"Aku tidak setuju jika kau harus menjual rumah ini. Rumah ini terlalu banyak kenangan. Selama ayah masih hidup jangan coba- coba kau jual rumah ini, Wang Yu!" seru Jang Jo Hoong keras."Memang kau perlu uang berapa, hingga kau harus menjual rumah ini? Jika kau jual, kami akan tinggal di mana? Apa kau tega membiarkan ayah dan ibumu ini menderita karena tidak memiliki tempat bernaung? Kecuali, jika kami berdua sudah mati, kau baru bisa menjual rumah ini dan menguasai harta ayahmu," sahut Yee So.Jang Wan Yo hanya mengangguk, "Baiklah kalau begitu. Aku pergi dulu," jawab Jang Wan Yo singkat.Jang Jo Hoong dan Yee So hanya bisa menatap kepergian putra mereka satu-satunya itu dengan perasaan hancur. Bagaimana mungkin, anak yang begitu penurut ketika kecil, saat baru memasuki usia dewasa menjadi anak yang suka memberontak dan melawan kepada orang tua. Bahkan Jang Jo Hoong merasa tidak di hargai sama sekali oleh anak mereka sendiri.
Haaaah....!!!"Jang Wan Yo terjaga dari tidurnya, hanya mimpi. Namun, ia merasa lehernya sakit seperti benar-benar habis di cekik. Ia menoleh ke sampingnya. Ara masih tertidur dengan pulasnya. Sama sekali tidak menyadari suaminya baru saja bermimpi buruk.****Sementara itu di bukit penantian, Dewa Lu Fei Tong sedang tertawa bahagia sambil melompat ke sana kemari. Membuat Dewi Xiang menggeleng dan memijit dahinya. "Kyaa...! Apa kau tidak bisa diam?! Aku pusing melihatnya," sergah Dewi Xiang. "Aku senang bisa mencekik lehernya. Dia sekarang ini pasti sedang merasakan lehernya sakit. Rasakan saja, anak durhaka seperti itu. Weey, Yee So dan kau Jang Jo Hoong, apa kau yakin, kau tidak melihat siapa orang yang membunuh dan menguburkan kalian?" tanya Dewa Lu.Yee So dan Jang Jo Hoong menggelengkan kepalanya. "Wajah mereka di tutupi, yang mulia," jawab Yee So. "Tapi, tadi dia sempat menyebutkan, 'kalian yang minta' artinya ada kemungkinan dia mem
Sudah beberapa hari ini Eun Tak terbaring sakit. Kim Min Jae sudah kehilangan akal untuk membujuknya supaya mau ke rumah sakit. Dan, 2 hari terakhir ini kondisinya semakin parah. "Ayolah, Eun. Kau harus ke rumah sakit. Jika di biarkan kau akan bertambah sakit. Aku tidak mau melihatmu seperti ini," bujuk Kim Min Jae. "Kasian Hyun jika aku ke rumah sakit. Aku hanya akan menghabiskan banyak biaya untuk berobat ku nanti.""Kau ini bicara apa?! Hyun tidak akan merasa keberatan. Ayo, kita ke rumah sakit sekarang juga. Ini sudah seminggu, dan dua hari terakhir kondisimu makin parah.""Bawa saja bibi Eun Tak sekarang, bu. Ayo, kita bawa bibi Eun ke mobil. Kita bawa ke rumah sakit."Kim Min Jae menarik napas lega melihat kedatangan putrinya. "Tidak usah, Hyun. Bibi tidak apa-apa.""Kalau bibi sayang kepadaku, bibi akan mengikuti ucapanku. Ayo, Bu kita bawa saja," ujar Hyun Jae. "Biar aku saja yang menggendong bibi Eun ke mobil, Hyun."Hyun
