Enjoy!
-----Terik matahari di siang hari telah menggelincir, mempertemukan atap langit dengan semburat jingga sore. Lukisan warna alam di antara awan itu menjadi bagian pemandangan terbaik Liora saat ini. Hal itu karena berpadukan sesosok pria yang sedang memeluknya saat ini seraya memberi kecupan-kecupan manis di pundak telanjangnya.
Liora menoleh datar pada Gavriel yang memberikan lengan keras pria itu sebagai tempat kepalanya bersandar. Gavriel membalas tatapan datarnya dengan ciuman lembut di bibir dan Liora menyambut disertai belaian pada rahang tegas di sana.
Usai bercinta tadi, mereka memilih berbaring di ranjang jaring dekat kolam renang. Gavriel menghamparkan bedcover di bagian atas jaring dan menambahkan beberapa bantal.
Keduanya berpelukan di balik tubuh telanjang mereka yang tertutupi selimut, menikmati pemandangan air laut yang nyaris mampu mereka jangkau dengan tangan. Beberapa nampan berisi roti, buah tropis, da
Enjoy!-----Gavriel mengenakan celana pendeknya dengan enggan, lalu bathrobe putih membalut tubuh atletis itu sebelum benar-benar meninggalkan Liora di ranjang jaring.Liora terdiam memandangi pintu kaca yang menjadi penghubung ruang kamar. Namun, sampai beberapa menit rupanya Gavriel tak kunjung kembali. Liora akhirnya memutuskan segera beranjak dari ranjang jaring dan mengenakan bathrobe yang sama seperti Gavriel dari fasilitas bungalow.Ia melangkah semakin dekat dengan pintu. Ketika ia telah mencapai pintu berbahan kayu warna cokelat itu, Liora baru dapat mendengar suara seorang pria yang sedang berbicara dengan Gavriel.Napas lega berembus dari mulut Liora. Suara di sana bukanlah milik ayahnya, Dexter.Liora kemudian mendesah kasar. Rasanya ia seakan sedang menjalani hubungan diam-diam di belakang orang tuanya. Semua ini semakin terasa konyol karena ia menyadari bahwa Gavriel dan dirinya
Haii haii! Gimana kabar hari ini?Sebelum baca, absen sini dulu yuuk. Kalian dari kota mana aja?Enjoy!-----Quinton Resource Corp. Madison, Wisconsin-USA. 1.16 PM Setumpuk berkas berada di meja kerja Liora. Deburan ombak dan pasir putih telah meninggalkannya berhari-hari lalu. Kini gedung-gedung pencakar langit kembali menjadi kawan baginya di tengah kesibukan kota. Pun dengan kicauan burung pantai yang harus tergantikan oleh bunyi klakson kendaraan dan sirine yang masih bergaung jauh di bawah lantai ruangannya.Meninggalkan kantor seminggu penuh bukanlah sesuatu yang menyenangkan saat kembali. Ada banyak hal yang harus ia bayar mahal. Mempekerjakan karyawan untuk bekerja ekstra juga bukan solusi mutlak ketika ia harus mengeceknya lagi.Mata perak Liora sedang tertuju pada berkas terbuka dengan serangkaian laporan, tetapi punggung itu bersanda
Enjoy!-----Dua pintu besi di depan Liora segera terbuka setelah bunyi lift berdenting di lantai dasar gedung Quinton Resource Corp. Sepatu high heels stiletto hitam milik Liora segera melangkah bersama seorang CFO, pria paruh baya yang sejak tadi berada di satu lift bersamanya, mengingat hanya beberapa orang saja yang berhak menggunakan lift ekslusif ini.“Terima kasih, Mr. Grawhill. Semoga saya menemukan waktu luang secepat mungkin.” Liora mengangguk hanya sebagai sopan santun atas penutup pembicaraannya dengan Chief Financial Officer itu.Pria itu mengangguk dengan wajah binar. “Sampai jumpa, Ms. Quinton.” CFO itu pun berjalan mendahului Liora dan membuat wanita itu bernapas lega.Sejak tadi ia sudah berharap segera sampai di lobby ini agar ia dapat mengakhiri ketersiksaan dari pria paruh baya itu yang berusaha mempromosikan anak lelaki dari sahabat pria itu. Bukan hal yang
