Share

Perubahan Kecil

last update Last Updated: 2022-11-04 19:27:23

Fatih mencari-cari kemeja di dalam lemari, semua tidak ada. Ia baru ingat jika kemeja yang ia bawa hanya terbatas dan semuanya sudah habis terpakai.

Fatih merutuk kesal, ia berniat menelepon butik langganannya untuk menyiapkan pakaian kerja. Belum juga tersambung, Alina sudah muncul dengan menenteng jas, celana dan kemeja yang tergantung pada hanger.

“Mendadak menggosoknya tadi. Maaf, agak lama. Ini, sudah siap, kok."

Alina meletakkan pakaian itu tanpa melihat ekspresi Fatih, kemudian pergi keluar kamar.

Fatih mengangkat pakaian dengan aroma pewangi yang menyeruak. Ia mengenakan dengan membayangkan betapa repotnya Alina menyiapkan semua ini.

“Bisa juga beres kamu, Al, si manja yang cengeng,” gumam Fatih bersama tawaan.

Baru selesai merapikan dasi pada lehernya, Fatih dikejutkan lagi dengan kedatangan Alina yang menentang sepatu.

“Ternyata, sepatu yang kusemir kemarin nggak cocok sama pakaian Mas hari ini.” Usai berucap, Alina meletakkan sepatu di bawah kaki Fatih yang masih bergeming
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Bujukan Anita

    “Al ....”Alina menoleh ketika mendengar sebuah panggilan, lalu mengakhiri pekerjaan dengan memencet kontrol S pada keyboard layar laptopnya.“Kenapa?”“Lo nggak benar-benar ingin resign kan?” tanya Meli berbisik.“Gue nggak punya uang untuk bayar denda.” Alina menjawab. Tangan kanannya menyambar botol air mineral, lalu meneguknya.“Syukur, deh. Gue nggak kehilangan teman.”“Lagian, Gue juga butuh pekerjaan buat persiapan lahiran.” Alina menggeser tempat duduknya, mendekati meja Meli.“Nggak salah, lo. Pak Fatih ‘kan tajir. Emmm maksud gue, ayah dari bayi lo.”“Bayi Gue yang punya hak menerima bantuannya, bukan gue. Itupun kalau dia ingat punya benih dalam rahim gue.”“Maksud, lo?”“Nanti kalau dia sudah nikah sama wanita lain dan wanita itu hamil juga, kelar hidup gue. Apalagi status gue nantinya Cuma mantan.” Alina berucap seperti sudah tau persis kejadian yang akan menimpanya.“Tapi lo tetep beruntung. Minimal baby yang ada dalam kandungan lo, punya kesempatan buat jadi artis.” Mel

    Last Updated : 2022-11-04
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Mengulang Kehangatan

    “Sama sekali tidak, jika Alina seorang diri, tapi sekarang dia sedang mengandung anakku. Jadi, keselamatannya adalah tanggung jawabku.”“Oh ... iya. Aku baru sadar, kalau Tuan Fatih Alfarizi ini sekarang adalah dewa penolong Alina.”Anita menatap tajam Fatih sebelum ia turun dari mobil.“Selamat, Tuan. Anda salah satu target berikutnya.” Usai berucap, Anita benar-benar meninggalkan mobil dengan air mata berderai.Baru hendak memasuki mobil miliknya sendiri, tatapannya tertaut pada sosok yang akhir-akhir ini mengganggu kejiwaannya. Ujung jilbabnya menjuntai, berkibar diterpa angin.Dengan gerak lambat, ia mengenakan helm, lalu melajukan motor maticnya dengan perasaan hancur. Alina terbawa dalam lingkaran rumit kisah cinta suami dan kakaknya. Ia mengusap air mata, bersamaan dengan Anita yang melajukan kendaraan di belakang Alina.Dari tempatnya duduk dan tertegun, Fatih menyaksikan kedua saudara kandung itu satu persatu berlalu tanpa ada sapa dan kata yang menyertainya.“Kalian tak akan

