Flo tidur seharian. Tubuhnya sudah terlalu lelah, hingga membuatnya tidak mampu untuk membuka mata. Apalagi tipuan sang suami yang mengatakan ‘mengulang akan membuat rasa sakitnya menghilang’. Alhasil rasa sakitnya berkurang, tetapi lelahnya bertambah.
Sore yang mulai menyapa membuat Flo yang puas tidur, akhirnya membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah suaminya yang keluar dari dalam air. Pintu kamar yang hanya dilapisi pintu kaca, membuatnya dapat melihat jelas suaminya dari balik pintu kaca.Dilihatnya sang suami begitu tampan dengan rambut basahnya. Tetasan air yang mengalir di tubuhnya membuat Flo menelan salivanya.Kafa tampak kembali masuk ke dalam air. Dia hanya keluar untuk mengambil napas, dan kembali menyelam dalam air.Flo yang merasa pemandangan indah itu menghilang membuatnya bergegas untuk berangsur bangun. Dia mengedarkan pandangan. Mencari bajunya. Sayangnya, dia tidak menemukan bajunya. Akhirnya dia mengambHari ini Flo dan Kafa sudah mulai bekerja kembali. Hari ini Flo ada pemotretan pagi, jadi dia memilih untuk bangun pagi-pagi. Semalam dia sudah memohon pada suaminya untuk beristirahat, mengingat pagi ini dia akan bekerja. “Lihatlah, aku sudah seperti panda.” Flo yang sedang memoles wajahnya mendapati kantung matanya menghitam. Itu artinya dirinya kurang tidur dan itu membuatnya harus memakai concealer di bawah mata. Agar matanya bisa terhindar dari mata panda. Kafa yang baru keluar dari kamar mandi hanya tersenyum tipis. Beberapa hari memang dia tidak melepas Flo sama sekali setiap malam. Hingga istrinya itu kurang tidur. “Aku akan minta make up artis memastikan lingkaran hitam itu tidak terlihat.” Kafa mengambil baju dan memakainya. Flo langsung mengalihkan pandangan dari cermin di depannya. Sekali pun sudah melihat Kafa tanpa sehelai benang pun, tetapi tetap saja membuatnya tidak nyaman ketika melihat di waktu lain selain sedang bercinta.
Flo dan Kafa menuju ke restoran. Di sana mereka memesan makan. Makanan kali ini begitu menggiurkan. Walaupun menu diet, tetapi tetap saja tampak enak. “Boleh aku makan banyak?” Flo tidak bisa melepaskan begitu saja makanan di hadapannya. Semua begitu menggugah selera. “Tentu saja boleh.” Kafa tersenyum manis pada Flo.Flo yang mendengar Kafa mengizinkannya begitu curiga. Dia berpikir kenapa suaminya itu begitu baik? Mengedarkan pandangan Flo melihat mungkin saja karena sekarang dia sedang berada di luar dan dilihat banyak orang. Jadi suaminya itu mengizinkan melakukan apa saja. Setelah makan datang. Flo makan dengan lahapnya. Dia benar-benar merasa senang diperbolehkan makan sebegitu banyak. Paling tidak itu bisa untuk tenaganya seharian nanti. “Makan yang banyak, agar kamu bisa mempertanggungjawabkan kesalahanmu,” ucap Kafa di sela-sela makan. Flo yang sedang mengunyah salmon grill miliknya langsung menatap Kafa