Enjoy!----- “Terima kasih sudah mengantarku pulang,” kata Liora ketika mobil Hunter berhenti tepat di depan lobby gedung tempat penthouse Liora tinggal. “Tentu.” Hunter mencondongkan tubuh untuk membantu Liora melepas seatbelt, tetapi gerakan pria itu bersamaan dengan Liora yang turut hendak melepas seatbelt-nya sendiri. Wajah keduanya pun saling menatap dengan jarak begitu dekat di tengah keterdiaman. Liora dapat mendengar deru napas Hunter yang lembut. Hunter membawa seatbelt ke balik tubuh Liora dengan gerakan perlahan. Lalu tangannya mengusap lengan wanita itu yang bebas dari desain midi dress berwarna hijau tua yang tanpa lengan. “Aku senang dapat melihatmu,” bisik pria itu dengan binar matanya yang berseri nan hangat, membuat Liora bimbang untuk merespon. Jika ia tak menyadari perasaannya terhadap Gavriel, ia sudah memastikan diri untuk meneruskan langkah bersama Hunter. N
Enjoy!-----Liora butuh mengerjap beberapa kali untuk benar-benar meyakinkan dirinya bahwa Gavriel sungguh ada dihadapannya saat ini. Dengan sensibel, Gavriel hanya butuh mengambil satu langkah maju untuk membuat Liora meyakini keberadaannya dan hal itu segera membawa Liora mundur selangkah tanpa sadar, berkat aura kekuasaan Gavriel yang terlalu besar untuk tubuhnya yang selalu rapuh jika pada pria itu.Aroma maskulin Gavriel segera menyergap paru-paru Liora dan membuat wanita itu kian tak mengerti dengan maksud kedatangan pria itu. Namun, ia menyadari ada kerinduan yang masih tersisa. “Apa yang kau lakukan di sini?”Gavriel bersandar dengan santai di bingkai pintu utama, satu tangannya dengan cepat menarik pinggang Liora merapat ke perutnya dan membuat wanita itu tersentak pelan. “Masih belum puas bermain-main, Cara mia?”Kening Liora terlipat, tak mengerti maksud dan arah pembicaraan bos Pros
Enjoy!-----“Karena kau masih saja tak memberitahukanku acara di rumahmu, jadi, jika pakaian ini nanti tak sesuai, itu semua salahmu!” sentak Liora ketika Gavriel membukakan pintu menuju tangga rooftop gedung.Ia membenarkan bagian atas baju putih bermotif bunga biru yang Vierra kenakan, sementara dirinya sendiri memakai midi dress pencil biru yang sengaja ia padukan dengan pakaian sang anak. Potongan slit di bagian lengan Liora berayun indah ketika wanita itu melangkah, memperlihatkan lengan putih nan kontras dari warna gelap yang melekat di tubuh wanita itu.Gavriel terkekeh rendah. “Pakaian apa pun yang kau kenakan tak akan membuatmu terlihat salah, Cara mia. Kau akan selalu terlihat cantik, karena itu memang dirimu.”Liora memutar bola matanya. Tak tersipu sama sekali dengan perkataan manis Gavriel karena tertutup rasa kesal.Gavriel merentangkan tangan, te
