Happy reading ;)
--------------
Mike berlari meraih handle pintu kamar mandi saat walnut cokelatnya menemukan Emily tengah terduduk di bawah tetesan air shower yang memendam suara tangis itu.
"Emily?" lirih Mike terpaku saat bahu wanita itu meninggi dan bergetar, tak pernah ia menyaksikan wanita angkuh dan dingin ini begitu terpuruk. Apa yang menjadi alasan liquid itu mengalir bersama air shower saat ini? Apakah dirinya?
Langkah Mike perlahan menemui wanita itu, sesaat ia justru seakan ikut terluka saat tangan Mike hendak menggapai bahu wanita itu. Ada rasa yang tertusuk hanya dengan melihat wanitanya seperti ini.
Namun, tekad pria itu kembali meraih Emily. Emily dapat merasakan hangatnya telapak seseorang pada bahunya yang dingin, ia ragu. Terlebih ia tak suka jika seseorang menemukannya dalam keadaan terpuruk seperti ini.
Perlahan Mike meraih bahu wanita itu membantu berdiri, tak ada hasrat ata nafsu saat walnut cokelatnya memindai tubuh p
Hallo readers setelah sekian lama menanti, maafkan aku baru hadir kembali ;)Happy reading ;)-----------------Mentari pagi kembali mengisi celah diantara letupan panas yang masih terasa di balik selimut tebal menyisakan peluh nikmat atas gairah yang berkuasa semalaman.Emily mengernyit mencoba menetralkan cahaya yang menelusup menekan kelopak mata. Hendak memaksa sang pemilik raga untuk menyambut kehangatan yang ia hantarkan.Emily memposisikan diri untuk bangkit namun rasa sakit di seluruh tubuh membuat ia mengurungkan niatnya dan lebih memilih kembali membaringkan tubuhnya. Wanita itu mengerjap menatap pria yang semalam benar benar membuatnya gila.Ia bahkan tak menyangka bahwa hatinya telah jatuh, usaha Mike membawa dirinya masuk ke dalam hidupnya kini telah berhasil. Haruskah ia menepis segala ragu yang merenggut jiwanya? Lalu bagaimana dengan wanita di bawah tadi?Emily menghela nafas panjang, dan memiringkan tubuh menghadap pr
Happy reading ;)--------------------Olio e Piú Restaurant, New York10 menit berlalu, Mike melirik Emily yang setia berdiri di sisi kanannya. Emily tersenyum simpul sebagai balasan atas bahasa tubuh Mike yang menggambarkan bahwa dirinya tak suka menunggu sia sia seperti ini.Suasana restoran bercat hijau dengan beberapa tanaman yang menghiasi restoran tersebut tak benar benar membuat Mike santai, ia meraih cerutu lalu menyesap dan menghembus kasar. Area outdoor yang ia pilih sedikit membuatnya leluasa memandang sekitar restoran.Beberapa orang berlalu lalang memasuki restoran yang terkenal dengan makanan khas Italia tersebut. Ia sendiri telah menghabiskan setengah minuman caipirinha yang ia pesan sedari tadi.Namun beberapa detik kemudian, seorang wanita cantik dengan pakaian midi dress V leher polka dot hitam, pinggang tinggi lengan ruffle pendek serta posisi yang tidak teratur membuat wanita itu terkesan segar di tengah suasana pa
