Fitnah kejam itu mulai merusak kehidupanku.
"Adhyana!! "
Teriakan wanita itu menyadarkanku. Apa aku harus menendangnya dengan kakiku sendiri?
"Apa ini yang kamu lakukan pada kakak iparmu?" Teriaknya sambil menangis histeris didepan para tamu.
Mendengar perkataannya, sungguh aku menyesal membantunya. Kuusap dada berusaha menangkan hati sendiri.
"Dia yang menggoda dan merayuku!" Aku berusaha membela diri dengan tenang.
"Bohong! Ini buktinya."
Astagfirullah apa niat wanita itu? Dia memperlihatkan baju yang sobek dibagian dada.
Segera kututup mata. Yang benar saja, tak pernah kusangka istri dari seorang Adhyanuarta yang paling kuhormati dan
Soraya almahyra"Oke aku akan mengabulkan permintaanmu, Soraya Almahyra." Kang yana membisikkan itu tepat ditelinga kananku. Lantas dia memberikan surat perceraian itu dan berbalik meninggalkanku yang terpaku.Kubuka amplop itu. Sial Kang Yana..... Kuhentakkan kaki dan berusaha menyusulnya. Namun dia berjalan begitu cepat menaiki mobil. Kulihat sekeliling memperhatikanku yang bertingkah seperti wanita diputusin pacarnya mungkin. Ah, aku lupa, mengapa aku memintanya menemuiku ditempat umum seperti ini. Situasi menghimpitku dalam kebingungan."Kang Yana!" kukepalkan tanganku. Sekarang kebencianku sudah benar-benar menggunung. Kegertakkan gigi."Kamu pikir kehidupanku akan buruk kalau tak bersamamu lagi?" Gerutuku sambil berjalan meninggalkan taman hendak kembali ke kantor.
Entah dimana letak puncak kesetiaan seorang suami terhadap istri, begitupun sebaliknya.Tapi, bagaimanapun agama memang memperbolehkan berpoligami, lantas bagaimana pula jika hati ini tak rida berbagi suami dengan wanita lain? Bukan, bukan aku tak memimpikan surga. Tapi hatiku berkata, ada jalan lain menuju surga selain berbagi suami dengan wanita lain.Dulu, tak pernah terbayangkan skenario hidupku akan terjebak dalam kemalangan, dan kesedihan. Sebelum ada sosok tampan yang melengkapi kehidupanku.Kang Yana bagiku adalah sosok tampan yang berwibawa. Namun kecacatan dirinya telah membagi perasaan, membuat mata dan hatiku tertutup akan hal itu.Awalnya dia menyelamatkanku dari kemalangan, lalu menjatuhkanku lagi pada jurang kemalangan yang lebih dalam.
Aku memilih menjauh dari mereka. Meski hati ini tak rela membiarkan lelaki yang kucinta berdua dengan wanita lain. Aku berjalan dengan cepat kearah rumah. Tak peduli harus berjalan seberapa jauh, asal aku bisa menghindar dari mereka.Tak ingin menyaksikan drama antara Suci dan Kang Yana lagi. Cukup saat di rumah sakit aku melihat mereka bermesraan, menyaksikan sikap agresif Suci yang membuatku jijik.Perih dada ini,Allahapa yang seharusnya aku perbuat saat situasi seperti ini menghimpitku? Tidakkah Engkau memberi satu kebahagiaan yang memihak padaku? sebentar saja, aku ingin merasakan kebahagiaan itu tanpa harus dikejar oleh wanita itu. Wanita tak tahu akhlak yang selalu mengusik kehidupanku.Gadis kecil yang dulu selalu kuutamakan dalam urusan segala hal. kini gadis kecil
