit, Bapak masih peduli

saat melihat keadaanku.

"Gak apa-apa Pak, namanya juga di jalan, Yusup bersih-bersih badan dulu ya, Bapak udah minum obat belum?"

Bapak hanya mengangguk.

Aku memilih untuk tidak menceritakan hal yang aku alami tadi, takut menambah pikiran dan membuat keadaan Bapak semakin turun.

Kulepas semua pakaian, lalu merendamnya dengan deterjen bubuk agar noda-nodanya lebih mudah terangkat saat aku cuci esok pagi.

Sebelum mengguyur badan dengan air, kulihat beberapa luka ditubuh, menurutku tidak terlalu parah, hanya sikut dan lutut yang lukanya cukup dalam.

Saat luka-luka itu tersiram air, rasa perihnya terasa bertambah.

Selesai membersihkan diri, aku langsung duduk di samping Bapak, kupijat kakinya untuk mengurangi sakit yang ia rasakan.

"Udah Sup tidur aja, kamu pasti cape, sakitnya udah mendingan!"

"Ya sudah kalau gitu, Yusup tidur ya Pak."

Aku berbaring di sampingnya. Meskipun lelah tapi mata ini sulit terpejam, rasa sakit pada luka membuat tidak bisa terlelap.

Malam semakin larut, kulirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, sebentar lagi subuh, Bapak tertidur sangat lelap, aku merasa lega itu artinya beliau sedang baik-baik saja tidak merasakan sakit.

Badanku menggigil, suhu tubuh terasa panas, padahal sejak tadi pagi aku baik-baik saja. Mungkin disebabkan karena luka-luka ini.

Adzan subuh sudah berkumandang, tertatih aku bangun untuk menunaikan kewajibanku, biasanya selesai shalat aku langsung membangunkan Bapan dan membantunya mengambil wudhu, kali ini tidak sanggup.

Kembali berbaring, selimut tebal menutup seluruh tubuhku.

"Yusup, kamu sakit?" Bapak meletakkan tangannya di keningku.

"Badan kamu panas, kamu meriang?"

"Gak tahu Pak, Yusup gak kuat dingin."

"Mungkin kamu kelelahan Sup, ya sudah istirahat saja, gak usah pergi narik."

"Pinjam hp mu Sup, Bapak mau nelpon Abang-abang kamu!"

"Duh Pak, Yusup lupa nyimpen hp dimana."

Melihatku masih berbaring, Ibu langsung menegurku.

"Jam segini kok masih selimutan, gak nyari duit?"

"Yusup sakit Bu, badannya panas, mungkin dia kecapean," ucap Bapak.

"Kecapean? kecapean apa dia, memangnya dia kerja?"

"Kan setiap hari dia ngojek Bu, panas-panasan nganter penumpang."

"Pak, yang namanya tukang ojek itu kerja kalau lagi ada ada penumpang, kalau gak ada ya cuma diem, tiap hari dia bawa uangnya dikit, berarti penumpangnya jarang."

"Sudah Bu, dari pada Ibu ngomel-ngomel terus, mending cariin hp Yusup, telpon Abangnya Yusup."

"Mau apa nelepon mereka?"

"Minta uang buat bawa Yusup berobat."

"Bapak ini gak mikir apa? mereka itu sudah punya anak istri, kebutuhannya banyak, masa harus kita mintain uang, dulu juga waktu Ibu masih muda suka sebel kalau tiba-tiba dimintain uang sama Neneknya si Yusup."

"Bapak tahu gaji mereka itu besar, masa gak bisa ngasih seratus atau lima puluh ribu gitu, kalau Yusup sakit siapa yang ngurusin Bapak? siapa yang nyari duit buat masak sehari-hari, memangnya mereka bisa diandelin?"

"Bapak kok ngomongnya gitu?"

"Memang benar kan? apa mereka peduli sama kita? sudah di sekolahin tinggi-tinggi giliran orang tua sudah tua renta gak ada ingetnya."

"Sudah cukup Pak, jangan jelek-jelekin mereka, meskipun begitu tapi mereka bawa rezeki juga kan buat kita? Bapak ingat gak waktu kita masih punya tiga anak, hidup kita kayak gimana?"

"Iya Bapak ingat, tapi bukan salah Yusup juga hidup kita berubah."

"Sudah ah, Ibu capek kalau harus ngurusin kalian, mending Ibu pergi aja ke rumahnya si Adi."

Ibu langsung masuk ke dalam kamarnya, tidak lama kemudian dia keluar membawa satu tas besar.

