Enjoy!
-----“Aku tak butuh pulau!” kata Liora tegas ketika Gavriel naik ke yacht untuk mengganti kaki katak. Vierra sudah beralih ke gendongan Starley.
Gavriel duduk dan mulai memasang kaki katak yang lebih panjang agar nanti lebih memudahkannya bergerak, sekaligus berefek dalam membuatnya mampu menghemat oksigen, karena tak terlalu membutuhkan banyak upaya untuk berenang.
“Aku tahu, tetapi aku yang butuh.” Gavriel mendongak dan memasang kaki satunya.
Kening Liora mengernyit. Terlebih Gavriel yang masih begitu tenang, sedang ia merasakan panik.
Setelah kaki katak itu terpasang sempurna, Gavriel bangkit, lalu membingkai sisi leher sang wanita yang membuat ibu jari pria itu menyentuh bibir bawah Liora. Jemari itu membuat gerakan lembut serupa pijatan di tengkuk, seakan tak membutuhkan kata untuk meredakan ketegangan di wajah wanita cantik itu.
“Aku butuh senyummu seperti tadi.
Enjoy!----- Yacht milik Zev kembali ke resort saat petang. Harusnya Liora dapat membuang rasa lengket di tubuhnya akibat terpaan sinar matahari berjam-jam lalu dengan mandi air dingin di bawah shower, tetapi ia harus mendapati kekesalan ketika air di kamar mandinya tak keluar. Bahkan AC pun tak bisa menyala. Namun, rasa lapar mendesaknya bersiap, sehingga ia terpaksa hanya berganti pakaian untuk makan malam bersama keluarga besar di pulau. Ia berharap setelah makan malam, petugas resort segera membenahi ketidaknyamanan di kamarnya. Terlebih ia merasa kasihan pada anaknya jika tak dapat tidur dengan nyaman setelah ini. Kekesalan yang Liora bawa sejak di bungalow tadi kian bertambah ketika Liora memaksakan menjaga jarak dengan Gavriel. Ia tak ingin suasana hatinya semakin buruk dengan kecurigaan sang ayah. Apalagi ia dan Gavriel tak memiliki hubungan apa pun. Liora malas jika harus memperdebatkan tentang hal yang belum
Enjoy!-----Gavriel menyandarkan satu lengannya di dinding kamar, sementara tangan dan mata pria itu tertuju pada ponsel yang berisikan sebuah pesan masuk dari Daniel.‘Done,’ tulis Daniel di pesan itu.Ponsel di tangan Gavriel pun segera kembali masuk ke dalam saku celana pendeknya. Pesan itu merujuk pada sudah ditransfernya uang ke masing-masing rekening orang yang telah membuat air dan AC di kamar Liora tetap tak berfungsi hingga sampai saat yang Gavriel inginkan.Pandangan Gavriel kemudian merangkak pada Liora yang sedang memakaikan piama pada Vierra di atas ranjang. Wanita itu sendiri sudah berganti piama satin burgundy dengan sentuhan renda hitam. Potongan atas berbentuk camisole, sedang bawahnya berupa celana pendek yang hanya sampai menutupi bokong.Kulit putih Liora begitu kontras dengan piama yang melekat di sana. Harusnya piama itu bermodel biasa seperti pada umumnya, tetapi semua itu terasa berbe
Enjoy!-----Pupil Liora melebar, tetapi kemudian ia cepat-cepat memalingkan pandangan ke tempat jatuhnya cahaya bulan di atas laut. Napas Liora menderu akibat perkataan Gavriel yang membuka luka lamanya.“Vierra adalah anak kandung Rose, bukan? Wanita yang mengaku sahabatmu, tetapi melukaimu,” tambah Gavriel.Seketika itu pula Liora kembali teringat pada momen-momen kritis Rose di dalam ambulans. Bagaimana saat itu Liora tak panik? Sahabat satu-satunya terkena luka tembak dalam keadaan mengandung delapan bulan. Ada dua nyawa di ambang kematian di hadapannya saat itu.Namun, Rose pergi lebih dahulu sebelum ambulans sampai di rumah sakit. Ingatan turut membawa Liora ketika ia terduduk menangis seorang diri dengan baju dan tangan yang bersimbah darah di depan ruang operasi. Vierra terpaksa harus lahir prematur secara caesar.“Ia tak bermaksud melukaiku. Terlebih Vierra hanya bayi tak berdosa.”