Happy reading ;)---------------Emily memilih diam setelah rencana liburan yang di maksud Eve dan Mike yang melibatkan dirinya. Bukan tak suka, hanya saja sedikit canggung jika Mike berlibur hanya berdua dengan dirinya terlebih ia seorang bodyguard pria itu sendiri.Emily menghela nafas berat seraya memandang lurus jalanan yang tampak lengang di depannya. Berbeda dengan Mike ia tak habis pikir mengapa Eve justru menjelaskan rencana liburannya pada Emily.Apa ia tak tahu jika Mike akan merencanakan liburannya kali ini untuk memberi kejutan penuh untuk Emily? Ya mungkin lain kali ia harus mengurus perjalanannya sendiri dan tak perlu mengandalkan adik sepupunya lagi."Kau terlalu berlebihan jika membawaku berlibur denganmu." Emily melirik kaca spion kanan sebelum menyalip mobil hitam di depannya."Apa kau tidak menyukainya? Kita bisa mengganti rute besok." Mike memandang Emily lekat."Tidak, bukan begitu. Aku bodyguardmu Mike, menurutku
Happy reading ;)-----------------"Lama tak berjumpa denganmu," ujar Jeff seraya berjalan santai dengan satu tangan yang ia susupkan ke dalam saku. Sedang Emily, ia berbalik menatap Mike dengan segudang tanya."Aku mengundang beberapa rekanku dan juga rekanmu, cheri." Mike meraih pinggang Emily membawa ke dalam dekapan."Beberapa?""Hmm tidak, maksudku hanya Jeff dan rekanku Roland." Mike mengecup pelipis wanita itu dengan senyum terukir lembut."Kita bertemu lagi Mrs Delwyn." Roland terkekeh geli dan segera mengulurkan tangan. Emily menggeleng kepala dan menyambut baik uluran pria itu."Damn it! Sepertinya hanya aku yang tak memiliki kekasih," ujar Jeff saat mendapati seorang wanita bertubuh tinggi semampai dengan dress hitam bertali spaghetti yang melingkar hingga area punggung.Surai golden blonde yang ia gerai tampak menawan senada dengan kulit putih yang ia miliki. Sementara Roland terkekeh kecil sebelum mempe
Happy reading ;)"Kau ingin minum sesuatu?" tawar Mike saat mereka tengah bersandar memandang lautan lepas. Satu jam berlalu Yacht yang mereka tumpangi telah melaju membelah arus. Udara sore telah bergerak menghempas surai Emily dengan kasar. Bahkan outer yang ia kenakan ikut tertiup sedikit membuka bagian terpenting dalam tubuh itu."Tidak, terimakasih." Wanita itu tersenyum simpul lalu kembali memandang lautan yang kian merebak bersama senja. Ia bahkan baru menyadari bahwa lautan dapat berubah warna sewaktu waktu.Sama seperti hati, terkadang seseorang dapat mencintai sekaligus membenci secara bersamaan bahkan sebaliknya. Apakah itu hal yang wajar? Apakah itu hal yang mungkin terjadi pada dirinya bahkan Mike?Mengingat kedekatan mereka sebatas adik sepupu atau bahkan arti dari kedipan mata mereka yang sama sama mengisyaratkan lara yang selintas terbesit?"Ada apa my cheri?" Mike meraih pinggang Emily hingga kini ia menempatkan kedua telapak tanga
Happy reading ;)------------------"Kapan pertarungan kita akan dimulai?" tanya Eveline saat melihat Mike baru saja keluar dari kamar, sementara ia sendiri sedang berendam di jacuzzi dengan mengenakan bikini microkini yang hampir memperlihatkan keseluruhan tubuh wanita itu.Sementara Mike, ia hanya mengenakan boxer memperlihatkan lekukan otot tubuh yang selalu menawan dan mampu menghipnotis semua wanita. Pria itu hanya tersenyum simpul, kaki jenjang berototnys menuruni anak tangga yang tersambung dengan jacuzzi dan aquarium di berada di sebelah kanan."Terserah maumu." Mike menyeringai berlalu begitu saja hingga ia bertemu dengan swimming pool yang terhubung dengan lautan. Pria itu segera menghancurkan diri bersama air dan meluncur menuju tepi yang berbatas langsung dengan air laut.Namun kedatangan Eve, membuat pria itu menoleh. Matahari yang telah muncul beberapa menit yang lalu menyorot langsung pada tubuh mereka yang sama sama berkilau.