Saat mendengar Ibu akan pergi ke rumah Bang Adi, aku langsung ingat dengan status Mbak Mila dan apa yang Bang Adi ucapkan tadi siang.

Perkara uang seratus lima puluh ribu saja Mbak Mila langsung marah besar dan mengancam akan menggugat cerai Bang Adi.

"Bapak kenapa gak ngelarang Ibu pergi?" tanyaku dengan suara bergetar karena tubuh yang menggigil.

"Sudah, biarkan saja Sup, dari dulu Ibumu memang begitu kalau marah pasti minggat."

Kalau saja tubuh ini sedang sehat, akan aku tahan Ibu agar tidak pergi.

Bu, seandainya kamu tahu bagaimana ucapan anak dan menantu yang kamu banggakan itu.

Kaugnay na kabanata

  • Nasib si Bungsu   Sahabat yang sudah menolong

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 5."Pak, Ibu emangnya punya ongkos? rumah Bang Adi kan jauh?""Jangan dipikirin Sup, mending kamu istirahat aja biar cepat sehat."Hari sudah terang, dan aku baru sadar Bapak belum sarapan apalagi minum obat."Mau kemana Sup?""Nyiapin makan, Bapak harus sarapan terus minum obat.""Tidak usah Sup, Bapak sudah bilang, Bapak ini sudah tua, sengaja gak mau minum obat supaya cepat mati, Bapak gak mau jadi beban kamu terus.""Bapak gak boleh ngomong gitu Pak, emangnya Yusup pernah ngeluh?""Maafin Bapak ya, Bapak sebenarnya malu Sup, Abang-Abang kamu gak pernah dibawa hidup susah, tapi kamu mau sekolah aja gak bisa, dan sekarang yang harus kerja keras buat Bapak sama Ibu malah kamu.""Bapak doain aja ya, supaya Yusup digampangkan dalam mencari rezekinya, Yusup ikhlas kok Pak, kata guru ngaji Yusup, Ridha Allah terletak pada Ridha orang tua.""Maafkan Ibumu juga ya Sup, sampai sekarang dia belum bisa ikhlas menerima kenyataan dan s

    Huling Na-update : 2023-10-22
  • Nasib si Bungsu   Bang Adi meminta sertifikat rumah Bapak

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 6Karena tidak tega meninggalkan Bapak, aku memilih untuk di rumah saja, semoga saja esok atau lusa Ibu kembali pulang."Badanmu udah enakan Sup?" tanya Bapak, sambil memijit pelan lututnya."Alhamdulilah udah, tapi kayaknya Yusup belum bisa narik Pak.""Memangnya Bapak nyuruh kamu narik?""Yusup mau ke warung, Bapak mau nitip dibeliin apa?""Tidak usah Sup, kayak punya uang aja kamu.""Kalau untuk makan in syaa Allah ada Pak.""Bapak gak mau apa-apa, yang penting kamu beli beras aja biar kita bisa makan.""Yusup ke warung dulu ya Pak.""Iya Sup."Aku pergi ke warung untuk berbelanja, menggunakan uang yang diberikan Arif kemarin, satu kilo beras, satu kantong sayur sop, dan satu papan tempe."Mbok, aku mau beras sekilo, sayur sop sebungkus, sama tempe 1," ucapku pada Mbok Sumi, pemilik warung."Ibumu kemana Sup? tumben kamu yang belanja?" tanya Mbok Sumi."Oh, lagi nginep di rumah Bang Adi, Mbok.""Ibumu pasti betah di sana

    Huling Na-update : 2023-10-23
  • Nasib si Bungsu   Bapak mau mati saja

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 7Setelah mendapatkan apa yang dia mau, Bang Adi langsung pergi, tanpa mengucap terima kasih atau hanya sekedar kata pamit.Bapak mendengus kesal, sorot matanya menunjukkan ada amarah yang bergejolak."Tati, dari dulu kau memang tidak berubah, keras hati, tidak pernah bisa menghargaiku!" Bapak mengarahkan jari telunjuknya pada wajah Ibu. "Bapak mau marah? ya marah saja! lagian jadi orang tua kok gak mau dukung anaknya, Adi itu mau usaha Pak, kalau dia sukses kita juga yang enak.""Enak dari mananya? apa selama ini yang memberi makan kita si Adi?""Kan Adi punya anak Istri ada keluarga yang harus dia nafkahi.""Awas saja, kalau si Adi sampai ingkar dari tanggung jawabnya apalagi rumah ini sampai di sita Bank, kamu yang harus bertanggung jawab. Anak itu benar-benar tidak ada akhlak, sudah aku sekolahkan tinggi-tinggi menghormati orang tua saja tidak bisa!""Bapak ini maksudnya apa sih? jelek-jelekin Adi terus?""Kamu gak sada

