Author POV "Nona. Saya akan mengganti selang infusnya." Bisik seorang perawat yang membangunkan Lylia perlahan. Sang putri tidurpun akhirnya terbangun dari tidur dan mimpi indahnya malam ini. "Mh? Oh? Iya Suster." Jawab Lylia yang membuka mata dan mencoba memfokuskan pengelihatannya ke sekitar ruangan. Tampak Dante sedang tertidur menelungkup di kasurnya sambil memegang tangan Lylia yang sedang di gips karena patah. 'Sampai segitunya Daddy tidak mau tidur di kasurnya dan memilih untuk tidur di kursi seperti ini? Apa punggungnya tidak sakit?' Batin Lylia khawatir. Suster yang melihat Lylia yang tengah terduduk dengan canggung hanya bisa tersenyum. Menurutnya, menjadi seseorang seperti Lylia pasti sangat menyenangkan. Bagaimana tidak... Seorang pemilik rumah sakit dan konglomerat ternama seperti Dante Prime sampai rela tidak pulang hanya demi menemani dan menjaganya di rumah sakit hampir setiap hari. Dia pasti begitu berharga di mata pria dewasa ini.
Author POVMatahari belum terbit saat Dante sudah tiba di kantornya. Kantor kosong menjadi saksi bisu melihat senyuman Dante yang terus terukir menyinari ruangan yang masih remang-remang karena lampu gedung belum sepenuhnya dinyalakan. Dante menuju kantor utamanya di lantai paling atas. Eugene yang bertugas menemaninya hari ini bergegas membuka ruangan yang masih terkunci itu dan mempersilahkan pimpinan utamanya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Dante menuju kamar mandi yang berada di kamar pribadinya yang memang tersedia di kantornya. Kamar itu di khususkan untuk sang pimpinan ketika ia memutuskan untuk lembur atau bahkan hanya sekedar mengistirahatkan dirinya dari rutinitas pekerjaan.Dante bergegas mandi masih dengan senyuman semakin mengembang di wajahnya.Bagaimana tidak, gadis kecilnya tadi pagi memeluknya dengan kehendaknya sendiri tanpa di suruh. Belum lagi ciuman panas mereka yang terjadi setelahnya. Dante berjanji akan menaikkan berat badan gadisny
!!PLEASE BE WISE!!Bagian cerita kali ini mengandung kata-kata kasar, mohon kebijakan para pembaca sekalian.***Author POVKai memasuki ruangan Lylia setelah mengantarkan Alicia kembali ke kamar Nico. Pipinya tampak sangat merah dan di sudut bibirnya tampak sedikit mengeluarkan darah. Lylia yang tengah terduduk sambil berbincang sekilas dengan Suster yang sedang menenangkan dirinya tampak kaget akan kehadiran Kai yang terlihat sangat kacau."Kemarilah Kai…" Lylia memanggil Kai dan menepuk-nepuk kursi di sebelahnya, tempat Daddynya tertidur semalam.Kai datang dan terududuk sesuai dengan perintah gadis majikannya."Suster bisa tolong ambilkan perlengkapan pembersih luka?" Pinta Lylia sopan.Perawat yang sedari pagi bertugas merawatnya tersenyum paham akan maksud pasiennya."Silahkan Nona." Ucapnya membawa beberapa perlengkapan P3K."Terima kasih." Balas Lylia disambut senyuman."Sama-sama Nona, kalau begitu saya permisi dulu." Perawat tersebut ke