Dengan susah payah mencoba bersikap seolah semua tak pernah terjadi. Aku berupaya melupakan Kang Yana dan Suci, namun bayangan tentang mereka tak kunjung menghilang dari pikiran.Hari sudah semakin larut. Mata enggan untuk terpejam. Menutup tubuh dengan selimut, lalu membukanya lagi dan terjadi berulang. Berkali-kali menghela nafas panjang mencoba menstabilkan jantung yang berdetak tak karuan.Allahapa Kang Yana memang hanya bersandiwara mencintaiku, gara-gara aku pernah ditinggal oleh almarhum kakaknya dan dia merasa bersalah, kemudian menebusnya dengan menikahiku? Ah, sulit ditebak dan masih saja otakku berputar memikirkan mereka.Orang bilang Kang Yana itu saleh, mengerti agama dan pandai berdakwah. Memang bisa dibilang begitu. Bahkan, Aku sempat mendengarnya berdakwah satu kali saat acara pengajian di kampungku sebe
Perlahan aku berjalan menuju konter yang berukuran lumayan besar. Mungkin empat ruko digabung menjadi satu bangunan dan dibuat dua lantai dengan warna cat merah.Langkahku terhenti memandang tulisan besar yang terpampang ditembok bagian depan bangunan, "Aa Celluler". Bayangan Kang Yana yang tadi berdiri didepan konter, menghilang begitu saja. Ah, halusinasku terlalu liar. Mana bisa Kang Yana hadir disini."Bu, Bu, Bu Soraya!" Teguran Bradley mengembalikan otak normalku."Ah, iya maaf! ayo kita masuk!" Ajakku pada pemuda berkemeja merah dan celana jeans hitam yang berdiri dihadapanku. Entah, mungkin dia memperhatikan gerak-gerikku sejak tadi. Aku jadi merasainsecure, mungkinkah dia memperhatikan tingkahku yang mulai nggak jelas? Terkadang melamun, terkadang marah-marah.
Adhyana AfradhySalahkah jika diri ini tak henti membayangkan sosoknya, saat rindu itu telah benar-benar mendesak?Kulihat dari lantai dua, Soraya hendak duduk dikursi depan etalase. Wanita cantik nan mungil yang sangat kucintai. hari ini dia terlihat sangat cerah. Pakaian set blazer warna coklat susu yang membalut tubuhnya, pashmina dengan warna sepadan membuat wajahnya terlihat lebih muda dari umurnya."Benarkah, aku terlihat cantik Kang?" Pertanyaan itu membuatku tersenyum kasmaran saat itu. Saat dia mengenakan kebaya dan duduk disampingku setelah akad. Dia selalu mengulang pertanyaan itu. Perasaan wanita memang selalu tak percaya diri jika belum dipuji oleh lelaki yang dicintainya. Termasuk Soraya, dia selalu merasa sudah tua dan merasa tidak percaya diri jika sedang didepanku.
Tidak dibenarkan dalam islam menyekutukan allah atau mempercayai selain pada Allah. Bahkan Allah tidak mengampuni dosa syirik. Sesuai dalam ayat alquran yaitu:“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.”(QS. An Nisa: 48)Soraya AlmahyraBertemu lagi dengan Kang Yana membuat perasaanku kembali bergetar tak menentu. Kenapa selalu ada Kang Yana? Keberadaanya Mengganggu pikiranku yang sudah susah payah mengubur perasaan cinta dan luka yang mengerak dalam
Apa yang Suci rahasiakan selama ini?"Neng, Neng, kakuping? Cariosan Abah Kakuping teu?Cobi tinggal dina kertas anu ti abah"2Perkataan pak tua dalam telepon, kembali menyadarkanku dari pertanyaan yang berputar-putar dalam pikiran. Namun aku tak berani menjawabnya, hingga panggilan terputus.Kubuka tas Suci dan segera memeriksanya. Akhirnya kutemukan secarik kertas itu terselip dalam dompetnya."Lagi cari apa sih Bu, serius amat?" tanya Bradley mengagetkanku. Lalu dia duduk disebelahku.Aku tak menjawabnya, dan kembali fokus pada kertas itu. Dengan tangan gemetar kubuka kertas yang sedikit lusuh akibat bekas lipatan.[Kuncina elmu hikmahAsy