Happy reading ;)---------------"Kau menyukai Emily?" tanya Eve dengan senyum seringai. Wanita itu menjauhkan diri dan duduk di hadapan Jeff kemudian meraih red wine."Tidak, dia hanya temanku." Jeff menyesap tequila hingga tandas sementara Eve, ia mengangkat sebelah alis."Tak ada masalah kau menyukainya, namun ku rasa kau harus mengubur dalam perasaan mu padanya," kekeh Eveline seraya menyesap red wine perlahan. Jeff tertawa. "Pikiran mu konyol.""Eve! Kapan kita akan memulainya?" pekik Mike di seberang sana. Sedangkan Roland dan Victoria baru saja sampai dengan membawa beberapa maxmkanan ringan."Wow! Sepertinya akan sangat seru," ujar Roland seraya menaruh cake di atas meja."Aku akan mendukung Eve!" seru Victoria yang berdiri tak jauh dari Eveline."Bagaimana denganmu Emily?" tanya Roland dengan kedipan sebelah mata."Ku rasa aku tak perlu menjawabnya." Wanita itu terkekeh geli."Baiklah, mari kita mulai!" s
Happy reading :)------------Buggh!!!Satu pukulan mendarat keras di wajah Jeff hingga tersungkur. Ia tersenyum simpul dan mengusap darah yang keluar dari bibirnya dengan ibu jari."Itu pukulan karena kau telah berani menyentuhnya," seru Mike penuh emosi. Ia meraih kembali Jeff, mencengkram kerah baju lalu melayangkan pukulan pada sisi kiri wajahnya."Itu pelajaran untuk pandangan mu pada wanitaku!" Mike menghempas Jeff kemudian berdiri merapikan kaus yang ia kenakan."Mike! Kau keterlaluan!" seru Eve dan segera berlari membantu Jeff berdiri."Kau tak apa?" tanya Eve khawatir dan dibalas anggukan santai oleh pria itu. Sedang Emily, ia meraih lengan Mike membawanya menjauh dari sana.Emily menghela nafas panjang, seraya terus membawa pria itu menuruni anak tangga dan berakhir di dalam kamar. Wanita itu menghempas genggamannya, berbalik dan menampar Mike keras.Deru nafas Emily benar benar bergemuruh, ia tak menyangka Mik
Happy reading ;)--------------Emily seolah melayang kala pria itu mempersilahkan dan menatap detail setiap pergerakan Emily. Loginova mengulurkan tangan membawa Emily menuju altar. Senyumnya merekah indah namun berbeda dengan degup jantungnya seolah bersorak.Sementara bridesmaid berada di belakang mengiringi langkah Emily. Ribuan lampu berbentuk lilin yang berbentuk kristal mengisi langit langit gedung dengan pola melingkar hingga menyatu tepat di atas altar.Beberapa bunga mawar merah tersedia di setiap sudut meja para tamu, serta background dengan air terjun memenuhi keseluruhan tempat dimana mereka akan mengucap janji sehidup semati.Jalan yang ia tapaki seolah menyambut kedatangan Emily seperti seorang ratu juga di bagian sisi kiri dan kanan terdapat bunga anggrek putih yang menggumpal dan panjang
Happy reading ;)----------------"Sebenarnya, Celline datang ke mansion untuk meminta maaf pada kita." Mike terdiam begitupun dengan Emily di sebrang sana."Lalu?" tanya Emily santai namun ia segera membentengi hati jika pernyataan Mike membuatnya luka atau melebihi itu."Tak ada perbincangan serius, kami hanya berbincang tentang kejadian yang menimpa kita," jawab Mike pasti. Emily pun tersenyum mendengar nada pria itu yang jujur."Oke."Mike terdiam dan merubah posisi menjadi telungkup. "Hanya, oke?" tanyanya memastikan."Ya, memang kau mau apa lagi?""Tidak. Hanya itu."Emily tergelak di sebrang sana. Dua jam berlalu mereka sama sama tak ingin melepaskan ponsel dari telinga mereka, walau panas tapi setidaknya mereka akan sama sama tidur terlelap.***Satu bulan berlalu, Mike benar benar memajukan tanggal pernikahan mereka, dan kini hari itu tiba. Ia tak sabar untuk segera bertemu dengan calon
