Author POV
"Ly, tunggu!" Teriak Nico menyampiri Lylia.
"Maafin Mommy gue ya. Dia memang agak sedikit kasar. Tapi sebenarnya maksud ucapannya tidak beg—"
Tes.
Lylia kembali meneteskan air mata yang ia tampung dengan sekuat tenaga. Nico yang melihat itu kemudian mencengkram bahu dan menarik dagu Lylia untuk mengadah keatas menatapnya. Ekspresinya tampak kasihan melihat gadis yang masih menahan tangis itu. Di sikapinya kedua pelupuk mata Lylia dengan jarinya agar air mata yang tertampung itu menetes dan tidak menganggu pengelihatan gadis itu.
"I'm so sorry, Ly. Maafin nyokap gue. Pertemuan pertama kita yang awalnya baik baik saja jadi jelek begini. Mommy memang suka ngerusak suasana." Khawatirnya sembari mengusap pucuk rambut Lylia.
"Udah dong. Senyum-senyum! Lu lucu tau kalau lagi senyum gitu." Canda Nico melepas cengkramannya.
"Maaf Kak Nico, sepertinya aku sedikit sensitif tadi." Lylia mencoba menahan sesak di dada setelah mendapatkan penghinaan atas harga dirinya sekali lagi, lalu tersenyum dengan sedikit paksaan.
"Nah gitu dong. Cute." Cengirnya.
Lylia tersenyum.
"Trus habis ini kesibukan lu apa?"
"Aku mau melapor dulu ke Tuan Harley terus minta dijelasin tentang aturan aturan dasar rumah ini, seperti masalah buka pintu tadi. Bukannya Tuan Dante tadi menyuruhku begitu?" Balas Lylia polos.
Nico tertawa terbahak bahak.
"Sorry, sorry. Agak lucu sih dengernya. Lu manggil Harley Tuan sama kayak lu manggil Dad gue. HAHAHAHA!" Tawanya.
Lylia memiringkan kepalanya kebingungan.
"Maksud gue, apa jabatan mereka sama di mata lo? Tuan Dante dan Tuan Harley?" Selanya masih tertawa memegang perut.
Lylia membulatkan matanya.
"Nggak.. bukan gitu maksudnya, Kak. Hanya saja, Tuan Harley begitu baik menerimaku tadi pagi. Beda dengan si kacamata Kai itu. Dan Tuan Dante memang minta di panggil Tuan. Padahal tadinya aku memanggilnya Paman, karena dia dulu teman bisnis Ayahku."
Nico semakin tertawa terbahak bahak mendengarnya.
Mendengar Ayahnya di panggil Paman oleh gadis di depannya yang sekarang menjadi asisten koki rumah tangga mereka. Air mata bahagianya sekilas keluar dari ujung mata. Nico masih memegangi perutnya yang keram karena tawanya sendiri sedangkan Lylia tampak panik dan bingung, tidak tau harus berbuat apa.
"Duh, ampun. Perut gue." Kata Nico menghela nafasnya karena sesak.
Dia menyeka sisa air matanya lalu kembali memegang bahu Lylia.
"Andai gue tau lu jauh sebelum kondisi lu sekarang ini, gue yakin kita bisa jadi teman baik bahkan lebih. Sumpah Ly. Lu menarik perhatian gue. Semua ucapan bahkan ekspresi lu, gue suka! Gue bisa nganggep lu jadi saudara gue! Sodara perempuan gue! Pokoknya panggil gue Kakak kalau kita lagi berdua, okay?" Dengan bangga dia menepuk nepuk pundak Adik barunya sambil terseyum sumringah.
Lylia semakin bingung harus membalas apa kata kata Nico barusan.
"Ma-makasih, Kak?" Ragu Lylia dengan senyum maksanya.
"Sip. Gitu aja udah cukup. Lu Cute, Ly." Senyumnya.
.
.
.
Setelah makan malam bersama dengan rekan rekan kitchen, Lylia di panggil langsung oleh Harley untuk mendapatkan sesi les privat kilat khusus untuknya. Harley menjelaskan tentang seluk beluk dan aturan yang berlaku di istana megah ini secara rinci sampai Lylia terheran mengapa pria sepintar, secakap dan sesantun seperti Harley ini mau bekerja sebagai Kepala Pelayan di rumah Dante? Padahal kalau di luar sana, Lylia yakin banyak perusahaan yang mau mempromosikan Harley di posisi penting.