"Sora, Soraya, Tolong!"Samar, seperti suara seorang wanita berteriak dari luar. Mataku mendelik, keningku mengerut. Kutajamkan runguku agar bisa mendengar dengan jelas. Namun, sedetik kemudian, hening, teriakan itu tak lagi terdengar.Ah, mungkin ini hanya halusinasiku. Mana ada, sepagi ini ada orang berteriak meminta tolong di depan ruamah. Sedangkan, gerbang depan saja masih jauh dari pintu rumah. Ditambah lagi, masih digembok. Mana mungkin ada orang menerobos masuk.Aku menggeleng, berusaha menepis prasangka yang sekelabat menghantui pikiran. Tentang masa lalu yang membuat rumah tanggaku diambang kehancuran. Tentang wanita misterius yang selalu datang tiba-tiba dan membuat hidupku dihantui rasa khawatir, curiga dan merasa sangat terancam.Tidak, tidak mungkin. Lagi pula wanita itu sudah jelas adanya, dan mengaku semua kesalahan yang dia perbuat. Wanita itu sudah bertaubat di depan umum. Dia sudah mengakui segala per
Tibalah malam, malam yang selalu dinanti setiap pasangan pengantin. Ah, pengantin kadaluwarsa. Ya, aku dengan Kang Yana sudah lama menikah, tapi ini adalah kali pertama dia menyentuhku sedekat ini.Saat ini, ku tidak bisa menyembunyikan perasaanku yang berdebar hebat, sama seperti pertama kali Kang Yana mendekatiku. Sentuhan lembut tangannya membuat hati ini berdesir hebat, hingga menembus jantungku yang terasa semakin berdegup kencang. Napasku sungguh tak terkontrol."Sudah siap, Neng?" Kang Yana mendekatiku, lalu wajahnya hampir menempel dengan wajahku. Hidungnya yang bangir nyaris menyentuh hidungku. Tak ada sekat diantara kami. Kedua tangannya melingkar di pinggangku. Dia mendorongku pelan dan menempelkan bibirnya pada bibirku. Kami mengukir cinta yang abadi, di kamar indah yang penuh keromantisan. Memadu kasih dalam balutan kenikmatan surgawi. M
Malam pertama"Bidadari Aa, mau konsep bagaimana?"Kang Yana tiba-tiba memelukku dari belakang. Spontan, tanganku berhenti mengaduk bubur yang sedang kumasak untuknya. Dadaku berdesir. Nafasku kembang kempis. Bagaimana tidak? setelah dua bulan Kang Yana harusbed rest, inilah kali pertama dia menyentuhku sedekat ini. Hembusan nafasnya menembus jilbab menusuk telinga kananku hingga romaku berdiri.Jeda beberapa detik terdiam, jujur tak pernah terpikir olehku konsep seperti apa yang kuinginkan untuk acara resepsi pernikahan. Bagiku, kembali bersama Kang Yana sudah merasa sangat bahagia."Neng mah ikut Aa aja, kalau menurut Aa konsepnya bagus, Neng juga pasti suka."Aku Kembali mengaduk bubur
"Neng, ana uhibbuki fillah." Kang Yana menggenggam tanganku.Malu untuk menjawabnya, aku pun tersenyum membalasnya."Neng juga sayang Aa."______________________________________Brak!!!suara pintu terbuka menghentikan tanganku yang hendak menyuapi Kang Yana lagi.Sontak, kepalaku menoleh kearah pintu. Dan,,, spontan kakiku berdiri saat melihat sesosok perempuan diseret oleh Bradley masuk kedalam ruangan Kang Yana."Suci?" Akupun terkaget.Bradley mencengkram tangannya.Entah apa yang terjadi pada mereka, sampai-sampai Bradley memegang tangan Suci sebegitu eratnya."Ada apa Bradley? Kenapa kamu memegang tangannya seperti itu?"