Enjoy!-----Playlist Suggest: Love Is A Bitch-Two FeetTubuh Liora tersentak halus kala menyadari Gavriel baru saja membawanya dalam gendongan. Kedua tangan Liora segera merengkuh leher Gavriel, begitu pula kedua kakinya, sedang mata sebiru sapphire pria itu terus menali pandangan.Bersama dengan itu, di luar sana hujan turun bersama guntur. Seolah mengepung Liora dan Gavriel untuk tetap berada di bungalow dan saling mengisi ruang rintik di bagian diri terdalam.Liora merasakan betapa tangguhnya pria itu membawa tubuhnya ke luar kamar mandi. Jemari Liora merangkak, menyugar rambut gelap Gavriel yang bergelombang, lalu berhenti mengusap pipi yang terasa sedikit kasar dari rambut-rambut pendek yang tumbuh di sekitar rahang Gavriel. Rasa kasar itu justru menggelitik telapak tangan Liora dan membuat ia tak ingin berhenti mengusap.Semakin mata perak Liora menyusuri wajah sang bos
Apa setiap paragraf di bab ini bisa terisi komen? Kalau iya, bab selanjutnya bakal segera meluncur malam ini.Enjoy!-----Seberkas belaian yang berubah menjadi belaian kasar nan tekun itu merusak dunia Liora di detik itu juga. Liora mendongak, memohon pertolongan pada derasnya hujan di luar sana, karena tubuhnya tersengat hebat. Jemari lentik miliknya mengapai-gapai alas ranjang.Sedang Gavriel terus menyapu sepanjang dan sedalam rasa menakjubkan yang menguasai lidahnya. Aroma mawar merah ini mendidihkan darah, membuat denyutan keras yang menjalari seluruh tubuhnya.“Aku merasakanmu, Cara mia. Aku menikmatimu. Aku menyukaimu,” bisik Gavriel di dalam sana dengan kepalanya yang terasa hendak pecah. Bibirnya merapat, menghisap, mengigit lunak hanya demi ia dapat merasakan Liora sepenuhnya di dalam jiwa, mematrinya di ruas diri.Tubuh Liora gelisah, tetapi genggaman tangan Gavr
Makasi banyak yang udah nyerbu tiap paragraf dengan komen :* Meski beberapa ada yang ilang karena eror system. Sesuai janji, selamat lanjut baca. Lope u! Enjoy!----- Nyawa Gavriel seakan melayang, tetapi bagian terdalamnya terjerat oleh himpitan mawar wanitanya yang mengikat. Diri Gavriel di bawah sana terpenjara dan ia menginginkan terus terpenjara, sehingga ia melesak perlahan dengan penuh tekad dan cinta. “Liora, kau begitu hangat, kau begitu mengikat!” Gavriel menggeram di tengah gulungan rasa nikmat yang sesak. “Gavriel ….” Liora mengigit bibirnya sendiri, merintih rapuh dan bahagia karena diri teristimewa itu menjelajahinya di sana. Memenuhinya yang sempit dan sunyi. Bibir keduanya berseteru keras, mengawali gerak lamban yang perlahan menuntut. Gavriel merengkuh leher dan pinggang Liora. Mata mereka saling berpandangan rekat, sedang diri pria itu di bawah sana terus menghujani Liora oleh
Enjoy!-----“Apakah kau rutin meminum pil pencegah kehamilan?” tanya Gavriel ketika ia sedang membantu Liora membersihkan diri di kamar mandi.“Ya. Maaf aku lupa memberitahukanmu sebelumnya,” tutur Liora merujuk pada Gavriel yang tadi melepaskan diri di perutnya.“It’s ok.” Gavriel mengecup bibir Liora ringan.Setelahnya, tak ada lagi kata yang mengiringi mereka. Usai sama-sama saling membantu membersihkan diri, Liora kembali mengenakan piamanya, sedang Gavriel memakai celana pendek dan memilih membalutkan jubah tidur. Keduanya meninggalkan kamar mandi dengan keadaan segar.Liora melangkah ke baby bassinet Vierra dan mengecek sang anak yang tampaknya begitu pulas tertidur. Liora membelai pipi bulat itu penuh sayang.“Kau pasti sangat kelelahan ya?” Liora tersenyum kecil. “Maafkan Mommy, Sayang. Mommy tak bisa terus melawannya.&
