Happy reading ;)
-----------------
"Emily?" tanya Eve menggoyah lengan wanita itu. Emily menyadarkan diri dan berdehem canggung lalu berbalik menatap Eveline. Sementara Daryl, pria itu melirik ke arah pandang Emily.
Ia tersenyum simpul dan kembali menatap wanita di hadapannya. "Kau mau aku berikan kejutan, honey?" Daryl mencondongkan wajah mencoba mengikis jarak.
"Hentikan apapun yang ingin kau lakukan," balas Emily sarkas. Rahang pria itu mengetat tak suka. Bagaimana bisa Emily begitu setia pada pria brengsek seperti Mike.
"Kalian tidak makan? Berhentilah berkelahi." Eveline mulai menyantap makanan di sana.
"Sepertinya aku akan pergi ke toilet." Emily berdiri dan bergegas menuju toilet.
"Emily!" seru Daryl dan mampu menghentikan langkah wanita itu. Tak hanya Emily, semua pengunjung menoleh karena kerasnya suara itu. Termasuk Mike yang tengah berbincang dengan Angelina dan juga Jeff.
Daryl dengan cepat menyusul Emily, meraih le
Happy reading ;)----------------"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu cheri." Mike kembali menyesap bibir Emily secara perlahan namun kuat. Ia benar benar tak membiarkan wanita itu untuk berkilah atau menghindar sedikitpun."Kau memang pria brengsek," ujar Emily di sela ciuman mereka."Yeah, aku brengsek karena terlalu kuat menginginkan mu." Mike menjauhkan wajah memberi jarak."Kau bahkan masih bisa membual saat baru saja kau melamar seorang wanita." Emily menyeringai, tak ia sangka bahwa prianya memang bastard."A-apa?" Mike mengernyit menatap wanitanya dengan tatapan tak percaya."Jadi, kau salah paham?" Pria itu menghela nafas panjang. Ada kelegaan di hati namun tetap saja ini terasa konyol. Bagaimana bisa wanita itu mengira bahwa ia melamar Angelina?"Ah terserah padamu. Lebih baik kau lepaskan aku Mike!" Wanita itu menatap tajam Mike dan menghempas tangan pria itu yang mengukungnya."Hahahaha astaga.. ." Mike menut
Happy reading ;) ----------------- "Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Jeff saat mereka memutuskan jalan bersama setelah di tinggalkan oleh empat orang yang saling membenci. "Kau bahkan melihatnya, mengapa kau bertanya?" Eve mendelik sebal seraya melipat kedua tangan di dada. Jeff mendesah kasar. Benar, harusnya ia tak perlu bertanya pada wanita aneh yang sekarang tengah berjalan berdampingan dengannya. "Tunggu." Eveline menghentikan langkah dan berbalik menatap Jeff. "Bagaimana kau bisa berada di restoran yang sama?" "Entahlah, ia sendiri yang memiliki janji untuk bertemu di sana." Jeff kembali berjalan dan menghirup udara malam. "Memang kalian pergi kemana saja?" "Hanya ke kantor cabang dan bertemu wanita tadi, sepertinya ini rencana bodoh." Jeff menggaruk kepala yang tak gatal. "Maksudmu?" "Ya, aku tahu rencana mengenai Mike yang akan melamar adikku tapi, bukankah bodoh saat mereka bertemu di t
Happy reading ;) ------------------- "Cincin ini telah tersemat di sini. Lalu.. bisakah aku mengatakan tidak?" Wanita memandang kembali walnut Mike dengan segudang tanya. "Tidak bisa," jawab Mike cepat. Bagaimana bisa wanita itu menanyakan hal bodoh seperti tadi. Ia bahkan tak ingin mendengar sedikitpun kata penolakan darinya entah itu berupa tanya atau pernyataan. Yang jelas ia akan menggila jika wanita yang di cintai menolak lamarannya. Sementara Emily, ia tergelak bebas. "Baiklah aku akan menjawab, Ya." Wanita itu tersenyum seraya mengusap kembali dada bidang Mike. Namun kali ini terasa lapang dan manis karena cincin itu pun ikut serta mengusapnya di sana. "Katakan sekali lagi. Ah tidak perlu, aku terlanjur bahagia dengan jawaban tadi." Saat itu pula Mike membawa tubuh Emily berada dalam kuasanya. "Lagi?" Wanita itu tersenyum mengangguk setuju. Tak menunggu lama, Mike segera membawa tubuh mereka menyatu dalam balutan cinta kasih. Ia