Kim Yoona mengerucutkan bibirnya sambil menatap ayah dan ibunya. "Ayolah, Bu. Kami hanya menginap di villa milik Young Mi. Lagipula ada Young Mi dan Soo Young dan Aeri.Ada pula kakak Young Mi, Seo Jun. Boleh ya, bu," bujuk Kim Yoona. "Tapi, perasaan ibu tidak enak. Lebih baik kau jangan pergi, Yoona.""Aku akan baik- baik saja, bu. Lagipula, aku ini bukan anak kecil lagi!" Kim Yoona mulai merajuk. "Sudahkah, bu. Izinkan saja. Aku pusing mendengar dia merengek seperti itu."Yoona pun bersorak gembira. San Ook ayahnya memang lebih gampang di bujuk apalagi jika ia sudah merengek seperti tadi.Suasana di villa Young Mi terasa sangat nyaman. Apalagi kedua orang tua Young Mi juga sudah menyiapkan banyak sekali makanan untuk mereka makan. Malam itu mereka habiskan dengan menonton film dan makan cemilan yang ada. Namun, tiba-tiba saja, listrik di villa itu mati. Seon Jun langsung mengintip keluar. Ternyata villa milik tetangga mereka menyala. "
Kim Yoona menunjukkan tempat di mana ia di kuburkan. Ia menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya dan teman-temannya sambil menangis sedih. "Aku menyesal sekali tidak menuruti nasihat kedua orang tuaku. Terlebih ibuku. Aku menyesal selalu membantahnya.""Aaah, kau di sini rupanya. Kami mencari sejak kemarin. Kau harus ikut kami, teman-temanmu tidak mau reinkarnasi jika kau tidak ikut bersama mereka."Ketiganya menoleh dengan cepat ke asal suara. Ternyata Hyun Jae mengenal mereka sebagai malaikat maut 334 dan 233 , Xiau Ling dan Jang Jo Yun. "Kalian lagi, jadi kalian yang bertugas menjemput Kim Yoona?" sapa Hyun Jae. "Hyun Jae, ah, malaikat maut 888 , Kim Young Jo. Maaf, kami tidak tau," kata Xiau Ling. "Kawannya yang lain saat ini berada di Jeongwol. Mereka tidak mau reinkarnasi jika kawannya ini tidak ditemukan. Dewa Jug Eun menyuruh kami mencarinya sampai dapat. Kami takut, jika sampai kami mendapat hukuman," ujar Jang Jo Yun.Kim
"Lorong yang tadi kalian lalui adalah lorong kematian, Ryung!!" Seru seseorang. Ryung dan ketiga kawannya langsung menoleh ke asal suara. Betapa kagetnya mereka saat melihat Young Mi, Soo Young, Aeri, Kim Yoona da Seon Jun berdiri mengelilingi mereka berempat. Nampak kondisi mereka begitu kotor dan mengenaskan. Sama seperti ketika mereka menguburkannya."Ka- kalian sudah mati! Jangan mengganggu kami, pergi!" pekik Harold dengan keras. Young Mi nampak melotot dan berjalan mendekati Harold sementara Seon Jun juga mengikuti langkah adiknya."Kyaaa...!! Kalian jauh - jauh, jangan mendekat, atau kami akan berteriak!" ancam Ryung."Hahahha... Berteriak? Berteriak saja, kau pikir siapa yang akan mendengar suara kalian?!" hardik Kim Yoona penuh kemarahan.Ryung dan kawan-kawannya bertambah ketakutan. Mereka mencoba untuk berlari, namun kemanapun mereka berlari selalu membawa mereka kembali ke tempat itu. Membuat kelima arwah itu tertawa terbahak-bahak. "Kalian ti
Tae Jon Hyong menatap surat panggilan dari kepolisian yang baru saja ia terima. Ia langsung memanggil Tae Shik putranya. "Apa yang kalian perbuat di villa kemarin?" tanya Jon Hyong pada putranya. "Hanya merayakan ulang tahun Mal Chin, setelah itu kami pulang di pagi harinya," jawab Tae Shik. "Sekarang juga, ikut aku ke kantor polisi," ujar Tae Jon Hyong dengan tegas. Tae Shik menelan salivanya. Ia merasa sedikit ketakutan. Bagaimana jika mereka ketauan sudah melenyapkan nyawa orang lain? Namun, Tae Shik paling takut jika ayahnya sudah marah. Maka ia pun segera mengikuti langkah ayahnya menuju ke kantor polisi. Sesampainya di kantor polisi mereka langsung menghadap. Hyun Jae dan Detektif Park nampak memang sudah menunggu kedatangan mereka. "Tuan Tae Jon Hyong?"sapa detektif Park Moon sik dengan ramah. Tae Jon mengangguk ramah. "Betul, sebenarnya ada masalah apa , sampai kami di panggil ke kantor polisi seperti ini?""Beberapa hari yang l
