Share

Bertahan

Author: Alin Fiazna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Puluhan hari sudah terlewati, waktu berlalu menyisakan rindu, betapa keindahan dunia fana ini menyilaukan mata, tak ingin para pecintanya meninggalkan kesenangan ini.

Apakah begitu kiranya? Tak merasakan berlalunya hari dan waktu, karena terlalu menikmati hidup di atas bumi ini. Dunia semakin tua. Perputaran waktu semakin cepat. Perasaan masih pagi, tahunya sudah malam. Begitu pula sebaliknya.

Namun tidak bagi Laila, ia merasa waktu hanya berjalan seperti jarum pendek pada jam dinding di dalam kosannya, atau seperti lansia yang sedang meniti anak tangga, lambat!

Itu tak lain, karena ia memendam rindu. Serasa ingin segera merengkuh wanita yang sudah melahirkannya, ingin bersimpuh di pangkuannya, ingin dibelai, ingin dipeluk karena sentuhannya adalah kekuatan. Sosok wajah sendu, bersahaja dan penuh kerutan itu tak lekang dari ingatannya. Ia sungguh merindu.

Laila patut bersyukur bisa berhasil melalui hari-harinya ini walau tidak mudah. Pekerjaannya sangat berat dan melelahkan. Beban dan tekanannya tak sedikit, walaupun ia hanya cleaning service, itu karena ia sering mendapat omelan dan bentakan.

Arsen, atasannya selalu mencari gara-gara dengannya. Hukuman demi hukuman Laila terima dengan penuh kesabaran, dari mulai membuatkan Arsen kopi setiap hari, membawakan barang-barang dari kantor ke mobilnya, disuruh membelikan makananlah, minumanlah, obatlah dan seabreg hukuman lainnya.

Laila berusaha ikhlas menjalani smeuanya. Tak sedikit pun Laila mengeluh, bahkan ia pernah disuruh membeli makanan sampai ke Jakarta naik ojek. Ia tetap melakukannya dengan tegar.

Padahal Arsen adalah orang nomor satu di perusahaan tempatnya bekerja, ia heran mengapa dirinya yang cuma cleaning service diperlakukan 'spesial' seperti tak ada kesibukan lain saja.

Namun, Laila tetap bersyukur dengan kondisinya sekarang, walaupun sering mendapat tekanan, ia memiliki gaji. Setengahnya ia kirimkan ke kampung, Rosma sudah bisa diandalkan, ia yang bertugas mengambil uang dari ATM.

Sisanya ia pergunakan untuk bayar kosan, listrik, makan dan transportasi, jika ada sisa ia sisihkan untuk menabung.

Laila terpikir untuk mencari kerja sampingan, tak ada salahnya jika ia menerima cuci gosok, tapi mungkin ia akan terkena bayaran tambahan untuk listrik. Otaknya berputar, bagimana caranya bisa menambah penghasilan tanpa keluar modal.

Laila dapat ide, ia menjual jasa cuci dan setrika. Siapa yang ingin dicucikan pakaiannya, atau disetrikakan pakaiannya ia siap mengerjakan, cukup memberinya upah yang layak. Jadi ia tak perlu keluar modal untuk beli sabun dan bayar tambahan untuk listrik. Semuanya ditanggung pelanggan.

Pelanggan pertama tentu saja Yani, dengan senang hati Laila mengerjakan cuci gosok dengan sepenuh hati, hasilnya cepat dan rapi, boleh dikatakan ia adalah masternya mencuci baju. Wajar jika ia terampil mengerjakan semua itu, karena sejak kecil, mulai dari  bangku Sekolah Dasar Laila sudah pandai membantu ibunya.

Profesi Laila sebagai tukang laundry menyebar cepat ke seluruh penghuni kos, dari mulai penghuni kos-kosan murah seperti dirinya hingga penghuni kos-kosan elit di sebrang bangunan kosannya. Hasil cucian Laila terkenal bersih dan rapi. Pelanggannya merasa puas akan hasil kinerjanya.

Namun, karena Laila mencuci manual ia sempat kewalahan. Ia harus membagi waktu antara mengerjakan cuci gosok dan pekerjaannya sebagai cleaning service.