Lylia kini menyadari bahwa Tuan Dante adalah pemimpin sekaligus pemilik dari Prime Corporation yang aset kekayaannya berasal dari berbagai macam bidang bisnis properti, rumah sakit, kawasan vital ibu kota, pasar modal, dan lainnya. Beberapa bisnis gelap juga dilakukannya dengan rapi salah satunya adalah pengedaran miras tanpa bea cukai, narkoba bahkan prostitusi. Jadi wajar banyak bodyguard yang berlalu lalang di sekitar Lylia saat ini. Mereka hanya melindungi sang Raja.
Lalu 'kakak' Nicolas Lylia saat ini adalah satu satunya anak kandung kebanggan Tuan Dante. Berparas rupawan dengan body yang maskulin. Kuliah di Inggris dengan mengambil jurusan Manajemen Bisnis Internasional semester akhir. Berstatus single tanpa wanita khusus di dekatnya. Menguasai seni bela diri dan penggunaan senjata tajam. Lelaki yang memang dipersiapkan dengan matang oleh sang ayah untuk meneruskan garis kekuasaan keluarga Prime.
Kemudian wanita dewasa yang cantik bernama Alicia itu adalah istri dari sang pemilik rumah. Meskipun sering terlihat tidak harmonis, tolong di acuhkan saja. Itulah pesan yang di sampaikan Harley pada Lylia. Alicia adalah anak tunggal dari pengusaha ternama yang sudah menikah dengan Dante selama hampir 23 Tahun. Berperawakan mempesona namun tidak dengan kelakuan licik, matrealistis, dan semena-menanya itu. Tidak terhitung sudah berapa banyak pembantu yang jadi korban kekesalannya dan berakhir di jalanan.
Karena sikap liarnya itu Dante lebih sering mengacuhkan istrinya sendiri atau hanya sekedar membentaknya. Sesekali Dante melihat Alicia hanya sebagai objek pemuas nafsunya di ranjang. Sosok monster bernama Dante itu ternyata masih seorang manusia normal dengan jenis kelamin laki laki dewasa yang membutuhkan pelampiasan hasrat seksual. Enggan bagi Dante menceraikan sang istri karena Dante memikirkan perasaan sang anak. Dan meskipun Alicia selalu diperlakukan rendah oleh sang suami, wanita itu tidak pernah berniat menginggalkan sang suami dan juga anaknya.
Harley hanya berharap agar Lylia tidak banyak bertanya di kemudian hari dan menjauhi urusan pribadi keluarga Prime. Harley juga menambahkan, ada tiga serigala yang akan selalu mengekori Dante. Tiga serigala itu bernama Kai, Victor dan Eugene. Mereka adalah serigala jahat yang hanya setia pada satu majikan. Mereka akan siap menggigit dan mencabik cabik seseorang hanya dengan jentikan jari milik Dante. Ketiga serigala itu berhutang nyawa pada Dante sehingga mereka di pastikan tidak akan pernah meninggalkan sisi sang majikan.
Lylia dengan yakin membayangkan ketiga serigala yang di maksud oleh Harley itu adalah pria pria yang duduk di ruang kerja Dante saat Lylia mengantarkan kopi tadi malam. Membayangkan sosok mereka saja membuat bulu kuduk Lylia merinding ketakutan. Lylia ingin bermimpi indah! Lylia memukul mukul kepalanya agar bayangan menyeramkan itu menghilang dan berharap agar tidak berurusan dengan salah satu atau bahkan ketiga serigala itu lagi.