    Huling Na-update : 2023-10-24
  • Nasib si Bungsu   Bang Harun kembali datang

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 8"Bang, maaf, lebih baik Abang pulang dulu, nanti kalau Bapak sudah tenang, boleh kesini lagi!" "Apa kamu Yusup? anak bau kencur tidak usah ikut campur!" Bang Harun mendorong tubuhku."Bapak tidak usah drama minta dibunuh segala, memangnya aku salah apa? wajar dong kalau aku sebagai anak minta keadilan!""Harusnya yang minta keadilan itu Yusup, kurang apa Bapak sama kalian, lihat Yusup sekolah saja tidak!""Salah dia sendiri, lagian kata Ibu, penyebab Bapak bangkrut itu karena si Yusup lahir, dia ini anak pembawa sial di keluarga kita Pak, harusnya Bapak sadar!"PlaaakkkSebuah tamparan keras mendarat di pipi Bang Harun, aku tidak menyangka, Bapak bisa memiliki energi sekuat itu."Jangan kurang ajar kamu, tidak ada yang namanya anak pembawa sial!""Bela saja terus anak ingusan itu, sekarang aku akan pergi, tapi esok atau lusa aku akan kembali membawa orang yang akan membeli rumah ini!"Bang Harun keluar dari rumah, Ibu lang

    Huling Na-update : 2023-10-25
  • Nasib si Bungsu   Anak-anak yang serakah

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 9Aku menghadang mereka."Maksudnya apa ini Bang?""Diam kau Yusup! ini urusanku!"Bang Harun menyeret tubuhku. Dia membawaku masuk ke dalam kamar.Blug"Kalau kau masih ingin hidup, jangan berani macam-macam!""Bang, Ibu dan Bapak masih ada, kalau rumah ini di jual mau tinggal di mana mereka?""Memangnya aku peduli?""Benar-benar tak punya hati kau Bang, aku tidak akan membiarkan rumah ini sampai terjual!""Silahkan saja kalau kamu bisa, yang jelas aku dengan Bang Adi sudah bekerja sama.""Maksudnya?""Tidak perlu dijelaskan, kamu juga pasti sudah mengerti."Bang Harun kembali menemui kedua tamunya tadi. Entah apa yang dibicarakan, tidak lama kemudian mereka langsung pergi."Sup, ada apa tadi ribut-ribut?" tanya Bapak, rupanya beliau tidak paham maksud kedatangan Bang Harun."Bang Harun tadi datang bersama orang yang mau membeli rumah ini Pak," jelasku."Apa dosaku, sampai memiliki anak yang serakah seperti mereka." Tatapan

    Huling Na-update : 2023-10-26
  • Nasib si Bungsu   Tempat tinggal untuk Bapak

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 10Malam semakin larut, udara di luar rumah bertambah dingin, harus kubawa ke mana Bapak.Kami memang memiliki saudara tetapi aku sudah pesimis, mereka tidak mungkin mau menerima, apalagi jika kami datang mendadak malam-malam begini.Aku pernah mengantar Bapak yang ingin bersilaturahmi pada Adiknya, baru saja tiba mereka langsung membuang muka dan mengatakan bahwa mereka tidak memiliki uang untuk dipinjamkan padahal niat kedatangan kami bukan untuk itu.Menurut cerita Bapak, dulu saat sedang berada di puncak kejayaan, semua saudaranya "menyicipi" hasil kerja keras Bapak, bahkan beliau juga pernah andil dalam membiayai sekolah anak dari Adiknya itu.Memang benar seseorang bisa dihargai tergantung dari harta yang mereka punya."Pak, malam ini gak apa-apa kan kita tidur di sini dulu? Yusup janji besok akan carikan tempat tinggal buat Bapak ya walaupun paling kontrakan satu petak." "Tidak masalah Sup."Aku membongkar tas yang ad

    Huling Na-update : 2023-10-27
  • Nasib si Bungsu   Begitu kejam fitnah dari saudara kandungku