Keuntungan dari mencuci, seimbang dengan sebulan gajinya. Sangat lumayan sekali, tapi konsekuensinya ia harus kehilangan sebagian waktu istirahatnya. Tidurnya tak lebih dari tiga jam setiap harinya. Ingin mengeluh dan berkeluh kesah, tapi ia malu pada Allah. Baru sedikit saja ujian yang ditimpakan, ia sudah protes dan tak terima. Jika, rasa lelah dan suntuk datang, bahkan perasaan ingin menyerah, Laila menghadirkan wajah ibu dan adik-adiknya agar semangat kembali.

Laila membuka buku catatan keinginannya. Banyak sekali wishing list yang ia buat, di antaranya membeli sepeda motor bekas, agar bisa menghemat anggaran transportasi.

Laila ingin membeli sepeda untuk adiknya, mesin cuci untuk ibunya, dan di urutan terbawah yang Laila tulis, ia ingin kuliah. Nulis aja dulu, bermimpi saja dulu. Kedepanya mau seperti apa, biar Allah yang menentukan.

"Alfu Lailaa ... sini!" Arsen yang sedang duduk menumpangkan kaki di atas kursi kebesarannya, memanggil Laila.

Laila yang sedang sibuk membersihkan kaca menoleh, menghentikan sejenak tangannya yang bergerak ke kanan ke kiri memegang lap. Dengan malas ia berjalan mendekati Arsen.

"Ada apa, Pak Arsen?" tanyanya sedikit kaku, ia masih sering ketakutan menghadapi sikap galak Arsen.

"Mejanya lap lagi! Masih ada debunya." Tanganya mengusap meja dan menunjukkan pada Laila, padahal mejanya bersih, sudah dua kali dilap.

“Sudah saya lap dua kali, Pak.”

“Tapi masih kotor. Ini buktinya!” Arsen memperlihatkan telapak tangannya yang bersih, setelah mengusap mejanya.

Laila mendengkus kesal, tapi berusaha menyembunyikannya. Mau tidak mau, Laila mengelap meja yang ditunjukan Arsen. Dalam hatinya terus bertanya-tanya. Kenapa sikap Arsen begitu menyebalkan padanya.

Arsen meminta pada Teguh agar Laila yang khusus bertugas membersihkan ruangannya, disamping kinerjanya bagus, rapi dan bersih, juga ada kesenangan tersendiri bagi Arsen untuk mengganggu Laila.

Menyuruh ini dan itu, salah sedikit saja langsung dibentak. Ia suka melihat wajah ketakutan Laila. Namun herannya, Arsen tak pernah mengeluh. Laila bagai batu karang, tak sedikit pun ia menampakan rasa kesalnya. Senyum selalu menghiasi bibir tipisnya. Padahal air mata mengalir di hatinya. Ia pandai menyembunyikan perasaan dan gejolak jiwanya.

Ia selalu ingat pesan ibunya, orang miskin itu dilarang sakit hati, jika sering makan hati siap-siap saja tak bisa makan nasi.

Apapun itu, hinaan, cercaan dan makian. Baginya adalah senandung indah penghantar langkah demi langkahnya dalam meniti tangga kebahagiaan dan kesuksesan kelak.

"Pulang nanti, antar saya mencari sesuatu ke mall." Arsen kembali menggunakan kekuasaannya untuk berlaku semena-mena.

"Tapi, Pak? Itu bukan pekerjaan saya. Ma'af saya tidak bisa," tolak Laila.

Hal ini yang Arsen sukai dari Laila, ia gadis yang memiliki prinsip dan bisa bersikap tegas, sisi lainnya ia memiliki sifat lemah lembut, jarang membantah jika itu menyangkut kewajibannya, tapi jika sesuatu di luar pekerjaannya dan di luar tanggung jawabnya, maka ia dengan tegas akan menolak.

Padahal gadis-gadis lain berebut agar dapat mencuri perhatian Arsen. Sikut kanan dan kiri, saling menjatuhkan, demi mendapat perhatian lebih, pria tampan yang kaya raya itu.