Kafa membuka pintu apartemen. Saat masuk dia mencium aroma pedas cabe yang menusuk hidungnya. Hal itu membuatnya terbatuk-batuk. Dia sudah yakin jika istrinyalah yang memasak. Tak butuh waktu lama, dia pun bergegas untuk menemui sang istri. “Kamu masak apa?” Pertanyaan itu yang pertama dilontarkan Kafa. “Kamu sudah pulang.” Flo tersenyum manis menyambut suaminya. Senyuman istrinya itu selalu membuat Kafa terbuai. Senyuman yang membuat jantungnya selalu berdegup kencang. “Aku masak balado telur.” Kafa menautkan kedua alisnya. Dia tidak terbiasa makan makanan seperti itu karena harus menjaga tubuhnya. Lagi pula makanan pedas sangat tidak baik untuk kulit. Walaupun tetap Kafa makan pedas, tetapi itu masih dalam tahap wajar. “Sayang, bukannya ini sudah hampir malam. Kamu tidak boleh makan berat malam.” Makan balado telur pastinya harus dengan nasi. Jadi sudah pasti istrinya itu akan makan berat. “Kamu ti
Flo bersiap untuk berangkat ke kantor agensi. Dia ada pemotretan setelah makan siang. Namun, karena tidak ada makanan di rumah, Flo berniat untuk datang lebih awal. Menikmati makanan di restoran tempatnya bekerja.Flo memakai taksi untuk sampai ke kantor. Tak mau merepotkan Kafa yang pastinya sedang sibuk bekerja. Di lobi kantor, dia bertemu dengan Greta. “Hai, Greta.” Flo menyapa dengan sopan Greta. “Selamat siang, Nona Flo.” Greta menundukkan sedikit kepalanya. Menghormati Flo. Mengingat dia adalah istri pemilik perusahaan. “Siang juga, kamu sedang akan mengepel di mana?” Flo memerhatikan air dan juga alat pel milik Greta. Saya akan mengepel di ruangan Pak Kafa,” jelas Greta. “Oh ....” Flo menganggukkan kepalanya. Mengerti yang dijelaskan. Mungkin jika dia langsung menemui Kafa, dia bisa langsung naik lift bersama Greta, sayangnya perutnya lapar sekali. “Jika pekerjaan ditinggal sebentar, apa itu masalah?” T
Flo melepaskan tautan bibirnya. Wajahnya merona ketika tautan bibir dilepaskannya. Dia baru ingat jika tadi ada Gala, tetapi pria itu sudah tidak ada sekarang. Entah sejak kapan Gala pergi, Flo tidak tahu. “Kenapa malu?” tanya Kafa yang melihat wajah merona Flo. “Kamu melakukannya di depan Gala, bagaimana bisa aku tidak malu.” Flo menekuk bibirnya. “Biarkan saja. Paling jiwa jomlonya meronta hingga memilih pergi.” Kafa tersenyum. Sudah bisa dia bayangkan pasti temannya itu kesal sekali. Flo hanya menatap malas pada suaminya itu. Jelas-jelas dia melakukan di depan umum, tetapi dia tampak begitu tenang sekali. “Jangan kesal seperti itu,” ucap Kafa. Tangannya mengusap bibir Flo yang masih basah. “Bagaimana aku tidak kesal jika kamu tidak mengizinkan temanku untuk menjadi model.” Flo mengingat apa yang menjadi penyebab utamanya kesal. “Dengar, Sayang, perusahaan ini punya standar model yang tinggi. Tidak
Flo terus berlari. Tepat saat di lobi, dia melihat lift yang hendak tertutup Flo yang melihat hal itu langsung berteriak untuk menghentikan lift tersebut. Seseorang di dalam lift tersebut pun langsung menghentikan lift agar Flo bisa masuk. Flo masuk ke dalam lift. Dilihatnya ada seorang wanita yang berada di dalam. “Terima kasih,” ucap Flo tersenyum. Dilihatnya wanita di depannya itu begitu cantik, hingga membuatnya tidak dapat berkata lagi. Sungguh kecantikan yang benar-benar membuat Flo sesama perempuan menjadi iri. “Sama-sama.” Dia tersenyum manis pada Flo. “Ini. Belum diminum.” Dia memberikan minuman yang dibelinya tadi di restoran. “Tidak, terima kasih.” “Lihat napasmu terengah. Legakan dulu dengan ini. Aku membelinya di restoran di sini, jadi pasti sangat aman.” Flo yang memang kehausan karena berlari pun menerimanya. Meminumnya untuk melegakan tenggorokannya. “Aku juga dulu sering sekali terlambat datang. Sampai harus berlari-lari sepertimu.