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 11Durhaka? apa tidak salah dia mengatakan aku durhaka? lantas apa namanya yang menelantarkan orang tua selama bertahun-tahun, lalu tiba-tiba datang berkunjung hanya untuk merebut harta. Langsung ku blokir kontak ketiga Abangku agar mereka tidak menggangguku lagi, sekarang hanya ingin fokus merawat Bapak saja.Aku mengurus Bapak seorang diri dan mereka bertiga merawat Ibu, bukankah lebih ringan tugas mereka karena bisa saling bahu membahu, tidak seperti aku apapun kulakukan seorang diri, dari menyiapkan makanan sampai mencari pundi-pundi rupiah untuk mengisi perut kami berdua.Mereka semua memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang cukup tinggi, masa tidak mampu memenuhi kebutuhan Ibu atau hanya sekedar mengenyangkan perutnya."Bapak, Yusup ada rezeki, Bapak mau apa bilang aja, pasti Yusup beliin!" "Kalau punya uang lebih simpan aja Sup, untuk tabungan masa depan kamu, Bapak tidak mau apa-apa, hanya ingin melihat kamu sukse

    Huling Na-update : 2023-10-27
  • Nasib si Bungsu   Abangku datang meminta tolong

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 12Tega sekali mereka, menutup jalan rezekiku dengan fitnah keji. Saat aku susah apa mereka peduli? lalu di saat aku baru saja menemukan secercah harapan untuk masa depan tanpa rasa bersalah mereka menghancurkan itu semua.Apa mereka kurang bahagia dengan hidup sendiri? kemewahan dan harta yang bergelimang ternyata tidak membuat mereka cukup.Aku menerima banyak pesan dukungan dari teman-teman yang mengenalku secara langsung dan mengetahui bagaimana kisahku yang sebenarnya.[Yusup, tahu gak kamu lagi viral?] tanya Arif melalui pesan yang dia kirim.[Iya Rif, aku baru lihat, bingung banget harus gimana][Kamu harus klarifikasi Rif, tapi tunggu berita ini reda dulu][Endorse juga banyak yang ngebatalin dan minta aku refund][Sabar ya Sup, kalau sudah rezeki pasti tidak akan kemana, Abang-Abang kamu kok tega banget ya, padahal saat kamu susah kayaknya gak pernah repotin mereka][Aku juga gak tahu Rif, mungkin mereka dendam][De

    Huling Na-update : 2023-10-28

Pinakabagong kabanata

  • Nasib si Bungsu   Akhir

    Nasib si BungsuPart akhirAkhirnya aku memilih untuk tetap melanjutkan proses hukum, bagaimana pun Ibu dan kedua Abangku harus mempertanggung jawabkan apa yang sudah mereka lakukan.Bukan apa-apa, karena ini sudah berurusan dengan nyawa, aku takut jika masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan, mereka akan melakukan sesuatu yang jauh lebih kejam dari ini.Kasus yang kualami menjadi viral, banyak media yang meliput dan mengikuti bagaimana perkembangan selanjutnya, mungkin karena mencakup hubungan antara Ibu dan anak, sehingga cukup banyak menyita perhatian.Aku mendapat berbagai macam komentar, dari yang mendukung keputusanku sampai ada yang kontra dengan jalan yang kupilih.Masalah ini cukup menyita waktu, hingga akhirnya hakim membacakan vonis hukuman pada Ibu, Bang Adi dan Harun, mereka semua harus mendekam dibalik jeruji besi kurang lebih selama 20 tahu untuk menebus kesalahan yang sudah mereka lakukan."Apa kamu tidak sadar Yusup, Ibu itu sudah tua renta, tidak sampai dua pu

  • Nasib si Bungsu   Hukuman untuk mereka

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 31Apakah ini akhir dari hidupku? meregang nyawa di tangan mereka?Meskipun mereka menggunakan penutup wajah dan jaket tebal, tetapi postur tubuhnya sangat aku kenal, sangat mirip dengan Bang Adi dan Bang Harun."Jangan macam-macam, berani gerak akan kubahisi kau sekarang juga!" ucap salah satu dari mereka yang mengarahkan golok pada leherku.Mendengar suaranya, aku semakin yakin bahwa ia adalah Bang Adi.Nyaliku ciut saat melihat benda tajam ini berada persis di depan mataku, ukurannya panjang dan sangat tajam. Terlihat masih seperti baru.Sembari terdiam, aku mengatur strategi, mengingat semua ilmu yang kumiliki, apa saja yang harus kulakukan saat dihadapkan dengan benda tajam seperti sekarang.Aku mengumpulkan semua keyakinan bahwa aku bisa menyelamatkan diri dan akan melawan mereka.Sebuah gerakan kulakukan hingga akhirnya benda tajam ini berhasil kurebut, aku mengunci lengannya agar ia tidak bisa bergerak."Jangan macam-