"Pokoknya kamu harus antar saya, jika tidak ... siap-siap, kamu saya cepat." Jurus andalan yaitu ancaman.

Hati Laila dongkol tiada terkira, terbayang cucian dan gosokan yang menumpuk di kosannya. Bibirnya mengerucut, dan tanganya mengepal menahan marah.

Ternyata ada yang lebih Laila takuti, mall di Tangerang sangat besar-besar, ia tak pernah pergi ke tempat seperti itu, gadis itu sadar jika dirinya udik dan kampungan, ia takut menaiki tangga berjalan, habislah ia! dicaci maki dan dihina dina oleh Arsen.

*****

Related chapters

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pergi Ke Mall

    "Kenapa sendalnya kamu lepas? Ini mall, Neng. Bukan masjid!" Arsen menahan tawa, melihat Laila melepas sandalnya dan masuk melewati pintu otomatis. Beberapa orang menoleh dan ikut menertawakan Laila.Laila menahan malu, wajahnya memerah bak kepiting rebus, padahal ia tahu kalau masuk ke dalam mall tak perlu lepas sandal, entahlah pikirannya sedang tak fokus.Laila membalikkan tubuhnya, setengah berlari keluar mall untuk memakai sandalnya kembali, kembali beberapa pasang mata memperhatikannya, ada yang menutup mulutnya cekikikan. Sisanya cuek dan tak mau tahu."Bikin malu aja!" Arsen menggerutu."Jangan dimarahin Mas, kasihan," kata seorang ibu pada Arsen. "Sabar ya neng. Pembantu baru, ya? Baru datang dari kampung?" tanyanya lagi, ditujukan pada Laila.Laila tak menjawab, hanya tersenyum miris, lalu menggaruk kepala yang tak gatal.“Kaihan atuh, Mas. Orang kampung, baru ke mall mungkin. Jangan dimarhi, ya. Walaupun dia pembantu Mas.”Wajah Laila memerah, ia benar-benar malu. Arsen han

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Abizar Al-Ghifari

    Laila terlihat sangat bahagia, Rosma mengabarinya jika uang yang ia transfer telah diambil. Uang LKS sudah dibayar, listrik juga sudah lunas. [Ka, hari ini kita makan enak. Alhamdulillah ... ibu masak ayam goreng, sayur bayam dan sambal tomat, terima kasih uangnya, ya. Semoga rezekinya berkah. Kakak sehat terus. Ibu pesan, Kakak jaga diri baik-baik disana.] Laila membaca pesan Rosma berulang kali, ada sensasi hangat menelusup di sela-sela hatinya. Rasa bahagia membuncah mengetahui keluarganya makan ayam, sama seperti dirinya. Awalnya ia sempat ragu, ketika hendak memakan ayam pemberian Arsen, namun karena cacing-cacing di perutnya sudah berdemo, ia terpaksa makan dengan mata berkaca-kaca. [Alhamdulillah ... Kakak senang dengarnya, Ros. Oya, jika butuh bantuan, misalnya mengangkat galon atau gas, kamu bisa minta tolong wa Dirman, jika kamu gak kuat.] Laila membalas SMS Rosma, ia merasa bersala

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Ponsel Baru

    Matahari belum menampakkan dirinya. Awan mendung bergelayut, berpegangan erat, bahu membahu menghalangi cahaya sang raja siang. Para petani padi gelisah, mereka telah menggelar gabah, berharap hari ini mengering agar dapat segera digiling.Nelayan yang sedang menata ikan untuk dibuat ikan asin, berkali-kali menengadah berharap secercah cahaya matahari mengeringkan ikan tangkapannya. Jika hujan turun, ikan asin yang dihasilkan kualitasnya akan menurun. Uang yang didapatkan pun akan berkurang.Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki bayi dan balita pun tak kalah resahnya, mereka berharap-harap cemas, matahari segera hadir mengeringkan pakaian mereka. Terbayang sudah, pakaian basah dan cucian semakin menumpuk dan pekerjaan rumah tangga yang semakin bertambah.Tak berbeda dengan petani, nelayan dan ibu rumah tangga, Laila pun ikut gelisah, memikirkan pakaian laundry milik pelanggan, yang berderet basah depan kosannya. Semoga sian