Happy reading ;) ------------------ "Aku perlu bantuanmu saat ini Emily," ujar Vin Hogan di sebrang telepon. "Baiklah, akan ku urus nanti," jawab Emily seraya mengepalkan tangan di sisinya. "Spasibo (terimakasih)." "Hmm." Wanita itu menutup telepon dan memasukkan ponsel kembali ke dalam saku. Sementara Jeff ia tahu telepon itu dari sang bos mafia mereka. Namun apa yang menjadi pembicaraan mereka barusan? "Siapa?" tanya Mike seraya menghampiri Emily di dalam pantry. "Emm tidak penting," jawabnya mengangkat bahu. "Aku ingin tahu." Mike memasukkan kedua tangan ke dalam saku. Sedang Emily ia menunduk dan menghela nafas panjang. Ia memainkan jemari ragu. "Bos kami, ia meminta bantuan kita." Wanita itu melirik Jeff yang juga menatapnya serius. "Loginova?" tanya Mike meyakinkan. "Tidak, bukan. Ia emm.. ." Seketika lidahnya kelu, bagaimana bisa menjelaskan tentang siapa Vin. Dan bagaimana reaksi Mike saa
Happy reading ;)-------------------Hembusan angin siang ini benar benar memuakkan. Bagaimana tidak ia bahkan tengah berdiri di atas helipad salah satu hotel di paris. Keputusannya untuk mengikuti sang wanita benar benar terjadi. Ia harus membatalkan tiket pesawat dan menunggu helikopter milik Vin menjemputnya. Sedang Eveline, ia memilih kembali ke New York dengan Yacht miliknya.Benarkah pria itu juga seorang millionaire sama seperti dirinya? Sedetik kemudian ia mengingat obrolan nya bersama Jeff beberapa hari yang lalu, Vin Hogan Kiel. Ya, itulah namanya.Emily melirik Mike sesaat sebelum helikopter bertuliskan Bratva mendarat tepat di hadapannya. Wanita itu mengangguk pada Mike. Sejujurnya ia tak ingin pria itu masuk dan menyaksikan apa yang akan ia lakukan.Tetapi, ia pun tak dapat menolak ketika mendengar hasil negosiasinya dengan Loginova. Memang sebaiknya pria itu mengetahui semua yang akan ia lakukan. Wanita itu menghembuskan nafas panjang
Happy reading ;)-------------------Walnut cokelat Mike menyipit mendapati helikopter nya mendarat sempurna di helipad. Lagi lagi Jeff benar. Bos mereka memiliki kekayaan melebihi dirinya. Tiga private jet dan koleksi mobil Audi R8 memenuhi jarak pandangnya, terlebih apa ini?Markas yang Emily maksud bukan markas yang seperti Mike bayangkan. Markas bos mereka lebih tepat di katakam penthouse luxury yang begitu mewah.Satu tepukan di bahu Mike membuat ia sadar dan menarik diri. "Tak perlu membandingkan kekayaannya denganmu. Kalian sama sama kaya," ujar Jeff seraya melahap permen karet dan berlalu meninggalkan mereka.Kedua kalinya Mike melihat beberapa orang yang berada di sana menyambut kedatangan mereka terlepas dari sikap hormat terhadap Emily bak seorang ratu.Sepatu hitam Mike membawanya bersanding dengan Emily hingga langkah itu terhenti saat seorang pria dengan perawakan tinggi menghadap mereka."Selamat datang Miss Emily, Mr F
Happy reading ;)------------------"Dan katakan bagaimana aku mengeluarkan mu dari neraka ini?" Mike benar benar mencengkram lengan Emily kuat. Bagaimana bisa ia hanya berdiam diri sedang wanitanya ber perang di luar sana?Apa yang harus ia lakukan pun tak akan mengubah keadaan bahkan keputusan sesuai harapan. Tak bisakah wanitanya menyerahkan tuga pada Jeff atau pada Fyodor? Ia yakin kekuatan seorang laki-laki lebih besar dari wanita."Kita akan membicarakannya setelah aku kembali." Emily mendesah samar. Ia meraih anti peluru lalu memasangnya."Emily, bagaimana jika kau tak kembali?" Kali ini Mike benar benar putus asa. Ia ingin menyelamatkan nyawa Emily tetapi wanita itu bersikukuh untuk tak ikut campur atau terjun ke dalam masalah ini."Maka dari itu, tunggulah. Jika kau memaksa pergi, aku tak menjamin keberhasilan berpihak padaku. Mengertilah, this is my job." Wanita itu meraih sepatu boots hitam dan duduk di soffa tak jauh dari sana.