Enjoy!-----Liora membisu di tengah riuh tepukan tangan dan lagu selamat ulang tahun yang dinyanyikan seluruh orang. Pandangannya tertali hanya pada sosok Gavriel yang sedang memeluknya dari belakang dan menatap ia begitu lekat. Padahal semua kerabat pria itu memusatkan mata pada sosoknya.Denyutan nadi Liora terasa berpacu begitu cepat, sampai tubuhnya gemetar berkat pusaran perhatian Gavriel. Ia tak pernah merasa begitu diistimewakan oleh seorang pria sampai seperti ini, terlebih dari pria yang bahkan sedang meraba arti perasaannya sendiri.“Mengapa Gavriel?” lirih Liora akhirnya. “Mengapa kau memilihku sebagai kadomu? Mengapa kau membawaku kemari, sementara sebelumnya kau tak pernah membawa wanita pada acara keluargamu?”“Aku tak tahu.” Mata sebiru sapphire itu bergerak gusar mencari-cari jawaban hati seorang diri. “Aku hanya memikirkanmu,” imbuh Gavriel akhirnya dengan nada m
Enjoy!-----“It’s ok,” bisik Gavriel yang sempat terdengar oleh Liora. Sepertinya Daniel menawarkan agar segala sesuatu itu menunggu hingga acara makan malam selesai.Pria itu kemudian bangkit setelah mengelap mulutnya dengan kain yang sejak tadi diletakkan di pahanya. Gavriel undur diri dari meja makan bersama Daniel, Marco dan Pierro. Seluruh anggota keluarga memaklumi, seperti ini hal yang sudah sering terjadi. Sementara mata Liora mengekori arah kepergian keempat pria itu.Di sana, di bawah anak tangga menuju mansion, berdiri sosok pria paruh baya berperut buncit yang tampak menunggu dengan segan. Mereka saling bersalaman dan Gavriel menepuk hangat pria itu, membahasakan bahwa ia memaklumi kedatangan orang tersebut. Mereka lalu menaiki tangga, masuk ke dalam mansion.“Bukankah dia Norman William?” tanya Liora merujuk pada presiden serikat buruh yang telah menjabat beberapa tahun ini.
Happy Reading----- Liora seketika melipat bibir menahan tawa mendengar istilah yang selalu dipakai anak bungsunya tersebut setiap kali ada yang menyebutnya anak-anak. “Oke, pria bal—” Gavriel menutup mulut, sama-sama menahan tawa. Jika ia dan Liora sampai tertawa di depan Lanxer, anak bungsu mereka itu pasti akan sangat kesal. Ia kemudian cepat-cepat mengembalikan gestur wibawanya untuk menasihati sang anak. “Pria dewasa tak membentak dan mengentak kaki seperti anak kecil seperti ini.” Mata biru Gavriel menilik tingkah sang anak dari bawah dari atas. “Pria dewasa berkata sopan dan hormat pada orang lain, terlebih pada orang tuanya.” “Maaf, Daddy.” Lanxer langsung menunduk menyesal. Ia menarik napas dalam lalu menegakkan pandangan dan pundak, meniru gaya ayahnya yang selalu tegap dan keren di matanya. Gavriel mengangguk. “Pria dewasa sejati tidak takut mengakui perbuatannya sendiri.
Happy Reading----- “Tuan Muda, tolong jangan bermain ini lagi,” pinta seorang made guy yang sedang berlari kencang terbirit-birit di tengah kandang yang luas. “Tidak mau! Ini terlalu menyenangkan!” seru anak laki-laki berusia empat tahun sembari terbahak-bahak. Ia berada di atas punggung harimau putih yang sedang mengejar made guy di depan sana. Tangan mungilnya menggenggam collar kulit di leher binatang buas tersebut. “Wah larimu lebih cepat dari kemari. Ayo Carlo, kita jangan mau kalah, kejar dia!” katanya semakin semangat. “Ya Tuhan! Dari semua tugas, kenapa aku yang ditugaskan menjaga Tuan Muda Lanxer saat bermain seperti ini!” rutuknya semakin panik mendengar auman menyeramkan harimau putih di belakangnya. Ia cepat-cepat berlari menuju pohon terdekat dan buru-buru memanjatnya. Carlo, si harimau putih itu mengaum mengerikan karena kesal mangsanya naik ke atas pohon. “Yaaaah ...