    Last Updated : 2022-11-08
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Ingin Mandiri

    Makan malam berlangsung khidmat, tanpa percakapan apapun. Alina lebih dulu menuntaskan makanannya. Ia beralih ke wastafel, membersihkan piring dan gelas. Lalu ke belakang untuk mengangkat pakaian yang belum sempat dipindahkan.Alina membawa satu keranjang pakaian ke depan meja. Dengan gerakan cepat, ia mulai menggerak-gerakkan benda yang terhubung ke aliran listrik guna merapikan pakaian.Fatih mendekatinya, diam-diam merogoh saku dan memberikan kartu kredit pada Alina.“Pakai,” ucap Fatih.Alina menggeleng lebih dulu baru disusul dengan ucapan, “ uang yang kemarin belum terpakai seluruhnya.”“Ambil ini dan cari pembantu.”Lagi-lagi Alina menggeleng.“Biarkan aku mengerjakan pekerjaan ini. Aku harus terbiasa supaya ketika kita berpisah, aku sudah siap dengan segala kemungkinan buruk. Bukankah aku harus belajar mandiri?”Ucapan Alina membungkam Fatih. Ia baru menyadari jika dari awal, ia yang menginginkan Alina untuk mandiri. Setiap ucapan yang terlontar tak ubahnya seperti belati yang

    Last Updated : 2022-11-08
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Cara Licik Anita

    "Tentu, hanya demi anakmu.” Alina lalu meninggalkan Fatih yang baru saja mendapat penolakan secara langsung.Mendengar jawaban Alina, Fatih tersenyum miring merasai nyeri yang merambat.“Terserah kamu, Al, tapi aku masih melihat cinta di matamu.”Fatih beringsut dari ranjang, kemudian membersihkan diri.Keluar dari kamar mandi terasa lebih segar. Tatapannya langsung tertuju pada Alina yang menatap lekat handphonenya yang berkedip-kedip menandakan panggilan masuk.Tanpa berkata-kata, Alina meletakkan di pakaian kerja Fatih di atas pembaringan dan sepatu di bawah ranjang, lalu bergegas pergi.Fatih meraih handphone, memeriksa panggilan itu karena sudah tidak berdering lagi.Anita.Lagi-lagi, Fatih seperti kepergok tengah berselingkuh. Perasaannya menjadi was-was.Ingin menjelaskan tentang panggilan itu, tetapi Alina tampak tidak perduli. Lalu, untuk apa ia merasa tidak enak hati, bukankah hal seperti ini sudah sewajarnya terjadi?Fatih merasa kesal berada di situasi membingungkan. Entah

    Last Updated : 2022-11-08
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Gosip yang Beredar

    Berita beredarnya gosip Alina yang seorang janda berbadan dua senter terdengar di mana-mana. Tidak hanya di bagian tempatnya bekerja, tetapi hampir di seluruh lini perusahaan itu.Alina memang bukan siapa-siapa, tetapi kakaknya, Anita yang memegang peran penting di perusahaan itu. Menjadi sorotan rekan kerja dan bawahannya, jelas membuat hidup Anita tidak akan nyaman.Sebagian mencibir dengan perilaku Alina yang berbanding terbalik dengan Anita yang supel, cerdas, energik dan memiliki karir yang bagus. Berbeda dengan Alina yang lembut, pengetahuan terbatas dan hanya sebagai staf bawahan yang kebetulan di terima karena ada nama belakang Anita.“Kasian Bu Nita. Dibikin malu sama adik sendiri. Itu nanti apa nggak ngerepotin kakaknya kalo pas lahiran”“Hu’um.”“Udah gitu kabarnya, Alina dicerai karena manja dan gak bisa mandiri.”“Lah iya terbukti masuk ke sini aja dompleng Bu Nita. Kalau gak ada beliau, mana mungkin bisa masuk padahal Cuma lulusan SMA.”“Lulusan SMA kerjanya sama dengan

    Last Updated : 2022-11-08
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Awal Berjuang