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Puasa Daud

    [Ka, ibu sakit lagi. Rosma minta tolong pada tetangga, tapi gak ada yang mau bantu, sakitnya ibu demam dan diare, tapi Rosma udah bawa ibu ke puskesmas.] Pesan dari Rosma, malam tadi. Hari ini masih mendung kelabu, sama dengan hati Laila, ia sedih memikirkan keluarganya di kampung. Setelah kepergian Rusmin, kehidupan mereka semakin sulit karena kerap dicurigai dan dijauhi teman maupun tetangga. Uang yang ia miliki tak banyak, pemasukannya berkurang banyak, karena cuaca yang sering mendung ia tak berani mengambil banyak cucian. Sebelum berangkat ke tempat kerjanya ia meminta tolong pada Yani, untuk mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening ibunya, karena Yani bisa menggunakan fasilitas M-banking. Sebagai gantinya Laila memberikan sejumlah uang cash. Laila ingin pulang untuk melihat kondisi ibunya, tapi apa daya, itu tak memungkinkan, orang baru seperti dirinya belum bisa mengajukan cuti. Lai

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Qusad Einy

    Kilasan kenangan indah tentang Abizar, kembali hadir menghiasi memori Laila. Lelaki itu memiliki tempat khusus di hatinya, yang tersembunyi dan dalam, sedalam palung Mariana. Laila tak ingin siapa pun mengetahui rahasia hatinya.Laila masih teringat, beribu kenangan dengan Abizar, salah satunya tentang puasa Daud."Mengapa Abang suka puasa?" tanya Laila di suatu senja, saat menunggu adzan Maghrib di teras masjid.Para remaja masjid selalu datang setengah jam sebelum adzan, sambil menunggu waktu shalat, ada yang hanya duduk-duduk saja dan mengulang hafalan, atau sekedar bersenda gurau dengan kawannya. Alangkah indah masa-masa kecil mereka dulu.Saat itu Laila masih kelas enam SD dan Abizar berusia 17 tahun, Laila menganggapnya sebagai lelaki berhati malaikat, disaat lelaki lain teman sebayanya menghinanya, mengolok-oloknya, hanya Abizar yang menjelma menjadi sosok pembelanya.Ia t

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Kiriman Nasi Bungkus

    "La, ada ojol kirim sesuatu buat kamu." Yani menyodorkan plastik kecil berwarna hitam.Laila menerimanya dengan kening berkerut, ia tak memesan apa pun, mungkin salah orang. Laila mencoba mencari tahu isinya, yang ternyata nasi bungkus."Mbak, aku gak pesan apa-apa, deh. Salah kirim, kali?" ucap Laila, ia ragu barang itu bukan untuknya."Benar, La, itu buat kamu. Abang ojol bilang untuk Alfu Laila, yang namanya Laila, kan cuma kamu. Udah, makan aja. Jangan menolak rezeki!"Laila memebuka isi kantong plastik tersebut, nasi bungkus, yang isinya lumayan besar, ada kerupuk dan buah jeruk juga di dalam kantong kereseknya. Ia juga menemukan tulisan di dalamnya.[Selamat berbuka, makanlah nasi spesial ini, jangan takut! Makanan ini halal untukmu, Laila. AG]"AG? Siapa, ya?" gumam Laila pelan, tapi terdengar oleh Yani."Arsen Guntara!" tebaknya.