San Ook dan Chung Cha bergandengan tangan. Mereka memandang ke sekeliling mereka. Pemandangan begitu indah, namun entah di mana mereka kini berada. Tiba-tiba, dari kejauhan mereka melihat Kim Yoona berlari menghampiri mereka. "Ayah... Ibu...!"San Ook dan Chung Cha memeluk putri mereka dengan perasaan hancur. "Yoona, maafkan ayah. Seharusnya ayah tidak membiarkan kau pergi. Seharusnya ayah tidak menjadi lemah hanya karena isak tangismu. Maafkan ayah, nak," ujar San Ook. Kim Yoona menggelengkan kepalanya. "Jangan pernah menyalahkan diri ayah sendiri. Ayah dan ibu tidak bersalah. Yang terjadi malam itu karena kecerobohan kami sendiri. Kami terlalu abai pada keselamatan diri kami. Dan, kami lebih mementingkan untuk bersenang- senang dan mencoba sesuatu yang baru. Kami terlalu penasaran untuk mencoba sesuatu yang sebenarnya kami tau bahwa itu tidak baik. Tapi, kami tetap melakukannya. Maafkan kesalahanku, ayah, ibu," ujar Kim Yoona.Chung Cha tak ma
_ 200 tahun laluYue Ying, akan berbahaya jika kau menyamar sendiri di sana. Di daerah musuh, bahkan kau masuk ke istana dan menjadi dayang utama jenderal perang mereka. Apa kau sudah tidak waras lagi?!" Hardik Kaisar Guan. Putri Yue Liang hanya tersenyum kecil, "Tidak akan ada yang curiga. Lagipula, siapa yang berani mengganggu datang utama seorang jenderal besar? Kau terlalu khawatir, yang mulia," Yue Ling sambil mengibaskan tangannya. Kaisar Guan hanya bisa menggelengkan kepalanya. Adik bungsunya ini memang keras kepala."Biarkan saja, adikmu itu memang sangat keras kepala. Kau larang maka dia akan semakin nekad. Yang penting dia selamat tidak kurang suatu apapun."Kaisar Guan menatap sang Ibu. Ibundanya benar. Yue Liang sangat keras kepala. Tapi, Kaisar Guan curiga jika ada rencana lain yang sedang di lakukan Yue Liang tanpa sepengetahuannya."Tapi, firasatku mengatakan, bukan untuk menjadi mata- mata saja Yue di sana. Apa dia jatuh cinta kepada Kaisa
Lee Kuan Si melepaskan pelukan dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. Ia menatap Diao Chan penuh kelembutan."Mungkin selama ini aku terlalu takut untuk menyatakan perasaanku sendiri dan aku selalu saja mengganggu dirimu. Bahkan sejak kecil mungkin kau menganggap aku sangat menyebalkan. Aku minta maaf Diao Chan. Tapi, malam ini, aku ingin menyudahi semuanya."Sebenarnya, saat aku berkata kau jelek, kau itu sangat cantik, hanya saja aku terlalu gengsi mengakui. Saat aku mengatakan kau menyebalkan, aku sesungguhnya sedang merindukan dirimu. Dan, saat aku bersikap tak acuh padamu, sebenarnya saat itu aku sedang cemburu, karena perhatian dirimu terbagi tidak hanya tertuju padaku. Aku cemburu jika kau dekat dengan Lee Jian Si kakakku sekalipun. Aku juga kesal jika kau tersenyum manis pada pemuda lain yang terang- terangan menyukaimu. Aku hanya mau kau menjadi milikku."Jadi, malam ini aku memberanikan diri untuk mengutarakan isi hati