Happy reading ;)-----------------"Mike, bisakah kita bicara?" Wanita itu bergegas berdiri menghentikan langkah Mike yang acuh tak peduli. Sementara Egbert menepuk pundak sang anak dan berlalu pergi.Halaman utama mansion menjadi pilihan Mike untuk mengabulkan keinginan wanita itu. Sebenarnya jengah, namun Mike tak bisa menolak jika pertemuan mereka adalah yang terakhir mengingat Celline akan segera pergi ke Jepang dalam waktu yang lama."Langsung saja, tak ada waktu." Mike melirik jam tangan dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Pandangannya lurus tak menoleh bahkan berhadapan dengan mantan kekasihnya dulu."Aku tahu aku salah saat itu, aku hanya ingin minta maaf juga pada Emily. Tapi, luka yang ku buat tampaknya begitu membekas dalam ingatan kalian." Celline menunduk seraya mengusap lengannya ketika angin menusuk ke dalam lapisan kulit.Ia tersenyum pahit, dulu Mike akan segera menutupi tubuhnya dengan long coat atau jaket yang ia
Happy reading ;)----------------"Siapa?" tanya Emily menatap ponsel Mike yang telah ia matikan. Mike mengacungkan layarnya kembali. "Jeff.""Ada apa dia menghubungimu?""Aku berjanji akan berlatih dengannya hari ini, aku melupakan itu."Emily mendesah samar. Mereka kembali berjalan menatap ke sekeliling gedung milik sahabat Egbert "Bagaimana?" tanya Dirk seraya menatap bagian gedung yang akan dijadikan altar untuk janji suci mereka.Mike mengangguk setuju dan menoleh pada wanitanya. "Kau suka?""Tentu." Senyum keduanya mengembang. Mike melirik jam tangan menunggu wedding organizer yang berjanji akan menyusul mereka.Seorang pria berlari tergesa dan menunduk hormat ketika berhadapan dengan Mike. "Sir, maaf atas keterlambatannnya, saya Stefan." sapanya canggung. Mike hanya membuang nafas kasar namun tak segan menjabat uluran tangannya."Kau dari mana saja?" sentak Eveline kesal."Jalanan macet, kau bahkan tiba tib
Happy reading ;)-------------------"Mike benar, ia harus melindungimu dan keluarganya nanti seperti yang selalu dilakukan oleh Daddy," ujar Alice seraya berjalan menghampiri keduanya.Emily melirik pada Mike yang memandang ibunya dengan kesal. "Mike, ibumu hanya mencemaskanmu walau berlebihan. Ayolah, jangan seperti ini." Egbert merentangkan kedua tangannya kemudian duduk di sofa."Itu benar, aku tahu kau menyayangi Alice," sambung Emily meyakinkan. Mike terdiam seolah pikiran dan hatinya beradu antara kasih sayang dan kekecewaan.Hingga akhirnya Mike mengangguk memutuskan mengakhiri sifatnya yang kekanakan. "Aku minta satu hal padamu," tegas Mike dengan matanya yang tajam."Ya, apapun untukmu." Alice mengangguk dan duduk di sisi ranjang berhadapan dengan putranya yang ia kasihi."Jangan ganggu hubungan kami untuk sekarang bahkan selamanya," pinta Mike dengan tatapannya yang mengeras. Sementara Alice tersenyum simpul. "Tentu, aku ta