!!PLEASE BE WISE!!Bagian cerita kali ini masih mengandung kata-kata kasar, mohon kebijakan para pembaca sekalian. *** Author POV Alicia kini segera mencari senjata baru untuk dipakainya. Dengan cepat ia memecahkan vas yang berisi bunga segar hasil pemberian Bobby untuk Lylia kemarin. Di ambilnya potongan vas yang lebih besar dan tajam di kedua tangannya dan berancang-ancang untuk melompati Kai terlebih dahulu. Kai dengan sangat sadar akan kemungkinan di hajar bahkan di tembak mati oleh tangan Tuannya sendiri kalau sampai gadis yang majikannya percayakan tersebut sampai terluka. Alicia bergerak maju melayangkan beberapa gerakan yang terus dihindari Kai. Kedua tangannya yang memegang pecahan vas bunga itu mulai mengeluarkan darah karena cengkramannya yang sangat kuat. Kai terus menghindari pecahan vas itu meski harus menerima tendangan bahkan sikutan di seluruh badannya. Sungguh menakjubkan untuk seorang ibu, gerakan Alicia sangat di luar nalar Lylia dan Ka
⚠️be wise⚠️ ⚠️this scene's going to be 18+⚠️ Lylia POV Daddy terduduk di sofa kamarku dengan muka datarnya. Ia tidak melepaskan pelukannya di tubuhku sama sekali. Mataku melihat Kai yang tertelungkup kesakitan dengan darah yang berceceran di sekitarnya. Aku berniat untuk menolongnya namun tangan Daddy menahan langkahku. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Kutatap wajahnya yang dingin dan tidak berekspresi itu. Sorot matanya tampak buyar, dan tidak terfokus. Tentu saja, hari ini pasti sangat melelahkan baginya. Aku mencoba menguatkan diriku meski tubuhku sendiri masih bergetar ketakutan. "Daddy, aku tidak apa-apa." Ucapku menyentuh pipinya dengan satu tangan. Kuangkat wajahnya yang suram itu dan melihat netranya yang kosong. "Aku hanya ingin menolong Kai. Sebentar ya Daddy." Ucapku kemudian mencoba melepaskan rangkulan tangannya di perutku. Tangannya melemas dan ia melepaskanku seakan memberikanku izin. Langkahku segera mendekat menuju ke arah Kai y
⚠️be wise⚠️⚠️this scene's going to be 18+⚠️Lylia POVDaddy mengangkat tubuhku dan melepaskan pakaian dalamku. Kini tubuh polosku terpampang di hadapannya. Aku yang berusaha menutupinyapun tampak sia-sia karena satu tanganku sedang di gips. Daddy membawaku kembali ke atas tubuhnya yang sedang terduduk."Naik kesini sedikit sayang." Daddy mengarahkan tubuhku untuk bersimpuh mengapit kedua pahanya dan menyuruhku untuk memeluk kepalanya.Kini poseku terbilang cukup erotis di hadapannya. Aku hanya menenggelamkan kepalaku di ceruk lehernya karena sensasi yang sangat aneh kini sedang menjalar di sekujur tubuhku. Belum lagi tangan Daddy yang terus menerus mengeksplor tubuhku tanpa henti."Ngghhh!! Daddy~" Nadaku otomatis berubah seketika."Yes Baby Girl?" Ucap Daddy mencium telingaku."Rasanya geli." Aku terus menahan suaraku agar tidak bernada sensual seperti tadi."Geli saja sayang?" Suara Daddy tampak menikmatinya.Aku menggeleng perlahan.