Flo yang selesai pemotretan bergegas untuk bertemu dengan Greta. Dia ingin tahu bagaimana proses kemarin pemotretan. Tak sabar mendengar cerita dari Greta. Saat mencari Greta, Flo harus mencari Greta di toilet lantai bawah karena hari ini Greta bertugas di sana. “Greta,” panggil Flo. “Nona.” Greta begitu senang ketika Flo mau susah payah datang hanya untuk menemuinya.“Bagaimana kemarin?” Flo begitu penasaran. “Kemarin lancar seperti yang saya katakan di telepon. “Baguslah kalau begitu. Aku ikut senang. Semoga ini jadi awal yang indah untuk kamu.” Flo hanya berharap jika semua akan baik. Dia yakin Greta akan mengubah hidupnya nanti. “Aku mengucapkan terima kasih, Nona. Tanpa bantuan Nona Flo, saya tidak akan sampai di sini.” Greta merasa jika selama ini Flo benar-benar baik padanya. “Iya, sama-sama. Kamu jangan seperti itu. Aku senang membantumu.” Flo tersenyum. Greta menceritakan jika nan
Flo yang selesai pemotretan kembali ke dalam kantor. Dia akan menemui Kafa. Mengingat suaminya sudah mengatakan untuk ke ruangannya setelah pemotretan. Namun, tepat di lobi, dia bertemu dengan Greta. Tampak Greta memakai pakaian biasa. Flo menebak jika temanya itu akan melakukan pemotretan. Kemarin dia sempat dengar jika hari ini Greta akan melakukan pemotretan lagi dengan Daris. Flo merasa senang, perlahan Greta bisa masuk ke dunia permodelan. Meskipun tidak mendapatkan bantuan Kafa dan Gala, temannya itu sudah bisa menjadi model. “Greta.” Flo memanggil temannya itu. Dia melambaikan tangan pada Greta. Flo memang selalu seperti itu pada Greta. Tak pernah memandang siapa Greta. Greta tersenyum dan membalas lambaian tangan Flo. Dia bergegas menghampiri Flo. “Nona Flo,” samanya. “Kamu sudah akan pergi pemotretan?” tanya Flo memastikan.“Iya, saya ada pemotretan.” Greta tersenyum. Kali ini dia begitu bersemangat. Kemarin Daris bilang hari ini akan ada pemotretan majalah. Jadi fotonya
“Kai ....” Kafa memanggil anaknya. Tangannya melambai-lambai pada bayi yang kini berusia lima bulan itu.“Sayang ....” Flo memanggil anaknya. Tangannya bertepuk-tepuk berusaha untuk memanggil anaknya agar menghadap ke arahnya. Selain dua orang tuanya ada Gala dan Luis yang memakai topi kelinci yang ketika ditarik telinganya akan naik ke atas. “Baby Kai.” Gala dan Luis memanggil bayi gembul anak dari Kafa dan Flo itu. Mereka berempat heboh sekali membuat Kai tertawa di depan kamera. K managemen disibukkan dengan kedatangan Baby Kai setiap bulan. Kafa dan Flo selalu memotret anak mereka dari bulan ke bulan. Foto-foto itu akan jadi kenang-kenangan untuk mereka kelak. Sebenarnya banyak sekali tawaran yang datang. Brand-brand bayi ingin sekali menjadikan Baby Kai sebagai model mereka. Namun, Flo tidak mengizinkan. Sekali pun tidak menerima tawaran model bayi, brand-brand terkenal tetap mengirim barang-barang mereka. Flo aka
“Tahan-tahan.” Navio meminta Flo dan Kafa yang sedang berpose di depan kamera untuk tetap menahan posenya itu. Kafa dan Flo masih dalam posisinya. Kafa yang mencium perut Flo yang sudah semakin membesar pun mempertahankan posisinya. Sudah sembilan bulan kehamilan berlangsung. Selama sembilan bulan ini tak banyak kendala yang terjadi. Flo semakin bersemangat berpose di depan kamera. Selama kehamilan ini Flo justru mendapatkan tawaran untuk pemotretan ibu hamil. Beberapa produk pakaian ibu hamil mengontraknya untuk menjadi model untuk produk mereka. Flo seolah mendapatkan keasyikan tersendiri dalam pekerjaan itu, dia bisa berpose, tanpa membatasi dirinya sama sekali. Kafa yang melihat sang istri begitu senang menjalani pemotretan, akhirnya mengizinkan Flo untuk melakukannya. Baru memasuki usia sembilan bulan ini Kafa mulai membatasi pekerjaan Flo. Hari ini mereka hanya melakukan pemotretan untuk kehamilan Flo. Foto yang diabadikan untuk