Suci Rahma DhanySuci Rahma Dhani, ya itu memang namaku. Entah kenapa orang tuaku memberi nama itu untukku. Tapi nama itu telah mengutukku dalam guratan nasib kehidupan. Kehidupanku yang tidak seperti dongeng cinderella atau putri salju yang indah dikemudian hari.Sungguh tragis, semua yang kualami selalu berujung air mata. Dulu Adhyanuarta tidak pernah menyisakan hatinya setitikpun untukku. Dia malah membiarkanku terperosok dalam kesengsaraan batin.Ditambah lagi Kang Yana, hmmh Kang Yana? Geli rasanya mendengar panggilan itu dari mulut Soraya. Yah, Adhyana Afradhy. Memang dia adalah orang yang membuatku tergila-gila karena cinta.Memang, sebelumnya hatiku terkunci oleh Adhyanuarta alias kakaknya. Kakakmya yamg telah pergi membekaskan dendam dalam diri ini. Ya, awalnya aku hanya i
Seperti yang sudah-sudah, Bradley selalu menawarkan bantuan untukku. Meski dia pernah mengatakan perkataan yang konyol, tapi kuakui, pemuda itu termasuk salah satu tipe lelaki yang bertanggung jawab. Buktinya dari awal berangkat, hingga sampai akhirnya terdampar di klinik, dia masih terjaga disni. Mungkin dia juga merasa bersalah atas tertabraknya Suci."Sorry!! Aku tidak tahu, ternyata kamu sangat terpukul dengan kondisi wanita yang kutabrak tadi. Aku jadi merasa bersalah."Sesalnya sambil menundukkan kepala, seperti anak kecil yang meminta maaf pada ibunya ketika melakukan kesalahan."Tidak Bradley, kamu tidak perlu merasa bersalah! Semua sudah jadi jalan takdirNya. By the way, makasih udah jagain Suci tadi." Akupun tersenyum simpatik. Ternyata dia tak seburuk yang kukira. Dan aku berhar
Allah,Semua yang terjadi malam ini diluar dugaanku. Memang, aku mulai menikmati kebersamaan dengan Kang Yana. Tapi, masih saja Kang Yana menyembunyikan masalah sebesar ini?"Neng,"Suara itu mengagetkanku. Tiba-tiba Kang Yana sudah berada didepan pintu kamar mandi. Spontan aku menyimpan ponselnya kembali diatas kasur."Ayo Neng Aa antar lagi ke klinik! Bukannya Neng Khawatir sama Suci?"Suara Kang Yana sedikit tersenggal. Aku hanya mampu menatapnya mencari jawaban atas pesan yang dikirim dari dokter tadi, bahwa Kang Yana harus operasi. Namun tak ada tanda-tanda apapun. Kang Yana terlihat sehat-sehat saja didepanku."Neng, ayo!""Oh, iya ayo Kang!" Mungkin Kang Yana menyadari
Soraya AlmahyraMenjauh ketika rasa cinta mulai memudar?memang sangatlah mudah. Seperti saat aku mendengarkan rekaman suara desahan seorang wanita dimalam pertama, sungguh menguras emosi yang meluap-luap, ditambah lagi Suci yang selalu datang tiba-tiba menghantui kami.Tapi ternyata, suara desahan itu hanyalah rekaman dari ponsel Kang Yana.Ah, apa Kang Yana tidak menipuku? Apa memang alasannya karena penyakit yang dideritanya? hingga dia harus menonton video tak sewajarnya seperti itu. Penyakit apa sebenarnya? Atau aku yang terlalu bodoh? Tapi kenapa Kang Yana tidak terus terang dari awal pernikahan, kalau memang dia mempunyai penyakit?Pertanyaan-pertanyaan itu be
Pov Adhyana Afradhya ( Kang Yana)Tanpa direncanakan, pertemuan terjadi begitu saja. Kemanapun Soraya pergi, aku selalu menemukannya. Memang ini adalah salah satu harapan terbesar setelah dia pergi dari rumah, bersyukur bisa tetap menatap dan memperhatikannya walau dari jauh.Allah selalu mengabulkan doa hambaNya yang merintih. Meski dosa menggunung tinggi, selagi bertaubat, ampunan selalu Dia berikan. Begitupun denganku, niat memperbaiki diri dengan menjelaskan kesalah fahaman saat itu. Telah membukakan setiap jalan. Meski hambatan tak henti menghadang, kala mulut sudah mulai berkata.Ketika aku tengah menelepon dan meminta solusi pada sahabatku yang masih tinggal di Arab. tiba-tiba suara seorang wanita seperti tak asing datang dari belakang membuatku terkaget. Aku langsung terperanjat. Tak