Dante POVAku melihat gadisku dengan rambut pendek sebahunya sedang duduk dengan para Dokter ahli yang sibuk mengecek kondisi terakhir bahunya, setelah selamat dari amukan liar Alicia. Aku hanya duduk dan terus memperhatikannya sambil menikmati sebatang rokok di tanganku. Setelah kejadian itu kupindahkan kamar Lylia ke tempat yang lebih jauh dari kamar Nicholas. Karena setelah ini, aku tidak tau apa yang akan Alicia lakukan kepadanya lagi kalau bertemu."Saya rasa semua baik-baik saja, Tuan. Selama Nona Lylia tetap meminum obatnya dia akan lebih cepat sembuh dari biasanya." Lapor salah satu Dokter penanggung jawab.Aku hanya terdiam tidak membalasnya. Malah sibuk melihat Lylia yang sedang tersenyum bersama perawat yang mengajaknya berbincang."Baik Tuan, kami permisi." Merasa diacuhkan para Dokter tersebut pamit mengundurkan diri."Istirahatlah sayang." Ucapku menyimpan gelas minumanku di atas meja dan berdiri mendekatinya
Author POVBeberapa haripun berlalu dengan lancar tanpa ada hal yang terjadi pada Lylia. Dante benar-benar tidak pernah meninggalkan sisi gadis itu. Segala kegiatan perkantoran ia selesaikan melalui tabletnya di rumah sakit. Lylia yang awalnya merasa tidak enak, hanya bisa membiarkan Daddy-nya melakukan apapun yang ia sukai, demi membuat Daddy-nya tenang dan kembali mempercayainya. Ia yakin Daddy-nya hanya terlalu mengkhawatirkan kondisinya yang masih menjalani pemulihan saat ini. Harley bahkan diperintahkan untuk langsung melayani segala kebutuhan Lylia selama di rumah sakit dan menggantikan posisi Kai yang sedang menjalani pengobatan atas luka yang dideritanya di ruangan perawatan yang masih satu lantai dengan Lylia dan Nicholas.Tampak juga Nicholas yang sedang menghabiskan waktunya duduk di samping kasur Lylia, bercanda gurau dengan sang pujaan hati di saat sang ayah dan sekertarisnya tengah sibuk menyelesaikan pekerjaannya menandatangani
Author POV Hari itu baru memasuki bulan ke delapan sebelum Lylia masuk ke rumah sakit karena air ketubannya yang mendadak keluar karena kontraksi yang Lylia pikir sebagai kontraksi palsu semata. Dan dengan perasaan panik yang luar biasa, Dante segera menyuruh seluruh dokter kandungan yang bertugas hari itu untuk segera datang ke istananya tanpa terkecuali. Rasa panik juga dirasakan oleh Nicholas yang segera memesan tiket penerbangan kembali ke tanah air demi melihat sang adik yang tampaknya akan lebih cepat hadir ke dunia. Belum lagi Ted yang ikut kebingungan mencari penerbangan untuk melihat adik kesayangannya yang akan melahirkan. "Bagaimana Dok?!" Panik Dante. "Anaknya sudah bisa dikeluarkan, Tuan. Melihat kondisi Nyonya sekarang, sepertinya mustahil untuk melahirkan di Rumah Sakit. Apa Tuan mengizinkan kami untuk melakukan persalinan di sini?" Tanya dokter senior yang paling bertanggung jawab. "Lakukan apapun yang perlu kalian lakukan, asal istri dan anakku selamat!" Titah Dant
Author POV Dengan masih terbalut pakaian yang penuh dengan bercak darah, Dante membawa Lylia kembali pulang kerumah mereka setelah melalui malam yang sangat panjang dan menyiksa batin mereka berdua. Dengan berat Lylia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang yang penuh dengan kenangan buruk nan melegakan itu. Ia baru saja telah memberikan izin suaminya untuk membunuh seseorang yang sudah menghancurkan kehidupannya dengan bantuan tangan dingin Dante. Tapi tangan dingin itu jugalah yang berkali-kali menyelamatkan dirinya dan membuatnya sadar bahwa semua masalahnya sudah berakhir. Tidak ada lagi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang berani mengancam keberadaannya. Meski demikian, Dante tidak berbesar hati. Dia akan tetap waspada dan selalu memberikan perlindungan yang utama pada sang istri tercinta agar hal serupa tidak akan terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Sudah cukup. Namun untuk sekarang ini, semuanya sudah selesai. "Daddy..." "Ya sayang?" Tanya Dante melirik istrinya yang tengah