Happy reading ;) ----------------- Loginova tersenyum simpul pada Tara yang sempat berpapasan dengannya sebelum pergi. Wanita dengan midi dress suit di balut blezzer burgundy serta syal berbulu melingkar di lehernya membuat Mike menyadari betapa berkelasnya ia. Wanita itu menjentikkan jari memerintah anak buahnya untuk menaruh beberapa makanan vegetarian di atas nakas. Emily menaikkan kedua alisnya melihat tingkah sahabat ibunya yang berusaha untuk menjadi wanita normal. Entah itu dari lubuk hatinya atau hanya bepura pura se welcome ini pada orang baru seperti Mike. Loginova bahkan hanya sesekali bertemu dengan Mike dan tak ada perbincangan diantara mereka. Loginova menghampiri keduanya namun berakhir duduk di atas sofa tak jauh dari sana. Emily duduk di sisi ranjang menghadap wanita itu. Sementara Mike menoleh singkat pada wanitanya. "Aku hanya ingin bicara denganmu," tunjuk Loginova pada Mike dengan dagunya yang runcing. Emil
Happy reading :) --------------- Setelah berdebat panjang dengan kepala perawat, Mike akhirnya di biarkan pergi mengikuti Emily dengan satu perawat yang mendampinginya. Ia bahkan mencari tempat bersembunyi agar tak terlihat oleh Emily. Nyatanya ia tak menyesal bersusah payah untuk sampai ke lantai teratas gedung rumah sakit. Mike mendengar semua perbincangan mereka hingga ikut merasakan sakit terlebih saat Emily menangis dalam pelukan Loginova. Ia tahu lingkungan kriminal wanitanya hanyalah bentuk perlindungan diri. Fakta jika mereka akan saling melindungi lebih besar di banding orang orang yang sekedar teman atau sahabat biasa dengan menjalani harinya yang biasa saja. "Sir, waktumu tak banyak," peringat perawat. Mike mengangguk singkat. Ia kembali ke kamar dengan di bantu perawat tadi. Sesampainya di ruangan, Mike menaikkan selimut hingga pinggang dan matanya terpejam. Tetapi bayangan itu tak kunjung sirna, ia be
Happy reading ;)-------------------Angin malam menembus epidermis Emily melalui celah jaket kulit yang ia kenakan. Wanita itu sesekali melirik jam tangan menunggu kehadiran Loginova.Rambut golden blonde itu bergerak seiring lembutnya udara saat ini. Emily bersandar pada railing besi sesekali memainkan sepatu bersamaan dengan pandangan yang tertuju pada gemerlap kota di bawah sana."Baby, sudah lama menunggu?" tanya Loginova tepat di belakangnya. Emily menoleh menatap wanita tua yang sudah begitu berjasa dalam hidupnya.Bibir tipis yang selalu berucap sarkas dan kasar itu masih setia terbalut lipstik merah darah seolah menggambarkan dirinya sendiri. Emily menyunggingkan senyum dan duduk di kursi panjang.Sementara Loginova setia berdiri dengan melipat kedua tangannya. Tatapan matanya melekat pada gerak Emily yang berubah.Emily sengaja memilih bertemu di atas gedung karena banyak pembicaraan yang harus ia lakukan. Wanita itu menghem
Happy reading ;)-----------------Mike tak bisa menyembunyikan amarahnya setelah mendengar semua rencana, perbuatan mereka terhadapnya. Bukan, bukan hanya padanya tetapi pada hubungannya dengan Emily.Sebegitu besarkah keraguan mereka pada Emily? Atau apakah dirinya di anggap lelucon dan hal yang mudah untuk di mainkan? Mike menghembuskan nafas kasar.Ia tak dapat bergerak lebih mengingat luka di area perutnya masih terasa sakit. Sementara Emily terdiam mengamati raut wajah prianya yang mengeras menahan kesal."Mike, it's okay. Tenangkan dirimu." Emily mengusap tangan Mike lembut. Ia mengerti perasaan Mike, namun mengungkapkan amarah seperti tadi hanya akan membuat luka perutnya lebih sakit."Mengapa mereka bersikap seperti itu? Apakah kita seperti boneka yang bisa mereka mainkan sesukanya?" Kening Mike menukik dalam. Ada kekecewaan yang teramat besar yang berusaha ia tekan."Mike, aku mengerti. Aku pun ingin sekali marah tapi, jika