    Ketika merasa sedih, sendiri dan merasa terbuang, seketika itu pula menekan dada sendiri. Lalu menumpahkannya dengan cara menangis. Kondisi seperti ini sebenarnya hampir setiap hari dialaminya. Alina, si manja yang cengeng.Fatih menutup pintu dengan perlahan, pandangan langsung tertuju pada Alina yang sibuk dengan serangkaian atribut merajutnya. Ketika Fatih menghampiri, Alina langsung mengamati lelaki itu beserta gelas di tangan."Mas buatkan susu." Senyum simpul lelaki mengembang seraya meletakkan bokong berjajar dengan Alina."Aku sudah minum sore tadi," balas Alina."Sudah terlanjur dibuat. Gak mungkin kuminum, kan?"Akhirnya Alina menerima susu pemberian Fatih dan menatapnya sejenak."Minumlah, mumpung masih hangat."Tanpa pikir panjang, Alina meneguk susu hamil itu sampai habis."Mau nambah?" Fatih menawarkan dengan tangan terulur, meminta gelas yang sudah kosong.Alina menggeleng, "nggak, sudah kenyang." Ia menyerahkan gelas yang sudah kosong itu pada Fatih, kemudian menerus

    Last Updated : 2022-11-13
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Mencoba untuk Kuat

    Hujan turun sangat deras. Petir menyambar silih berganti, tetapi sebuah motor nekad menerobos lebatnya hujan.“Mama ... Al takut!” teriak seorang anak perempuan dengan tangan memeluk pinggang sang mama.“Mama, kita berhenti saja” keluhnya mulai terisak.“Sebentar lagi sampai rumah, Alina,” balas sang mama setengah berteriak. Suara hujan mengalahkan suaranya yang sudah berusaha melengking tinggi anak di balik punggungnya Mendengar dengan jelas.“Mama ... Al takut” bocah tujuh tahun itu terus merengek, masih terisak.“Kita tadi perginya gak ngomong. Takut papa bingung nyariin.”“Mama, Al takut!” Alina tidak perduli ucapan mamanya, seakan tau bahwa akan terjadi sesuatu pada mereka berdua.“Mama ... kita berhenti saja.”“Alina! Jangan cerewet! Mama nggak bisa fokus kalau kamu merengek.”Sebuah bentakan ke luar dari bibir yang bisanya bertutur sangat lembut. Mendengar itu, Alina tidak lagi merengek. Ia menutup mata dan menyembunyikan wajah di punggung sang mama. Hingga sebuah sengatan pana

    Last Updated : 2022-11-13
  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Arti Sahabat

    Alina berbalas pesan dengan Rey sambil berjalan melewati lobi, kemudian ke parkiran. “Al,” panggil Fatih dari arah samping. Alina terkejut, sebelum akhirnya menyadari bahwa sedari tadi dirinya terlalu asik sendiri dengan benda pipih di tangan sehingga tidak menyadari kehadiran orang lain. “Mau ke mana?” tanya Fatih. Di tangannya menggenggam sebuah bungkusan. “Mau makan siang sama Rey, kebetulan sudah ditunggu. Itu dia.” Alina melambai pada seorang pria yang sudah siap di depan mobil yang terparkir. Rey. “Oh,” balas Fatih terasa berat. “Itu apa, Mas?” tanya Alina dengan mengamati plastik yang ditenteng Fatih. “Oh, ini makan siang untuk Anita.” “Oh.” Alina menanggapi. Alina tersenyum pias dan meninggalkan Fatih seorang diri. Fatih menatap berlalunya punggung itu diambil meremas bungkusan ayam panggang kesukaan Alina. Fatih menatap tajam keduanya, ingin marah, terapi merasa tidak berhak. Senyum Alina mengembang bebas di samping pria lain. Sedangkan di hadapannya, Alina sepert