  • Nasib si Bungsu   Mencari Ibu

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 30Setelah mendengar kabar bahwa Ibu diamankan oleh satpol PP, aku langsung berangkat menuju kantor Dinas Sosial untuk mencari tahu apa benar apa yang Bang Jejen katakan."Pak, Yusup hari ini ada urusan dulu jadi buka toko agak siangan," ucapku pada Bapak."Urusan apa emang Sup?""Mau nengok Reyhan Pak," aku berbohong."Yaudah hati-hati Sup.""Iya Pak."Butuh waktu satu jam untuk sampai ke kantor Dinas Sosial.Sepanjang perjalanan pikiranku berkecamuk, dan terus menyalahkan diri, karena egoku Ibu sampai menjadi pengemis. Aku yakin dalang dari semua ini adalah mereka yaitu Bang Adi dan Bang Harun yang tidak mau bekerja keras tapi mau hidup enak.Ibu sudah tua, tubuhnya sangat kurus, pasti banyak orang terenyuh dan mengasihani.Tiba di kantor Dinas Sosial aku sendiri bingung harus pergi ke bagian mana untuk bertanya tentang keberadaan Ibu."Mas, izin mau tanya, kalau mau nyari orang yang diamankan satpol PP ke bagian mana ya?"

  • Nasib si Bungsu   Ibu ditangkap

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 29"Hallo, Mas, saya mau nanya, ini masalah rumah mau dilanjut apa enggak? dua minggu lagi abis masa sewa nya!" tanya Bu Maya saat panggilan tersambung."Iya Bu, kalau saya sendiri maaf gak lanjut Bu, yang nempatin rumah itu kan sekarang Abang sama Ibu saya, coba saya tanya dulu sama mereka ya, nanti saya kabarin lagi!""Oh, baik Mas, cepat ya kabarin lanjut atau enggaknya, kalau gak lanjut saya mau iklanin biar buru-buru ada yang ngisi!""Baik Bu, akan saya kabarin secepatnya!""Oke Mas, saya cuma mau nanya itu aja!" Bu Maya langsung mengakhiri panggilan.Sudah lama tidak menjenguk Ibu ke sana, bukannya tidak ingat, hanya ingin memberi sedikit pelajaran padanya, penasaran siapa yang mencukupi kebutuhan mereka mengingat kiriman sembako sudah hampir tiga minggu aku hentikan.Hari ini toko tutup lebih cepat, karena sore nanti aku akan pergi mengunjungi Ibu.Tidak ada persiapan, tujuanku hanya untuk memberi tahu bahwa rumah yang

  • Nasib si Bungsu   Rumah untuk Bapak

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 28Gegas aku keluar dan kembali pulang ke ruko, apa yang baru saja aku katakan pada Ibu bukan hanya ancaman semata, melainkan aku akan sungguh-sungguh melakukan itu, bukan kejam, hanya ingin memberi sedikit pelajaran pada Bang Adi dan juga Bang Harun."Tumben lama Sup, tadi ada yang mau belanja tapi mereka pada balik lagi," ucap Bapak saat aku baru sampai di ruko."Iya Pak, di sana lagi ada urusan, makanya Yusup pulangnya telat.""Urusan apa emang?""Bang Harun kembali lagi, sekarang Istrinya juga ikut, maaf ya Pak kalau Yusup agak jengkel sama mereka, abisnya mereka mau enaknya aja, ngurus anak sama nyuci baju aja Ibu yang ngerjain gimana gak kesel coba, Bapak kan tahu kondisi Ibu kayak gimana, kecapean dikit sakit. Mending kalau mereka mau ngurusin, bukannya Yusup perhitungan tahu sendiri kemarin juga siapa yang repot," ucapku panjang lebar, mengungkapkan semua isi hati."Yang salah Ibumu karena gak bisa tegas, jadi mereka