Gala menyiapkan kepergian Greta untuk ke luar negeri. Dokumen-dokumen sudah disiapkan oleh Gala. Jadi tahun ini K Management bekerja sama dengan Elite Management di Paris-tempat di mana Kafa dulu bernaung. Dari K Management akan mengirim modelnya untuk belajar di sana. Untuk bisa masuk ke permodalan internasional. Kafa sengaja mengirim Greta untuk keluar negeri belajar modelling. Kafa yang melihat potensi Greta merasa itu perlu dikembangkan. Hal itu tentu saja membuat Kafa memutuskan untuk mengirim Greta keluar negeri. “Apa semua sudah siap?” Kafa menatap temannya itu saat temannya datang ke ruangannya untuk meminta tanda tangan. “Sudah, nanti malam mereka semua akan berangkat ke Paris.” Gala sudah menyiapkan dengan baik. “Bagus. Pastikan juga orang kita di sana menjaga mereka semua.” Kafa tetap tidak mau sampai model-modelnya kesulitan saat di sana.“Aku sudah pastikan itu.” Gala mengangguk pasti. Suara ketukan pintu terdengar. Kafa
Musik terdengar mengiringi langkah kaki para model berjalan di atas catwalk. Satu per satu model K Management memamerkan koleksi dari para desainer ternama. Saat tiba giliran Kafa yang berjalan di atas catwalk banyak orang yang langsung mengabdikan momen itu. Kafa sudah lama tidak berada di atas catwalk memang selalu menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi kali ini dia membawa rancangan desainer terkenal. Pesona Kafa memang tidak pernah luntur. Calon papa itu tetap memesona di mata mereka yang melihatnya. Mungkin lebih tepatnya pesona Kafa semakin terpancar setelah menikah. Para wartawan pun tak melepaskan kesempatan itu. Mereka membidik foto Kafa dan akan memasangnya di majalah fashion mereka. Mereka yakin penjualan dari majalah yang menampilkan wajah Kafa, pastinya akan sangat besar. Karena itu, mereka tidak mau melepaskan kesempatan tersebut. Flo yang duduk di barisan tamu undangan hanya tersenyum ketika melihat Kafa. Dia masih tidak menyangka j
Flo mengayunkan langkahnya memasuki kantor K Management. Tadi dia bosan sekali di rumah. Karena itu dia memutuskan untuk ke kantor. Dia datang bersama Luis, karena kebetulan Luislah yang menjaga Flo selama di rumah. Flo dan Luis pun segera mendatangi ruangan Kafa. Menemui pria itu yang sedang bekerja. Di depan ruangan Kafa, Flo sudah disambut oleh sekretaris Flo. Sang sekretaris pun segera mempersilakan Flo untuk masuk. Bersama dengan Luis, Flo segera masuk ke ruangan Kafa. “Sayang.” Kafa cukup terkejut dengan kedatangan Flo. Tidak menyangka ternyata Flo datang ke kantor. “Kenapa ke sini?” Kafa yang sedang duduk manis di kursinya, segera menghampiri Flo. “Aku bosan di apartemen.” Flo menekuk bibirnya. “Kalau kamu bosan, kamu bisa minta Luis untuk menghiburmu.” Kafa memapah sang istri untuk duduk. “Kak Kafa pikir aku badut.” Luis yang mendengar ucapan Kafa pun melayangkan protesnya. Kafa hanya tersenyum saja keti