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Sebuah Lamaran

    Sepulang kerja, Laila mampir di sebuah masjid megah dan indah, masjid Al-Hidayah. Hanya dalam masjid, Laila dapat menumpahkan air matanya. Ia berdo’a dan bersujud selama mungkin, menghilangkan dikit sesak dan gundah hatinya. Cukup lama Laila menangis, meminta petunjuk dan pertolongan agar mendapatkan uang sebanyak tujuh juta rupiah.Laila merogoh tas kumalnya, mencari benda berukuran 10x15 centimeter yaitu Al-Qur'an yang sangat ia cintai. Bertahun-tahun benda ini menjadi teman sejatinya, pelipur laranya, sumber kebahagiaannya.Laila masih ingat, pernah membaca tulisan di buku Abizar. Buku itu tertinggal di madrasah dan Laila menemukannya. Laila penasaran membuka buku tersebut, karena ingin mencari identitas pemiliknya. Tanpa di sengaja ia melihat kalimat-kalimat indah, hasil tulisan Abizar. Setiap tulisan yang ada di dalam buku itu, ia abadikan setiap huruf demi hurufnya. Tulisan itu, masih membekas hingga kini.Se

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Hidayah

    Arsen memegang alisnya frustasi, melihat Laila hilir mudik di hadapannya. Ia merasa dirinya sudah sangat keterlaluan karena mempermainkan Laila, menyuruh membersihkan ruangannya berulang-ulang. Tapi entah mengapa, ia ingin selalu dekat dan melihat gadis ini setiap hari. Tak ada cara lain, hanya dengan menjadikannya sebagai cleaning service khusus, yang hanya bekerja di ruangan miliknya.Arsen kadang termenung. Ia sendiri tak mengerti ada apa dengan dirinya? Seperti ada yang aneh dengan hatinya. Mengapa hanya melihat gadis kampungan itu tangan dan kakinya mendadak dingin. Hatinya bertalu-talu. Seperti bukan dirinya."Alfu Laila! Sudah, cukup!" Arsen mengangkat suaranya, sambil menggebrak meja. Membuat Laila sedikit terkejut."Baik, Pak. Saya permisi kalau gitu." Laila menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengelap meja tamu. Tanpa menoleh, segera menuju pintu yang selalu dibiarkan terbuka lebar, jika ia sedang member

Latest chapter

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Impian yang Menjadi Kenyataan

    BAB 67"Mas, kenapa harus ada resepsi lagi, sih?" tanya Laila, karena malam nanti akan ada acara resepsi pernikahan mereka."Ini acara khusus untuk rekan bisnis kita sayang ... karyawan juga, kan harus tahu kalau aku udah nikah, udah punya istri, ntar kalau pada ngira aku masih singel gimana?” goda Arsen."Ih ... Mas, jangan buat aku takut napa?""Takut ya, kalau suamimu yang ganteng ini di godain cewek-cewek yang ...""Maaaass ..." Laila mengejar Arsen dan mencubit pinggangnya.Arsen manarik tubuh Laila ke dalam pelukannya."Hidup yang akan kita hadapi nanti tak akan mudah, sayang ... kamu harus kuat dan tangguh. Aku hanya minta satu hal sama kamu, apapun yang terjadi kamu harus percaya sama aku, tetaplah di sisiku, jangan hiraukan apa kata orang ..." ucap Arsen, ia memeluk Laila begitu erat, seperti tak ingin melepasnya.&n

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pulang

    Kaki milik gadis cantik itu melangkah menapaki setapak demi setapak lantai bandara internasional Soekarno Hatta, setahun yang lalu dirinya berada di sini. Kini ia kembali lagi, dengan membawa seseorang yang istimewa yang kelak akan menghiasi hari-hari indahnya.Udara pengap Jakarta kembali menguar menusuk penciuman, mengucurkan keringat yang membuat tubuhnya tak nyaman. Jakarta penuh sesak dengan para urban, mereka berbondong-bondong mencoba mancari peruntungan di kota Metropolitan ini, mulai dari penjual jalanan hingga buruh, musisi jalanan atau pengamen, tak sedikit yang menjadi pengemis. Beruntung bagi yang memiliki keahlian, ada yang menjadi montir, pekerja kantoran bahkan tak sedikit yang menjadi pesohor.Jalanan Jakarta seperti biasa, sangat macet. Apalagi di jam-jam pulang kantor seperti sore ini, klakson dari kendaraan angkot memekakkan telinga, kesabaran para pengendara dan pengemudi sangat diuji dalam situasi seperti ini.&n