  • Nasib si Bungsu   Kondisi Arif kini

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 27Mendengar hal itu, aku segera pergi karena hawatir dengan keadaan Arif, semoga saja ia tidak nekat dan kembali turun dengan selamat.Toko langsung aku tutup, tidak lupa sebelum berangkat pamit terlebih dahulu pada Bapak.Di tempat kejadian situasi sudah sangat ramai, banyak warga yang sengaja 'menonton', ada petugas pemadam kebaran yang sedang mencoba menggagalkan aksi percobaan bunuh diri yang sedang Arif lakukan, mata memindai keadaan sekitar, tapi tidak kutemuken keberadaan keluarga Arif.Aku sendiri tidak tahu siapa yang menghubungiku tadi karena nomornya tidak ada dalam daftar kontak.Mungkinkah ini ada kaitannya dengan Yumna? aku mengerti perasaan Arif pasti begitu hancur, wanita yang dia impikan menjadi makmumnya, ternyata lari bersama laki-laki lain dalam keadaan mengandung.Banyak yang berteriak memintanya turun, tetapi Arif masih bertahan berada di puncak.Apa yang bisa aku lakukan dalam kondisi ini? aku takut di

  • Nasib si Bungsu   Saat kebenaran terungkap

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 26Arif dan keluarga Yumna sangat yakin aku telah membawa Yumna pergi, sehingga mereka melaporkan aku kepada pihak berwajib dengan tuduhan penculikan. Padahal mereka tidak memiliki bukti yang kuat.Tidak takut dengan proses hukum apalagi aku memang tidak bersalah. Yang dihawatirkan adalah kedua orang tuaku, bagaimana dengan mereka jika aku harus meringkuk di jeruji besi karena kesalahan yang tidak kulakukan ini.Selama ini siapa lagi yang menopang kehidupan mereka jika bukan aku. Apalagi kedua Abangku juga menjadi tanggunganku, hanya Bang Jejen satu-satunya harapan untuk "menitipkan" Ibu dan Bapak, meskipun tidak yakin dia bisa menerimanya. Aku sangat hawatir kedua orang tuaku hidup terlunta-lunta jika aku harus menjalani masa tahanan.Aku menjawab semua pertanyaan dari Polisi dengan jelas dan tegas. Tidak kutunjukkan perasaan takut sedikit pun, meskipun hati ini begitu kacau memikirkan bagaimana Bapak di ruko, pasti beliau

  • Nasib si Bungsu   Fitnah

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 25"Ayo cepat kita pulang, aku tidak mau mati konyol di sini!" Bang Adi menarik lenganku.Secara spontan aku pun bangkit, tanpa pamit kami langsung pergi. Sepanjang perjalanan Bang Adi terus merutuk, dia mengumpat Mbak Mila, juga keluarganya."Dasar tidak tahu diri, jika tidak menikah denganku, kau hanya gadis kampung yang miskin Mila!""Aku rela melakukan apa yang kau mau, lalu ini balasannya.""Orang tua dan anak sama saja, semuanya tidak tahu diri.""Jika bukan karena jasaku, rumah kalian tidak akan bisa berdiri kokok seperti itu, pasti sampai saat ini masih gubuk reot.""Menyesal aku menikah dengan anak seorang preman."Aku hanya diam, membiarkan dia mengeluarkan semua amarahnya. Bukan aku bahagia dengan penderitaannya saat ini, seandainya dia sadar atas apa yang dialaminya mungkin ini balasan setelah apa yang sudah dia lakukan pada Ibu dan Bapak.Karena begitu patuh pada sang Istri, dia rela mengeluarkan uang puluhan jut

  • Nasib si Bungsu   Kenyataan pahit

    Nasib si Bungsu(Saat masa jaya orang tua telah habis)Part 24"Kenapa kamu masih di sini? kejar Arif, jelaskan semuanya!" ucapku pada Yumna.Yumna menggeleng pelan."Aku tidak mau hubungan persahabatanku hancur hanya karena kesalahan pahaman ini!"Kami menjadi pusat perhatian pembeli, aku menjadi tidak enak hati dengan keadaan ini. "Ada apa Sup?" "Nanti Yusup jelaskan ya Pak!"Dengan situasi yang masih canggung, aku melanjutkan aktivitas melayani beberapa pembeli, sementara Yumna pergi dengan sendirinya.Karena ada hal yang harus aku jelaskan pada Bapak juga meluruskan semuanya pada Arif, hari ini toko tutup lebih awal.Bapak masih belum paham dengan apa yang terjadi antara aku, Arif dan Yumna."Pak, Yusup mau jelasin yang tadi," ucapku."Sebenarnya kamu ada masalah apa sama Arif? jangan bilang hanya karena seorang perempuan hubungan persahabatan kalian hancur."Aku pun menjelaskan semuanya dari awal, tentang hubunganku dengan Yumna. Juga Arif yang tiba-tiba memintaku untuk datang

DMCA.com Protection Status