Gala mendengus kesal ketika mendapatkan kabar jika tak ada yang menemukan Greta di mana. Dia merasa kesal sekali ketika kini dia berada dalam masalah yang begitu besar sekali. Kini dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Tepat saat itu juga suara ponsel Gala kembali berdering. Saat melihat layar ponselnya, dia melihat Kafa yang menghubunginya. Tak butuh waktu lama, dia segera mengangkat sambungan teleponnya. “Ada apa?” tanya Gala sesaat menempelkan ponsel ke telinganya. “Apa kamu sudah berangkat ke kantor?” Kafa di seberang sana langsung melempar pertanyaan itu. “Belum.” “Bagus. Aku ingin kamu membelikan bubur ayam terlebih dahulu. Karena Flo sedang menginginkannya.” Gala menautkan alisnya. Kenapa juga dia harus membeli. Padahal sudah ada kurir makanan. Namun, demi sang adik tercinta, tentu saja dia tidak akan keberatan untuk melakukan hal itu. “Baiklah.” Gala pun setuju. Segera dia mematikan sam
Kafa meminta Flo untuk beristirahat. Dia tidak mau sang istri kelelahan. Apalagi dia baru saja keluar dari Rumah sakit. “Aku sudah banyak tidur di Rumah sakit.” Flo melayangkan protes. “Lalu sekarang kamu mau apa selain istirahat?” Kafa menarik selimut untuk menutupi tubuh Flo. Flo hanya menekuk bibirnya. Memang benar yang dikatakan suaminya. Memang tak ada yang bisa dia kerjakan. Kafa yang melihat bibir Flo langsung memberikan kecupan di bibir tersenyum. Dia begitu gemas sekali ketika sang istri menekuk bibirnya. Namun, kecupan itu berlanjut dengan sesapan manis. Tak tahan dengan hanya sekali kecup. Flo yang tak siap pun terengah-engah ketika tak ada oksigen yang masuk ke dalam paru-parunya. Hingga akhirnya Kafa melepaskan ciuman itu. “Kamu mau membunuh aku?” Flo mengambil napas sebanyak mungkin. Suaminya benar-benar tanpa aba-aba sama sekali. Membuatnya tak siap. “Astaga, Sayang, segitunya. Tentu s
Dokter baru saja memeriksa Flo. Keadaan Flo yang sudah membaik membuat dokter mengizinkan Flo untuk segera pulang. Flo merasa beruntung karena dia memang sudah bosan di Rumah sakit. Aroma Rumah sakit membuatnya sedikit mual. Kafa segera merapikan semua barang-barang Flo. Bersiap untuk pulang. Tadi dia sudah mengirim pesan pada Gala, untuk segera datang ke Rumah sakit. Karena dia tidak membawa mobil. Saat sedang sibuk merapikan barang-barang Flo, suara pintu terdengar. Saat menoleh ke arah pintu, dia melihat ada Luis di balik pintu. Luis tidak sendiri. Dia bersama Navio. “Navio, kamu juga ikut ke sini.” Kafa yang melihat Navio ikut dengan Luis segera menghentikan kegiatannya merapikan. “Iya, aku ingin melihat istri seorang Kafaeel Syailendra.” Navio tersenyum. Dia sedikit memiringkan kepalanya. Melihat ke arah Flo yang masih berbaring di ranjang. “Hai.” Dia melambaikan tangan pada Flo. Flo merasa takut ketika melihat orang asing menyapanya. Bayangan Dari
Navio datang ke kantor K Management sesuai dengan janjinya kemarin dengan Kafa. Saat sampai di K Management, dia memfoto aktivitas yang terjadi di K Management. Kantor yang estetik dan begitu nyaman membuatnya tertarik untuk mengabadikannya. Navio membidik setiap sudut, lalu lalang orang, dan apa saja yang dilihatnya. Saat kameranya berusaha terus membidik objek, ada yang membuatnya tertarik. Apalagi jika bukan coffee shop yang berada di area kantor. Beberapa karyawan dan model tampak sedang menikmati kopi. Tentu saja itu membuat Navio begitu tertarik sekali. Karena budaya minum kopi setiap negara berbeda-beda. Luis yang sedang menikmati kopinya merasa ada yang sedang memfoto dirinya. Tentu saja hal itu membuatnya tidak terima. Tidak ada yang boleh memfoto dirinya sembarangan. Dengan segera dia berdiri. Menghampiri pria tersebut. “Apa kamu sedang memotret aku?” tanya Luis kesal. Navio menurunkan kameranya. Memperlihatkan wajahnya yang sedari tadi tertutup ol