    Last Updated : 2022-11-13

Latest chapter

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Meneguk Manisnya Madu

    Fatih mendorong pintu apartemen dengan satu tangan, sedangkan satunya lagi menyeret koper. Ia berdiri di sisi pintu. Tatapannya keluar, menunggu Alina yang masih berdiri mematung.“Buruan masuk. Kejutannya sudah menunggu di dalam.”Alina tersenyum manis, lalu masuk melintasi Fatih tanpa berkata apa-apa.“Mana kejutannya.”Belum sempat menoleh untuk menuntut jawaban, Fatih sudah menutup matanya dari belakang.“Eh, kenapa ditutup sih.”“Namanya juga kejutan,” ucap Fatih. Dengan cepat mendorong tubuh Alina sambil tetap menutup matanya.Fatih menghadapkan Alina ke satu tempat.Alina langsung membuka mata. Di hadapannya terbentang ranjang tanpa kelambu. Kelopak mawar merah bertebaran di atas seprai putih. Ada dua bantal dan dua gulung teronggok di sana.“Ini kejutannya?” tanya Alina sembari menoleh Fatih yang baru saja meletakkan dagu di pundaknya..“Bukan” jawabnya singkat. Ia menoleh, membuat hidungnya yang bangir menyentuh pipi Alina.“Mana? Kayaknya memang ini surprise-nya. Kemarin pas

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Kado Istimewa

    Alina memasukkan pakaian ke dalam koper. Sebagian masih ia simpan di lemari karena tidak mungkin dibawa sekaligus.Tanpa disadari, seseorang berdiri di depan pintu yang sudah tertutup.“Astagfirullah!” kejutnya. “Mas Fatih. Bikin kaget aja. Salam dulu kek,” rutuk Alina.Fatih terkekeh melihat keterkejutan Alina.“Semangat banget yang mau pindahan. Sampai-sampai mas mengucapkan salam gak dengar.”Fatih berjalan, lalu duduk di tepi ranjang. Ia masih rapi dengan koko dan peci. Sebab, baru saja pulang dari jumatan.“Gak dengar, Mas. Aku tuh, masih kepikiran Rey. Habis tamu-tamu pergi, dia juga ngilang gitu aja.” Alina menghentikan aktivitas setelah kopernya penuh.“Palingan menemui Anisa,” balase Fatih.“Mudah-mudahan mereka baik-baik saja. Oya, jam berapa kita pamitannya?”“Sekarang, dong.”Alina menatap, ingin protes.“Kapan-kapan kan bisa ke sini lagi. Rey pasti maklum kalau kita pergi tanpa pamit sama dia. Lagian ....” ucapan Fatih menggantung membuat Alina didera rasa penasaran.“Lag

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Hati yang Dinanti

    Jum’at pagi yang cerah, Rey sibuk membantu mamanya mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambut keluarga Fatih. Persiapan proses ijab qobul yang direncanakan pukul sepuluh itu sudah matang. Rey dan mamanya benar-benar menyiapkan acara itu dengan suka cita, mengingat hari itu juga Alina akan meninggalkan kediaman mereka.Alina sendiri sudah siap dengan busana pengantinnya. Kebaya putih, lengkap dengan hijabnya. Seorang tata rias datang bersama seorang anak buahnya datang untuk menyulap Alina menjadi bidadari sehari.Butuh waktu satu jam untuk menjadikan Alina berubah menjadi sosok yang Dian sendiri sampai tak mempercayainya.“Al, cantik banget. Fatih pasti tak berkedip lihat kamu nanti,” ucapnya saat Alina berdiri, lalu mematut dirinya di depan cermin yang menjulang tinggi, memastikan jika ucapan Dian itu benar.“Masa sih, Tan.”“Serius tante. Oya, nanti kalau sudah di sana, jangan lupa sering-sering ke sini ya? Tante bakal kesepian pasti.”Alina melebarkan kedua tangannya mendengar Di