Happy reading ;)-----------------Malam ini terasa panjang, berkali kali ia menuju pintu utama markas hanya berharap kekasihnya datang sesuai janjinya. Ratusan kali pula ia melirik jam yang hanya bergerak beberapa detik saja.Mike menghela nafas panjang, ia mengusap wajahnya gusar sebelum melangkah pergi menuju ruang tamu di sana. Caspar akhirnya menghampiri Mike yang sedang duduk dengan menengadahkan kepala. Pikirannya melayang pada apa yang seharusnya tak terjadi."Minumlah," ujarnya seraya meletakkan botol tequila dan dua gelas ramping nan tinggi. Mike menatap pria itu datar."Ia wanita terkuat disini setelah bos kami, maka dari itu kami begitu menghormatinya." Caspar menuangkan tequila pada gelas kosong. Mike meraih gelas tersebut dan menenggaknya hingga tandas."Emily, ia justru tak suka jika terlalu banyak pasukan yang ikut dalam salah satu misinya. She is a cold blooded killer, baginya banyaknya pasukan hanya akan membuatnya mati."
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil
Happy reading :) --------------- Setelah berdebat panjang dengan kepala perawat, Mike akhirnya di biarkan pergi mengikuti Emily dengan satu perawat yang mendampinginya. Ia bahkan mencari tempat bersembunyi agar tak terlihat oleh Emily. Nyatanya ia tak menyesal bersusah payah untuk sampai ke lantai teratas gedung rumah sakit. Mike mendengar semua perbincangan mereka hingga ikut merasakan sakit terlebih saat Emily menangis dalam pelukan Loginova. Ia tahu lingkungan kriminal wanitanya hanyalah bentuk perlindungan diri. Fakta jika mereka akan saling melindungi lebih besar di banding orang orang yang sekedar teman atau sahabat biasa dengan menjalani harinya yang biasa saja. "Sir, waktumu tak banyak," peringat perawat. Mike mengangguk singkat. Ia kembali ke kamar dengan di bantu perawat tadi. Sesampainya di ruangan, Mike menaikkan selimut hingga pinggang dan matanya terpejam. Tetapi bayangan itu tak kunjung sirna, ia be
Happy reading ;)-------------------Angin malam menembus epidermis Emily melalui celah jaket kulit yang ia kenakan. Wanita itu sesekali melirik jam tangan menunggu kehadiran Loginova.Rambut golden blonde itu bergerak seiring lembutnya udara saat ini. Emily bersandar pada railing besi sesekali memainkan sepatu bersamaan dengan pandangan yang tertuju pada gemerlap kota di bawah sana."Baby, sudah lama menunggu?" tanya Loginova tepat di belakangnya. Emily menoleh menatap wanita tua yang sudah begitu berjasa dalam hidupnya.Bibir tipis yang selalu berucap sarkas dan kasar itu masih setia terbalut lipstik merah darah seolah menggambarkan dirinya sendiri. Emily menyunggingkan senyum dan duduk di kursi panjang.Sementara Loginova setia berdiri dengan melipat kedua tangannya. Tatapan matanya melekat pada gerak Emily yang berubah.Emily sengaja memilih bertemu di atas gedung karena banyak pembicaraan yang harus ia lakukan. Wanita itu menghem
Happy reading ;)-----------------Mike tak bisa menyembunyikan amarahnya setelah mendengar semua rencana, perbuatan mereka terhadapnya. Bukan, bukan hanya padanya tetapi pada hubungannya dengan Emily.Sebegitu besarkah keraguan mereka pada Emily? Atau apakah dirinya di anggap lelucon dan hal yang mudah untuk di mainkan? Mike menghembuskan nafas kasar.Ia tak dapat bergerak lebih mengingat luka di area perutnya masih terasa sakit. Sementara Emily terdiam mengamati raut wajah prianya yang mengeras menahan kesal."Mike, it's okay. Tenangkan dirimu." Emily mengusap tangan Mike lembut. Ia mengerti perasaan Mike, namun mengungkapkan amarah seperti tadi hanya akan membuat luka perutnya lebih sakit."Mengapa mereka bersikap seperti itu? Apakah kita seperti boneka yang bisa mereka mainkan sesukanya?" Kening Mike menukik dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar yang berusaha ia tekan."Mike, aku mengerti. Aku pun ingin sekali marah tapi, jika