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pernikahan Agung

    Jum'at adalah 'Sayyidul Ayyam' atau penghulunya hari-hari, pada hari ini banyak terjadi peristiwa besar, diantaranya seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Jum'at adalah sebaik-baik hari kala mentari terbit. Nabi Adam diciptakan pada hari Jum'at. Demikian pula ketika dimasukkan dan dikeluarkan dari surga. Dan tidak akan terjadi hari kiamat, kecuali pada hari Jum'at.Waktu mustajab dikabulkannya do'a, apabila seorang muslim berdo'a pada hari Jum'at, maka atas kehendak Allah, akan dikabulkan.Amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya pada hari Jum'at. Betapa istimewanya hari ini, hingga Arsen dan Laila sepakat menikah pada hari Jum'at.Masjid Al-Hidayah, masjid yang menjadi saksi menyatunya dua hati dalam ikatan yang agung. Sebuah ikatan yang di sebut 'Mistaqon Ghalidza' perjanjian agung.Mengapa Allah menamakan pernikahan dengan sebutan perjanjian agung? Karena mengandung konsekuensi yang

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Bertemu Abizar

    Oktober. Balai pertemuan milik provinsi Jawa Barat di kawasan Distrik sepuluh, Laila masih ingat, pertama kalinya ia bertemu dengan Abizar, bahkan dirinya belum genap satu bulan, berada di Cairo.Kala itu ... Laila berkenalan dengan Zahra, seorang ibu beranak satu yang melanjutkan kuliah magister-nya di Cairo university. Sedangkan dirinya di Al-Azhar university. Mereka bertemu dalam forum kajian ilmiah yang pembicaranya membuat Laila terkejut setengah mati, rasanya seperti terkena ratusan sengatan lebah yang menyakitkan hatinya. Dia Abizar Al-Ghifari.Satu lagi kejutan, yang sukses membuatnya mematung kaku, ternyata Zahra adalah istrinya.Bukan. bukan karena ... ia masih menyimpan cinta di hatinya, ia lebih tak menyangka saja, takdir mempertemukan mereka berada di negeri yang sama. Laila pikir Abizar sudah kembali ke Indonesia, karena gelar dokter sudah disandangnya, tapi ternyata ... ia memilih lebih lama lagi tinggal d

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Cinta Berlabuh di Musim Dingin

    Januari, bulan bersejarah bagi kedua insan yang bersabar, menahan cinta dalam diam, melangitkan do'a dalam munajat panjang di sepertiga malam, menggantungkan asa dan harap di langit penantian.Cinta itu berlabuh dalam muara penantian yang panjang, membawa kehangatan di musim dingin yang suhunya mencapai sepuluh derajat celsius.Angin laut Mediterania berhembus, meniup syal rajut yang melilit leher berlapis kerudung biru milik Alfu Laila Walaila, ia berjalan sepanjang corniche lalu berhenti di depan benteng Qaitbay. Seperti ada suara yang menariknya untuk melihat para pemancing di sepanjang benteng.Ia berjalan dengan Kamila, sahabatnya yang berasal dari negeri gajah, Pattani, Thailand. Kamila tinggal di Alexandria dan kuliah di kampus putri Al-Azhar cabang Alexandria.Perkenalan mereka berawal saat Kamila berkunjung ke Cairo, Kamila bersama temannya mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari penduduk

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Alexandria

    Alexandria, tempat dimana Arsen menetap. Ia menyewa sebuah apartemen yang cukup sederhana bagi orang kaya raya sepertinya. Ia tak sendirian, ada dua orang mahasiswa Al-Azhar yang sedang liburan musim panas bersamanya.Di sana, Arsen belajar di sebuah markaz littahfidz Al-Qur'an wa Al-qira’at, atau lembaga yang khusus mengajarkan Al-Qur'an dan ilmu qira’at, pemiliknya adalah seorang Syeikh Al Azhar yang pakar dalam bidang Al-Qur'an."Mas Tara, jadi ke Cairo, gak?" tanya Miftah, seorang mahasiswa tingkat tiga fakultas Ushuluddin di Al-Azhar cabang Zagazig. Sebuah provinsi di Mesir.Arsen Guntara, ia tak ingin ada orang yang mengenalinya, bahkan ia berdo'a agar selama di Mesir tidak dipertemukan dengan Abizar dan istrinya. Dirinya mengenalkan namanya pada orang lain dengan nama Tara, nama kecilnya. Penampilannya ia rubah seratus delapan puluh derajat, celana water flood di atas mata kaki, baju koko atau kemeja d