Enjoy!-----Usai bersiap untuk sarapan bersama seluruh keluarga di restoran resort, Liora dan Gavriel masuk ke restoran secara terpisah dan membaur bersama keluarga mereka masing-masing seolah tak pernah terjadi apa pun. Namun, mata Gavriel tak bisa untuk mencuri lirik beberapa kali pada Liora.Gavriel semakin menemukan dirinya kagum pada Liora yang sampai meminjam sedikit ruang dapur restoran demi menyiapkan MPASI untuk Vierra sendiri. Starley mengatakan itu sudah menjadi kebiasaan Liora. Ellena, istri Marco yang tak memiliki kesibukan seperti Liora, setahu Gavriel tak sampai menyiapkan makanan untuk Lucio seorang diri karena sudah terbiasa dengan pelayan.Tak membutuhkan waktu lama, Liora kembali di meja dengan membawa semangkuk kecil strawberry peach multigrain cereal. Liora menghela napas syukur kala ayahnya bersikap biasa. Namun, meski demikian, terkadang sang ayah mengetahui banyak hal dalam keterdiaman dan sikap seolah tak acu
Happy Reading----- Liora seketika melipat bibir menahan tawa mendengar istilah yang selalu dipakai anak bungsunya tersebut setiap kali ada yang menyebutnya anak-anak. “Oke, pria bal—” Gavriel menutup mulut, sama-sama menahan tawa. Jika ia dan Liora sampai tertawa di depan Lanxer, anak bungsu mereka itu pasti akan sangat kesal. Ia kemudian cepat-cepat mengembalikan gestur wibawanya untuk menasihati sang anak. “Pria dewasa tak membentak dan mengentak kaki seperti anak kecil seperti ini.” Mata biru Gavriel menilik tingkah sang anak dari bawah dari atas. “Pria dewasa berkata sopan dan hormat pada orang lain, terlebih pada orang tuanya.” “Maaf, Daddy.” Lanxer langsung menunduk menyesal. Ia menarik napas dalam lalu menegakkan pandangan dan pundak, meniru gaya ayahnya yang selalu tegap dan keren di matanya. Gavriel mengangguk. “Pria dewasa sejati tidak takut mengakui perbuatannya sendiri.
Happy Reading----- “Tuan Muda, tolong jangan bermain ini lagi,” pinta seorang made guy yang sedang berlari kencang terbirit-birit di tengah kandang yang luas. “Tidak mau! Ini terlalu menyenangkan!” seru anak laki-laki berusia empat tahun sembari terbahak-bahak. Ia berada di atas punggung harimau putih yang sedang mengejar made guy di depan sana. Tangan mungilnya menggenggam collar kulit di leher binatang buas tersebut. “Wah larimu lebih cepat dari kemari. Ayo Carlo, kita jangan mau kalah, kejar dia!” katanya semakin semangat. “Ya Tuhan! Dari semua tugas, kenapa aku yang ditugaskan menjaga Tuan Muda Lanxer saat bermain seperti ini!” rutuknya semakin panik mendengar auman menyeramkan harimau putih di belakangnya. Ia cepat-cepat berlari menuju pohon terdekat dan buru-buru memanjatnya. Carlo, si harimau putih itu mengaum mengerikan karena kesal mangsanya naik ke atas pohon. “Yaaaah ...