Author POVKini jari Dante merengsek masuk mencongkel salah satu bola mata Ronan yang terus menatapnya benci. Dan tanpa perasaan ia mulai mengobrak-abrik rongga mata itu hingga salah satu bola mata itu berhasil ia keluarkan dalam kondisi sempurna yang kemudian ia lemparkan begitu saja tepat ke hadapan Alicia.Alicia semakin menangis tak terkendali. Ia sudah tidak mempedulikan borok dan luka yang membusuk di kedua tangan dan kakinya. Victor memperlakukan Alicia persis seperti apa yang sudah ia perbuat pada Lylia dengan membuat luka yang sama pada tubuh istri majikannya. Alicia mendekatkan dirinya pada tubuh Ronan yang masih bernyawa namun sudah tidak berbentuk lagi. Kedua tangan dan kakinya sudah tidak ada di tempatnya, perut dan dada yang berlubang akibat tebasan pedang tajam Dante, bibir yang hilang dari tempatnya serta bola mata Ronan yang keluar dari tempatnya. Ronan hanya bisa bergetar sesekali akibat kejang otot yang dirasakannya. Ia masih bisa melirik Alicia yang menatapnya iba
Author POV "Kau tau... Pedang ini turun temurun digunakan untuk mengeksekusi para saingan bisnis kotor keluarga Prime yang sudah berbuat curang dan licik sepertimu. Jadi seharusnya menjadi kehormatan bagimu bisa menjadi salah satunya." "DASAR BAJINGAN KAU DANTE!!! MATILAH KAU!!" Maki Ronan yang tau akan dilakukan seperti apa oleh monster yang satu itu. "Kau tau kenapa aku punya gudang seperti ini disini? Karena ini menjadi tempat yang tepat bagiku untuk menghabisi orang-orang yang licik seperti kalian. Jauh segala sesuatu yang mewah dan pantas. Kalian hanya seonggok sampah yang membuatku kesulitan. Dan kau tau siapa yang menyukai sampah?" Tanya Dante saat sibuk memangkas tangan dan kaki Ronan satu persatu. "AAAAAKH!! BRENGSEK KAU DANTE SIALAN!! KUKUTUK KAU DAN SELURUH KELUARGAMU!!!" Jerit putus asa Ronan yang semakin membuat Dante tersenyum puas. Victor lalu datang membawa satu kandang kaca yang berisi tikus hitam yang besar dan bergerak yang bergerak sangat gesit bak sedang kela
Author POV"Kau tidak marah? Aku mencium seseorang yang kau sangat cintai dulu. Oh, tidak. Bahkan kau masih mencintainya sampai saat ini. Hanya saja rasa cintamu sudah tertutup dengan perasaan bencimu denganku." Smirk Lylia mencoba memprovokasi Alicia setelah puas mencium Dante."Seseorang yang begitu berkuasa ini ternyata sangat manis dan terlalu baik padaku. Apa kau pernah merasakan perhatian itu, Alicia? Rasa cinta dan kasih sayang Dante yang mengalir bak air hujan yang tidak pernah kering! Apa kau pernah dicintai sebegitu dalam oleh mantan suamimu yang terlalu romantis? Hm?!" Lylia mulai berjalan kembali mendekati Alicia.Dante sedikit kaget dengan segala macam ucapan provokatif Lylia. Istrinya itu mencoba menyerang dan menyiksa batin Alicia secara perlahan."Apa Dante pernah melakukan hal manis itu padamu? Tidak? Oh, kasihan... Kaulah yang harusnya dikasihani. Perempuan kasar yang kekurangan kasih sayang tapi haus akan kekuasaan dan kehormatan sepertimu malah mengais-ngais cinta