Tamu yang di undang sudah hadir malam itu. Selain kawan sekolah Diao Chan, nampak juga beberapa rekan kerja ayahnya. Diao Chan nampak cantik dengan dress yang bertemakan Snow White lengkap dengan mahkotanya. Gadis itu memang menyukai tokoh-tokoh kartun sehingga kali ini ia merengek meminta pakaian yang persis dengan tokoh kartun putri salju. Sedikit kekanakan memang untuk gadis remaja sepertinya. Namun, Diao Chan tak peduli. Lee Kuan Si datang bersama kakak dan kedua orangtuanya. Wajahnya penuh senyuman, dan saat melihat Diao Chan untuk sesaat ia merasa sedikit gugup. Namun, ia teringat ketika ia tak sengaja mendengarkan isi hati gadis itu."Cantiknya calon menantuku ini," ujar Cha Yujin sambil memeluk Diao Chan."Bibi ini, bisa saja. Terimakasih, bibi Cha. Mana kak Kuan dan kak Jian juga paman Lee?" tanya Diao Chan. Cha yujin langsung menunjuk suami dan anaknya yang nampak sedang menikmati hidangan makan malam yang telah di sediakan dan bergabung
_10 TAHUN KEMUDIAN_ Tak banyak yang terjadi selama 10 tahun terakhir semenjak Yukio berbicara dengan Miok So. Gadis itu tetap sendiri dan memutuskan untuk tidak menikah, nyonya Han Cae Young meninggal 5 tahun yang lalu. Dan tuan Choi menyusul setaun kemudian. Dan saat ini Jan Mi Aeri tinggal bersama Choi Tae Eul putrinya dan juga menantunya. Ya, nona Choi tumbuh menjadi gadis yang cantik. Jaksa yang sangat loyal dan memiliki kinerja yang luar biasa baik. Ia terkenal sebagai Jaksa yang jujur dan juga baik hati. Sangat bertolak belakang dengan kehidupannya saat menjadi selir kaisar. Lee Jeon Si tetap dalam dunia politik. Setelah terpilih menjadi gubernur Seon selama dua periode, tahun ini dia di angkat menjadi wakil Perdana menteri. Dan, Yukio tetap bekerja dengannya. Sementara Lee Jian Si yang memutuskan untuk mengikuti jejak sang ayah. Lee Kuan Si memutuskan menjadi seorang polisi. Dan Yukio merasa heran dengan pilihan Kuan Si.
Kim Young Jo dan Guan Si memeluk Hyun Jae dengan erat. Hari ini mereka akan berpisah. Kim Young Jo dan Guan Si akan reinkarnasi lebih dahulu. Sementara Hyun Jae menyusul. Selesai sudah tugas Kim Young Jo dan Guan Si sebagai malaikat maut."Aku duluan, kau baik- baiklah di Jeongwol," ujar Kim Young Jo. Hyun Jae mengangguk."Kalian harus rukun di kehidupan yang akan datang kelak, " sahut Hyun Jae. Guan Si hanya tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Hyun Jae. Mereka memang sering kali bertengkar."Aku pamit Yue Liang," ujar Guan Si sambil memeluk Hyun Jae penuh kasih sayang."Hati-hati kak. Aku sangat menyayangimu. Saat dalam kehidupan kita yang sebelumnya, aku sangat menyayangi dan mencintaimu kak. Kau adalah panutan. Aku sangat mengagumimu. Maafkan aku ya, jika aku seringkali membantah perkataanmu. Tapi, kau adalah kakak yang terbaik untukku.""Maafkan aku juga Hyun. Aku sangat sering menyakiti sebagai seorang kakak aku ter
Yukio tersenyum pada Luna."Terimakasih kak, kakak mau datang dan mendoakan kakakku. Aku senang, kalau dulu kak Hyun ternyata pernah membantu kakak. Dan aku senang apa yang kakakku lakukan ternyata sangat membantu kehidupan kakak.""Kau tidak boleh bersedih ya, kakakmu adalah orang yang sangat baik.""Iya kak. Aku bahkan merasa bahagia dan bangga pada almarhum kak Hyun karena beliau sudah membantu orang lain dengan sangat baik.""Iya, aku percaya kakakmu akan segera reinkarnasi dengan baik. Dan pasti dengan kehidupan yang jauh lebih baik lagi, dan kau harus kuat dan tetap tersenyum. Apalagi yang aku dengar kakakmu meninggal saat menjalankan tugasnya menyelamatkan orang lain. Itu adalah karma baik yang sangat luar biasa. Satu nyawa berkorban untuk menyelamatkan beberapa nyawa. Itu adalah perbuatan yang sangat mulia," Ujar Luna. Yukio tersenyum dan membungkuk memberi hormat."Sekali lagi, terimakasih kak."Luna menganggukkan kepalanya dan berl