Happy Reading----- Liora merintih. Pahanya menjepit kepala Gavriel tanpa ia sadari seiring keliaran tangan Gavriel yang memutarinya, menghancurkan dengan kenikmatan yang berpadu sesapan dan tusukan lidah panas. “Ya, ya ... ini berlebihan. Ya Tuhan, ini sangat nikmat, Gav,” erang Liora tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri karena satu tangan Gavriel yang lain mempermainkan puncaknya. “Inilah yang pantas kau dapatkan, Cara mia,” kata Gavriel dengan napasnya yang menderu layaknya hewan buas mematikan. Gavriel memasukkan jarinya dan terus mempermainkan lidahnya, meneguk segala cairan cinta Liora untuk mengisi dahaga hasratnya yang tak berujung. Liora mengigit jarinya sendiri, menahan desahan dan teriakan bahagia karena rasa ini begitu menakjubkan. Ia masih mengingat ada Vierra yang tengah tidur di balik sekat dinding kamar ini. Pinggul Liora kemudian mengejang hebat bersamaan dengan cair
Happy Reading----- “Mrs. Arvezio." Bisikan Gavriel yang halus, berat dan nakal langsung menggelitik telinga Liora dan membuat dada wanita itu bergenderang. Panggilan itu benar-benar selalu saja berefek dalam. Pria itu memeluk sang istri dari belakang di tengah Liora yang baru saja memindahkan Vierra tidur di baby bassinet. Pelukan itu terasa begitu erat, menuntut janji. Terlebih ketika ujung hidung Gavriel menyapu kulit leher Liora, menciptakan sengatan geli yang meremangkan. Liora menggeliat dan membuat Gavriel terkekeh. “Ssssttt.” Liora cepat-cepat menutup mulut Gavriel. “Maaf,” bisik pria itu lagi. Ia mengecup leher itu, lalu menyandarkan pipinya di pelipis Liora. “Aku tak menyangka sebentar lagi dia akan dua tahun,” gumam Gavriel dengan mata birunya yang menyusuri damainya tidur Vierra. “Ya, seingatku baru kemarin aku menggendongnya keluar dari inkubator.” Liora tersenyum dengan benaknya yang
Happy Reading----- Gavriel tergelak, terlebih Liora yang hendak pergi dari posisi berbaring di atasnya. Cepat-cepat Gavriel menahan pinggang istrinya itu. “Jangan cemburu. Aku bahkan hanya bertemu ia sekali saat masih kecil.” “Namun, nyatanya sangat berbekas, bukan?” Liora menaikkan satu alisnya dingin. “Mau bagaimana lagi? Ia benar-benar mencoreng harga diriku sebagai anak laki-laki dahulu.” Kali ini kedua alis Liora terangkat. Ia pikir tadi sebuah pertemuan masa kecil yang manis. Gavriel menghela napas. “Harus kuakui bahwa hanya ada dua perempuan yang mengubah prinsip hidupku. Pertama gadis kecil yang dahulu pernah kutemui. Lalu kau, Cara mia. Kau mengubahku menjadi lebih bijak, meninggalkan dunia paling gulita dan tak beradab untuk memilah bisnis yang lebih baik.” “Apa yang gadis kecil itu katakan memangnya?” “Katakan? Tidak, Cara mia. Namun, apa yang dia lakukan.” Dahi
Happy Reading-----“Waaah!”Kali ini Vierra tak bisa menutupi keterpesonaannya dengan banyaknya bunga lonceng di bawah pepohonan tinggi. Sampai hijaunya rumput tergantikan dengan warna ungu kebiruan bunga-bunga itu.Di belakang mereka gemiricik air yang keluar dari tumpukan bebatuan menciptakan air terjun kecil yang memesona di antara aliran air sungai.“Tempat ini sangat cantik,” gumam Liora terpana seraya mengedarkan pandangannya.Gavriel tersenyum. Ia berjongkok dan menurunkan Vierra dari gendongan. “Ambil salah satu bunga itu,” bisik Gavriel.Vierra pun berjalan perlahan mendekati padang bunga lonceng tersebut dengan pengawasan Gavriel dan Liora di belakang.Sementara itu, made guy yang berjaga segera menata karpet piknik dan segala perlengkapan meja kecil dan makanan minuman di dekat batang pohon yang tumbang.“Don Gavriel,” kata salah