Author POV "DADDY HENTIKAN!!" Lylia berjalan meraih lengan Dante dengan mengesampingkan segala ketakutan yang menjalar di tubuhnya. "Lylia!" Panik Kai yang segera berjalan mendekat namun ditahan oleh Victor yang mengkhawatirkan keselamatan Kai. "Tahan, tunggu sebentar. Kita akan menyelamatkan Nyonya Lylia kalau Tuan mulai lepas kendali. Perhatikan terus mata itu." Bisik Victor. "Daddy kumohon..." Lylia mulai memeluk Dante dari belakang karena tidak berhasil menahan langkah penuh emosi Dante. "SINI KAU BRENGSEK! AKAN KUBAWA KAU BERTEMU KELUARGA PRIMEMU YANG TERKUTUK ITU!!" Maki Alicia tidak berhenti. Dante berhasil mendekati Alicia dengan Lylia yang masih menempel di tubuhnya. Dante meraih kerah baju Alicia, mengangkat tubuh kurus kering itu tinggi-tinggi dan mulai mengepalkan tangan kanannya seolah siap menghajar Alicia. "DANTE PRIME HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!" Jerit Lylia. Dante tidak bergeming. "KALAU TIDAK, AKU AKAN MEMBUNUH ANAK INI!!" Tambahnya putus asa. Suara teriakan
Author POV Tubuh Lylia bergetar hebat. Tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia anggap baik di hadapannya itu nyatanya tidak lebih buruk dari Mark ataupun Marie yang hanya menginginkan hal buruk menimpa dirinya. Lylia tidak paham lagi apa yang sudah membuat mereka semua begitu membenci dirinya. Yang ia tau, semua bermula saat kehidupannya yang baru dimulai di keluarga Prime. Jadi ini adalah resiko yang harus Lylia jalani saat Dante Prime mulai menerima keberadaannya. "Bagaimana? Apa menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengagumimu?" Tanya Ronan menghentikan lamunan Lylia. Lylia yang masih terkejut atas fakta-fakta menyedihkan selama ini lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Oh, ayolah! Apa seenak itu tidur dengannya? Kudengar dosen itu tergila-gila padamu. Apa dia memperlakukanmu dengan sangat baik? Seharusnya sih iya. Dia terlihat lebih sopan ketimbang bajingan di belakangmu itu." Senyumnya mengejek. Lylia yang paham mulai membulatkan matanya. Ia ke
Author POVDante mengemudikan mobilnya sendiri dan membawa sang istri tercinta yang kini tengah mengandung anak 'mereka' berdua yang kini sudah masuk di tri semester kedua. Tentu saja benjolan kecil di perut Lylia itu semakin terlihat jelas karena tubuh Lylia sendiri yang tidak terlalu besar dan cenderung sedikit kecil. Namun saat ini karena hormon yang di keluarkan oleh sang ibu hamil membuatnya tampak lebih cantik dan seksi dibandingkan sebelumnya. Dan hal itu diakui tidak hanya oleh Dante sebagai sang suami, Nicholas pun yang sering membuat panggilan video pada mereka juga mengakui hal yang sama. Di matanya, Lylia yang merupakan ibu sambungnya tampak lebih menggemaskan dibandingkan biasanya. Hal itu yang membuat Dante s
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️ ⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️ . . . Author POV Suara desahan nikmat Lylia sejalan dengan badannya yang bergerak naik turun sesuai tempo mulai memenuhi kamar Dante yang awalnya sangat sepi. Lylia sangat menikmati momen kebersamaan mereka yang satu ini, mempunyai janin di dalam kandungannya bukan menjadi suatu penghalang baginya untuk memuaskan hasrat sang suami. "Baby.." Khawatir Dante, meski ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Istrinya tetap terasa sempit bagi ukuran Dante yang di luar normal itu, meski istrinya sudah ia persiapkan dengan sangat matang sebelum menghujaminya berkali-kali setiap malam. Tidak ada yang berubah. Istrinya tetap terlalu sempit untuknya. Tapi itu tidak masalah, karena Lylia juga ternyata menyukai kelebihan Dante yang satu ini. "Daddy.. Wait for me. Mmhhh..." Lylia mulai menggerakkan panggulnya kedepan dan kebelakang demi memijat lembut sang suami. "Oh! What a bad baby girl." Desah Dante y