Happy Reading----- Liora merintih. Pahanya menjepit kepala Gavriel tanpa ia sadari seiring keliaran tangan Gavriel yang memutarinya, menghancurkan dengan kenikmatan yang berpadu sesapan dan tusukan lidah panas. “Ya, ya ... ini berlebihan. Ya Tuhan, ini sangat nikmat, Gav,” erang Liora tertahan sembari menjambak rambutnya sendiri karena satu tangan Gavriel yang lain mempermainkan puncaknya. “Inilah yang pantas kau dapatkan, Cara mia,” kata Gavriel dengan napasnya yang menderu layaknya hewan buas mematikan. Gavriel memasukkan jarinya dan terus mempermainkan lidahnya, meneguk segala cairan cinta Liora untuk mengisi dahaga hasratnya yang tak berujung. Liora mengigit jarinya sendiri, menahan desahan dan teriakan bahagia karena rasa ini begitu menakjubkan. Ia masih mengingat ada Vierra yang tengah tidur di balik sekat dinding kamar ini. Pinggul Liora kemudian mengejang hebat bersamaan dengan cair
Happy Reading----- “Mrs. Arvezio." Bisikan Gavriel yang halus, berat dan nakal langsung menggelitik telinga Liora dan membuat dada wanita itu bergenderang. Panggilan itu benar-benar selalu saja berefek dalam. Pria itu memeluk sang istri dari belakang di tengah Liora yang baru saja memindahkan Vierra tidur di baby bassinet. Pelukan itu terasa begitu erat, menuntut janji. Terlebih ketika ujung hidung Gavriel menyapu kulit leher Liora, menciptakan sengatan geli yang meremangkan. Liora menggeliat dan membuat Gavriel terkekeh. “Ssssttt.” Liora cepat-cepat menutup mulut Gavriel. “Maaf,” bisik pria itu lagi. Ia mengecup leher itu, lalu menyandarkan pipinya di pelipis Liora. “Aku tak menyangka sebentar lagi dia akan dua tahun,” gumam Gavriel dengan mata birunya yang menyusuri damainya tidur Vierra. “Ya, seingatku baru kemarin aku menggendongnya keluar dari inkubator.” Liora tersenyum dengan benaknya yang
Happy Reading----- Gavriel tergelak, terlebih Liora yang hendak pergi dari posisi berbaring di atasnya. Cepat-cepat Gavriel menahan pinggang istrinya itu. “Jangan cemburu. Aku bahkan hanya bertemu ia sekali saat masih kecil.” “Namun, nyatanya sangat berbekas, bukan?” Liora menaikkan satu alisnya dingin. “Mau bagaimana lagi? Ia benar-benar mencoreng harga diriku sebagai anak laki-laki dahulu.” Kali ini kedua alis Liora terangkat. Ia pikir tadi sebuah pertemuan masa kecil yang manis. Gavriel menghela napas. “Harus kuakui bahwa hanya ada dua perempuan yang mengubah prinsip hidupku. Pertama gadis kecil yang dahulu pernah kutemui. Lalu kau, Cara mia. Kau mengubahku menjadi lebih bijak, meninggalkan dunia paling gulita dan tak beradab untuk memilah bisnis yang lebih baik.” “Apa yang gadis kecil itu katakan memangnya?” “Katakan? Tidak, Cara mia. Namun, apa yang dia lakukan.” Dahi
Happy Reading-----“Waaah!”Kali ini Vierra tak bisa menutupi keterpesonaannya dengan banyaknya bunga lonceng di bawah pepohonan tinggi. Sampai hijaunya rumput tergantikan dengan warna ungu kebiruan bunga-bunga itu.Di belakang mereka gemiricik air yang keluar dari tumpukan bebatuan menciptakan air terjun kecil yang memesona di antara aliran air sungai.“Tempat ini sangat cantik,” gumam Liora terpana seraya mengedarkan pandangannya.Gavriel tersenyum. Ia berjongkok dan menurunkan Vierra dari gendongan. “Ambil salah satu bunga itu,” bisik Gavriel.Vierra pun berjalan perlahan mendekati padang bunga lonceng tersebut dengan pengawasan Gavriel dan Liora di belakang.Sementara itu, made guy yang berjaga segera menata karpet piknik dan segala perlengkapan meja kecil dan makanan minuman di dekat batang pohon yang tumbang.“Don Gavriel,” kata salah