Happy Reading----- Liora tersenyum menatap buku kolase album Vierra yang rupanya telah Hunter buat selama ini. Beberapa merupakan foto yang pria itu ambil diam-diam dan beberapa di antaranya adalah foto yang Liora bagikan untuk pria itu. Andai Hunter tak ambisius dengan dendam yang membuatnya berubah mengerikan, mungkin saat ini Hunter masih bisa menimang Vierra. Dari album ini Liora tahu ketulusan Hunter mencintai ponakannya. Liora kemudian menutup album itu dan menyimpannya di kotak kardus. Ada beberapa benda yang telah mengisi kotak kardus itu. Ia sengaja memilahnya untuk ia simpan dan menunjukkan pada Vierra saat sang anak sudah dewasa nanti. Beberapa di antaranya penghargaan dan piagam yang pasti akan membuat Vierra bangga memiliki paman pengacara hebat seperti Hunter. Sama seperti benda-benda dari Alex dan Rose yang ia simpan untuk Vierra. Vierra cukup tahu segala hal yang baik itu. Sebuah aib tak perlu disebar dan diturunka
Happy Reading----- “Kau membuat pertanyaan yang jelas tak ingin untuk aku tolak,” erang Liora kesal bercampur suka cita. Gavriel terkekeh begitu juga dengan yang lain mendengar hal itu. “Ya Tuhan, kau benar-benar sudah sadar dari koma.” Mata Liora kembali berkaca-kaca seraya mengusap sisi wajah Gavriel, seolah ini semua hanya ilusinya karena terlalu takut kehilangan Gavriel. Pria itu tersenyum lembut, merasa kembali jatuh cinta berkali-kali mendapati dirinya sangat begitu berarti untuk Liora. Tak ada hal paling membahagiakan bagi seorang manusia biasa sepertinya di saat hidupnya berarti untuk orang lain, terlebih itu wanita yang paling ia cintai. “Kita bisa memulainya kapan pun kalian siap,” bisik seorang pria paruh baya yang menjadi officiant yang baru Liora sadari ada di tengah-tengah mereka sedari tadi. “Oh maaf.” Liora mendadak salah tingkah ditegur seperti ini. “Aku terlalu larut. Tentu, tentu kita bi
Happy Reading-----Liora menahan diri sekuat mungkin untuk tak menembak kepala co-pilot itu saat ini juga. Sehingga Liora hanya mengangguk, sementara isi kepalanya mulai memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri bersama Vierra saat mendarat nanti. Diam-diam ia merutuk karena selalu melewatkan kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter.Beberapa saat kemudian mereka tiba di Eau Claire. Setidaknya itu yang Liora dengar dari pembicaraan co-pilot dengan menara pengawas. Helikopter mendarat di sebuah helipad di antara bangunan megah kuno dengan taman super luas di sepanjang mata memandang.Pikiran Liora semakin tak menentu. Ini jelas-jelas bukan rumah sakit keluarga Arvezio. Ia kemudian turun dengan tangannya yang terus bersiaga untuk segera mengambil revolver di tas jika terjadi sesuatu.“Sebelah sini, Donna Liora,” kata co-pilot tersebut bersama beberapa orang berseragam hitam yang mengirin