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Mesir Negara Impian

    Keyakinan. Itu yang Laila miliki, mimpinya kini menjadi kenyataan. Kakinya akan menjejakkan langkah di bumi Nabi Musa alaihi salam. Hatinya membuncah menggelorakan haru, kristal bening berdesakan di pelupuk mata, lalu berjatuhan di pipinya. Sebuah tangisan kebahagiaan.Nasi bungkus yang ia jual, mampu menghantarkannya meraih impian, ia dapat menyelesaikan kuliahnya dengan keringat dan air mata, hanya dalam jangka tiga tahun, dengan nilai sangat sempurna, summa cumlaude.Ustadz Amir pernah mengatakan, "Tanamlah padi, rumput pun akan ikut tumbuh di sela-selanya. Tapi jika rumput yang kamu tanam, maka mustahil, padi akan ikut tumbuh di antara rerumputan itu." Pepatah ajaib yang sangat melekat dalam ingatan Laila. Terbukti apa yang dikatakan ustadz Amir benar adanya.Jika di dunia ini yang kita tanam, adalah kebaikan dan urusan akhirat, maka urusan duniawi akan mengikuti.Namun sebaliknya, jika selama hi

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Pernikahan Agung

    Jum'at adalah 'Sayyidul Ayyam' atau penghulunya hari-hari, pada hari ini banyak terjadi peristiwa besar, diantaranya seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Jum'at adalah sebaik-baik hari kala mentari terbit. Nabi Adam diciptakan pada hari Jum'at. Demikian pula ketika dimasukkan dan dikeluarkan dari surga. Dan tidak akan terjadi hari kiamat, kecuali pada hari Jum'at. Waktu mustajab dikabulkannya do'a, apabila seorang muslim berdo'a pada hari Jum'at, maka atas kehendak Allah, akan dikabulkan. Amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya pada hari Jum'at. Betapa istimewanya hari ini, hingga Arsen dan Laila sepakat menikah pada hari Jum'at. Masjid Al-Hidayah, masjid yang menjadi saksi menyatunya dua hati dalam ikatan yang agung. Sebuah ikatan yang di sebut 'Mistaqon Ghalidza' perjanjian agung. Mengapa Allah menamakan pernikahan dengan sebutan perjanjian agung? Karena mengandung konsekuensi yang berat di dalamnya, ada kewajiban dan hak yang harus ditunaikan. Kata 'mitsaqan gh

  • Nasi Bungkus untuk Laila   Kejatuhan Dirman

    Dunia ini penuh keindahan, gemerlap kenikmatan dijanjikan tersaji dalam balutan nafsu dan syahwat. Sebagian manusia terlena dan jatuh melesak dalam tipu dayanya.Terkadang lupa, jika masa kejayaan tak pernah ada yang abadi, dunia ini pun fana. Kesombongan, kezaliman, kelicikan, harta yang berlimpah, jasad yang sehat dan prima, wajah yang rupawan, isi kepala yang cemerlang semuanya akan berganti dan sirna.Tubuh yang dulu sehat, bisa jadi kini terbaring lemah dan sakit, wajah yang rupawan, tubuh yang perkasa kini keriput dan layu dimakan usia. Dulu, kejayaan membuat anak Adam merasa pongah dan jumawa, kini harus runtuh dan porak poranda. Semuanya tak bersisa oleh bilangan waktu, tinggalah buku-buku jari membilang detik kepunahannya, saatnya Tuhan memanggil. Pulanglah, waktumu telah usai. Atau berhentilah, kezaliman sudah mencapai titik batasnya, rasakanlah balasan yang setimpal untuk setiap kezaliman yang pernah kamu lakukan.

DMCA.com Protection Status