Happy Reading----- Liora tersenyum menatap buku kolase album Vierra yang rupanya telah Hunter buat selama ini. Beberapa merupakan foto yang pria itu ambil diam-diam dan beberapa di antaranya adalah foto yang Liora bagikan untuk pria itu. Andai Hunter tak ambisius dengan dendam yang membuatnya berubah mengerikan, mungkin saat ini Hunter masih bisa menimang Vierra. Dari album ini Liora tahu ketulusan Hunter mencintai ponakannya. Liora kemudian menutup album itu dan menyimpannya di kotak kardus. Ada beberapa benda yang telah mengisi kotak kardus itu. Ia sengaja memilahnya untuk ia simpan dan menunjukkan pada Vierra saat sang anak sudah dewasa nanti. Beberapa di antaranya penghargaan dan piagam yang pasti akan membuat Vierra bangga memiliki paman pengacara hebat seperti Hunter. Sama seperti benda-benda dari Alex dan Rose yang ia simpan untuk Vierra. Vierra cukup tahu segala hal yang baik itu. Sebuah aib tak perlu disebar dan diturunka
Happy Reading----- “Kau membuat pertanyaan yang jelas tak ingin untuk aku tolak,” erang Liora kesal bercampur suka cita. Gavriel terkekeh begitu juga dengan yang lain mendengar hal itu. “Ya Tuhan, kau benar-benar sudah sadar dari koma.” Mata Liora kembali berkaca-kaca seraya mengusap sisi wajah Gavriel, seolah ini semua hanya ilusinya karena terlalu takut kehilangan Gavriel. Pria itu tersenyum lembut, merasa kembali jatuh cinta berkali-kali mendapati dirinya sangat begitu berarti untuk Liora. Tak ada hal paling membahagiakan bagi seorang manusia biasa sepertinya di saat hidupnya berarti untuk orang lain, terlebih itu wanita yang paling ia cintai. “Kita bisa memulainya kapan pun kalian siap,” bisik seorang pria paruh baya yang menjadi officiant yang baru Liora sadari ada di tengah-tengah mereka sedari tadi. “Oh maaf.” Liora mendadak salah tingkah ditegur seperti ini. “Aku terlalu larut. Tentu, tentu kita bi
Happy Reading-----Liora menahan diri sekuat mungkin untuk tak menembak kepala co-pilot itu saat ini juga. Sehingga Liora hanya mengangguk, sementara isi kepalanya mulai memikirkan apa yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan diri bersama Vierra saat mendarat nanti. Diam-diam ia merutuk karena selalu melewatkan kesempatan untuk belajar menerbangkan helikopter.Beberapa saat kemudian mereka tiba di Eau Claire. Setidaknya itu yang Liora dengar dari pembicaraan co-pilot dengan menara pengawas. Helikopter mendarat di sebuah helipad di antara bangunan megah kuno dengan taman super luas di sepanjang mata memandang.Pikiran Liora semakin tak menentu. Ini jelas-jelas bukan rumah sakit keluarga Arvezio. Ia kemudian turun dengan tangannya yang terus bersiaga untuk segera mengambil revolver di tas jika terjadi sesuatu.“Sebelah sini, Donna Liora,” kata co-pilot tersebut bersama beberapa orang berseragam hitam yang mengirin