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Berbesar Hati

    “Hai, Fatih. Akhirnya datang juga. Kirain gak jadi datang.”Pria itu, Rama. Suami Anita. Mereka masuk, tanpa sungkan Fatih tetap menggenggam tangan Alina.“Eh, iya. Mau minum apa? Em ... Alina kan?” tiba-tiba Rama menyebut nama Alina yang terlihat gugup.“Oh, iya. Belum kenalan, ya?” balas Fatih.Rama mengulurkan tangan, Alina menyambutnya dengan ragu. Masih sama, tanpa ekspresi apapun.“Oh, iya. Aku ambil minum dulu.”Tama ke belakang. Untuk sesaat, suasana menjadi hening. Fatih tidak berani memaksa Alina untuk mengubah sikapnya.“Aku mau pulang.”Fatih terkejut, Alina sudah bersiap menegakkan tubuh. Fatih mencegah dengan memegang tangan Alina.“Tunggu sebentar lagi.”Rama muncul dengan membawa nampan.“Maaf agak lama. Pembantu sedang bantuan istri mandiin baby. Ayo silahkan.”“Terima kasih, mestinya gak usah repot-repot. Oya-““Bang ....” Anita keluar dengan menggendong bayinya. “Tolong gendong-“Anita tercekat. Ia menghentikan langkahnya. Dengan tatapan tak percaya menatap dua oran

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Galau

    Rey sudah bersiap mengantar mamanya menggantikan Alina ke panti. Dian tidak mengizinkan Alina keluar rumah, karena sudah mendekati hari pernikahan.“Mama jangan lupa rencana kita,” bisik Rey pada wanita paruh baya itu.“Sip,” jawab Dian santai sambil menyendok nasi dari piring.Alina mengeryit mendengar bisikan keduanya.“Rencana apa, Tan?” tanya Alina penasaran.“Kepo,” jawab Rey sengit.“Ish, gue tanya sama Tante Dian, bukan sama elo.” Alina tak kalah sengit.“Sudah-sudah. Ribut aja.” Dian menengahi. “Si Rey minta ditengahi masalahnya.”“Bilang aja minta dicomblangi.”“Ngeledek terooos.”“Langsung aja samperin ke rumahnya. Kata Mas Fatih, abahnya baik kok.”“Baik sama Mas Fatih, belum tentu baik sama gue, Al.”“Sama saja, sih! Anisa kan sedang menimbang. Nah, itu kesempatan lo datang buat mendekati abahnya.”Rey terdiam. Cukup lama di meja makan dalam keheningan.“Mama sih, terserah Rey aja. Semakin cepat, semakin bagus. Betul tuh usulan Alina. Gak ada salahnya datang ke rumahnya. G

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Pertemuan Setelah Perpisahan

    Fatih menghentikan mobilnya di samping gang kecil. Iamenelisik dari dalam, mencari keberadaan seseorang. Di sebuah taman remaja. Ia mendapati arah Rey berhenti danmenuju dalam sana. Sayangnya Fatih kehilangan jejak, sehingga harusmengendap-endap mencari Rey. “Kalau bukan karena disuruh Alina, males sebenarnya ke sini.Sudah kayak maling aja.” Fatih mengamati tempat di mana terakhir Rey di lihat. Lelah berjalan,ia mengambil duduk di bangku tak jauh dari tempatnya berdiri. “Kehilangan jejak, kan? Balik aja, deh!” gumam Fatih. Tapi iaragu. Rasa penasaran akan seseorang yang didekati Rey membuat Fatih urung pergi.Sembari mengitari pandangan ke sekitar, tiba-tiba ia menangkap sosok gadis yangsangat ia kenali. “Anisa!” Fatih berdiri dan langsung berpindah tempat di balik pohon. Maksudnyaingin bersembunyi, tapi lagi-lagi ia harusdikejutkan lagi oleh kedatangan seseorang lain ke arahnya. “Rey! Jadi ... mereka ....” Fatih memperhatikan dari jarak jauh. Anisa duduk bersanding denganseoran