Hampir semua rekan- rekan Hyun Jae dari kepolisian hadir di rumah duka, bahkan beberapa orang yang pernah Hyun Jae tolong pun datang. Dia adalah Luna. Dengan menggandeng seorang bocah yang cantik."Yukio, aku turut berdukacita ya. Kakakmu dulu pernah menolongku. Jika tidak ada kakakmu aku mungkin sudah tidak ada di sini. Dan juga tidak akan ada Jia Li. Aku juga tidak akan mendapatkan pekerjaan yang baik. Semua ini berkat pertolongan kakakmu. Aku dan keluargaku berhutang nyawa pada letnan Hyun Jae. Semoga saja, letnan Hyun bisa reinkarnasi dengan baik dan kelak hidup dengan bahagia." Luka berkata dengan lirih sambil menepuk baju Yukio perlahan."Terimakasih sudah datang kemari, kak...""Luna. Namaku Luna.""Kalau boleh tau, apa yang kakakku lakukan dulu kepadamu?" tanya Yukio. Luna tersenyum...***_12 tahun yang lalu_Sementara itu, Luna nampak begitu putus asa. Ia menatap Choi yang sedang tertawa licik di
Mlok So menatap dewi Xiang tak percaya."Maksudnya paduka? Hyun Jae meninggal dunia? Dan untuk beberapa bulan ia akan tinggal di Jeongwol?" tanyanya memastikan. Dewi Xiang mengangguk"Ya, Miok So. Dia akan segera reinkarnasi juga. Kau bisa menyuruh para pegawai untuk membersihkan kamar no 1888 untuk Hyun Jae."Miok So menatap punggung Dewi Xiang yang berjalan menjauh. Rasanya tak percaya mendengar kabar itu. Hyun Jae ingat bagaimana dulu pertama kalinya ia bertemu dengan Hyun Jae.***Setelah mengurus dan menangkap para penjahat dan juga memberikan instruksi pada anak buahnya yang lain, kapten Jo Young segera menuju rumah sakit Seon. Di sana nampak Myeong Na Ri, Yukio dan juga seorang gadis. Kapten Jo langsung menghampiri mereka."Bagaimana Hyun Jae?" tanyanya."Masih di ruang operasi, kapten," jawab Myeong Na Ri dengan lirih. Sementara itu Yukio nampak duduk dengan tatapan mata yang kosong dan hampa. Sement
Hyun Jae menghela napas panjang. Kemarin, Yukio juga sangat mengkhawatirkan dirinya."Kau ini seperti Yukio saja.""Jelas saja, Hyun. Jika aku yang berada di posisi Yukio aku sudah pasti akan sangat mengkhawatirkan dirimu." Tiba-tiba saja Hyun Jae mendengar Kim Young Jo memanggilnya"Aku.ada di luar villa. Apa kau sudah coba membuka kamar pribadi itu?""Belum, tapi aku bertemu dengan Liu Jin. Dan, dia benar-benar sudah tua. Hanya saja, ada iblis yang mengikutinya kemanapun dia pergi. Dan, iblis itu mengerikan sekali. Dia bertubuh tinggi berbulu, besar dengan empat kepala dan juga membawa tombak bermata 5. Matanya merah menyala. Jujur seumur hidup baru kali ini aku merasakan takut melihat makhluk gaib," kata Hyun Jae. . Kim Young Jo menghela napas. Ia menatap pada Guan Si dan para dewa. Lalu mengatakan apa yang Hyun Jae katakan padanya."Kita akan masuk, Young Jo. Iblis itu terlebih dahulu harus kita tangkap dan mu