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Rey dan Kekasihnya

    “Assalamualaikum, Bu. Ibu apa kabarny” Alina mengambil alihposisi paling depan sehingga langsung duduk di samping wanita yang sedangberbaring.Tampak kaca-kaca saat menatap Alina dan Fatih secarabergantian.“Kalian datang. Makasih, ya? Ayo, duduk sini.” Alina melepasbobot tubuhnya tepat di samping wanita yang tampak ringkih itu. Merasa iba,Alina memeluknya.“Ibu sehat, kan?” Alina melepaskan pelukannya. Mengusap sesuatuyang hampir jatuh dari sudut mata.“Baik. Kalian apa kabar?”“Alhamdulillah baik juga?” jawab Alina.“Oya, kapan ijab qobulnya? Ibu kepengen datang sebenarnya, tapi-““Ibu pasti bisa datang.” Fatih memotong.“Iya-ya. Kan masih empat hari. Mudah-mudahan ibu sudah diperbolehkankeluar rumah.”“Dari mana Ibu tau empat hari lagi?” Alina bertanya sambil berbisik.Lalu melirik ke arah Fatih. Jangan-jangan Fatih yang membocorkan berita ini. Pikirnya.“Tuh!”Alina menoleh, Fatih pura-pura tidak melihat.“Katanya mau bikin surprise! Huh, dasar!”Fatih tertawa. Ia memang sudah menj

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Memaafkan Kesalahan Lalu

    “Aku sudah lama berdamai dengan keadaan. Berusaha menerima takdir berpisah denganmu, tapi nggak bisa. Al, bisakah kita mulai dari awal lagi?”Fatih menuntun jawab. Tatap matanya tak berpindah sedikitpun pada sosok mantan istrinya.“Al, aku tanya sekali lagi, maukah menikah denganku lagi?”Alina mengangkat wajah, kemudian menunduk lagi.“Al.”“Iya, Mas, iya.“Iya apa?”“Ck, iya. Aku mau menikah denganmu.”“Alhamdulillah ... akhirnya ....”“E-eh, mau ngapain?” Alina mencubit lengan Fatih saat berusaha memapas jarak.“Nggak ada.” Ketahuan hendak mencuri ciuman dari Alina, Fatih hanya bisa menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. Lalu, ia menarik paksa jemari Alina dan menciuminya.Alina tersentak, tetapi memberikan Fatih melakukan keinginannya.“Di depan ada galeri perhiasan. Kita ke sana sekarang.”“Loh-loh! Katanya mau makan.”“Cari cincin dulu, baru cari makan.”“Jadi ... serius minggu depan.”“Jelas jadi, dong. Atau kita percepat lagi jadi besok juga gak pa-pa.”“Ih, gaklah! Minggu de

  • Nafkah Terakhir sebelum Ditalak   Rencana Pernikahan

    Alina mematut dirinya di depan cermin. Fatih sedang dalamperjalanan. Mereka sepakat untuk makan malam berdua.Tunik berwarna soft pink sebatas lutut dan jeans warna hitammenjadi pilihannya. Di tambah pasmina warna senada dengan tuniknya membuat ronadi wajahnya kentara oleh rona bahagia..“Wah, cantiknya,” puji Dian saat membuka pintu kamar Alina.“Eh, Tante.”“Fatih sudah datang, tuh.”“Oh, ya?” Alina bergerak ke jendela. Memastikan Fatih memangsudah datang. Sebab, ia tak mendengar suara mobil.Ternyata benar ucapan Dian. Bahkan Fatih tampak berdirimenunggu di teras rumah.“Mau ke mana, sih?” tanya Dian penasaran.“Cuma makan malam, Tan.”“Masa rapi amat. Fatih juga kelihatan berbeda.”“Masa, sih!”“Ah, mungkin kalian gak sadar. Ya sudah, buruan berangkat.Pulangnya jangan larut malam, karena Tante mau tanya-tanya soal Rey. Gak sabarmau nunggu besok.”“Hah, tante merasa juga kalau Rey-““Jelas merasa, tapi gak berani tanya. Takut tersinggung.”“Iya, Tan. Nanti Al langsung ke kamar Tant

DMCA.com Protection Status