Author POV
***
Author POVMatahari pagi menyapa Lylia ketika ia telah menyelesaikan seluruh kegitannya di dapur. Ia mendapatkan waktu beristirahat sejenak atas izin Harley. Lylia kemudian keluar dari dapur dan berjalan menuju ke taman yang posisinya berada di tengah isana ini untuk menikmati indahnya bunga yang tumbuh dengan indah dan rapi saat seorang pria tua yang sedang kesusahan mengangkat tumpukan bunga mawar menyela perhatiannya."Aku bantu ya, Pak." Ucapnya."Eh, Neng. Nggak usah, Neng. Nanti mengganggu waktu kerjanya." Ucap lelaki tua yang Lylia yakini sebagai tukang kebun."Nggak kok, Pak. Ini lagi istirahat juga." Lylia mulai berjongkok membantu mengangkat ikat demi ikat bunga mawar."Oh gitu. Makasih ya, Neng. Hati-hati masih banyak durinya." Ucapnya.Sadar akan hal itu Lylia mulai mengangkat tumpukan mawar ke dalam ember yang berisi air segar dengan sangat hati hati."Banyak banget manen bunganya? Mau bikin acar
Author POV"Baiklah, saya mengerti." Angguk Harley mendengarkan dengan seksama penjelasan dari Lylia."Kamu bisa menggunakan dapur sekarang. Aku akan mencari Kepala Chef untuk mengawasimu." Ucap Harley berjalan meninggalkan Lylia."Terima kasih, Tuan Harley." Balas Lylia dengan matanya yang berbinar lalu segera berlari ke arah gudang penyimpanan untuk mencari bahan dasar pembuatan dessert-nya.Ia benar-benar bersemangat membuktikan bahwa dia tidak seperti dengan apa yang Alicia bayangkan. Ia bukan anak yang selalu dimanja oleh keluarganya meski ia lahir di keluarga yang sangat berkecukupan. Ia merasa mampu dan berhak untuk tinggal di istana ini, demi kelangsungan hidupnya dan membayar hutang kedua orang tuanya. Tak berselang lama Kepala Chef datang dan mulai memperhatikan gerak gerik Lylia dari dekat saat membuat dessert.'Serasa ujian praktek! Jangan gugup. Jangan gugup.'
Author POV"Sugar Baby?" Tanya Dante mengangkat alisnya tidak mengerti."Iya! Sugar Baby? Seorang wanita muda di luar sana yang siap melayanimu setiap kau butuh, tanpa harus berbagi dengan pria lain. Kau hanya perlu membiayai kehidupannya dan dia akan memberikanmu perasaan manis itu! Tanpa adanya rasa cinta dan hanya kontrak saja. Dia akan jadi milikmu seorang! Itu kan yang kau mau?" Jelas Bobby sembari meneguk minuman kerasnya.Dante terdiam kembali. Kepalanya makin pusing mendengar penjelasan sahabatnya. Dia hanya mengangkat bahunya tanda tidak yakin karena dirinya sendiripun masih bimbang dengan keputusannya untuk mengkhianati pernikahannya yang sudah dia pertahankan selama 23 Tahun ini. Tapi jauh di lubuk hatinya, monster ini merasakan kesepian yang sangat mencekik. Tidak pernah sekalipun dia membagi penderitaannya kepada orang lain. Hanya Bobby yang paham dengan apa yang di butuhkan sahabatnya ini."Ya sudah, aku pu
Author POV"Kau gila Dante!" Pekik Bobby setelah mendengar penjelasan dari Dante."Mana aku tau kalau kau berteman akrab dengan Dexter, Bob." Balas santai Dante."Aku mengenal anak itu sejak dia masih SMP, dan sekarang sebentar lagi dia lulus kuliah. Memang benar sesekali aku memanjakan anak manis itu. Tapi aku bahkan tidak tau kalau Dexter membawa lari uangmu." Ucap Bobby.Dante hanya menghisap rokoknya, mereka berdiri tepat di depan pintu utama."Aku saja yang merawatnya bagaimana? Aku sudah memperhatikan pertumbuhannya sejak dulu jadi aku merasa dia seperti keponakanku sendiri. Kalau Dexter bisa membesarkannya seperti anak kandung sendiri, seharusnya aku juga bisa." Racau Bobby."Apa?!" Lirik Dante."Lylia, gadis itu bukan anak kandung Dexter. Dia bahkan tidak memiliki darah keluarga Prozky sama sekali. Tetapi Dexter dan Christine membesarkannya seperti anak kandung mereka sendiri." Jelas Bobby."La
⚠️be wise⚠️ ⚠️the scenes going to be 18+⚠️ Dante POV "Aku mau melihat salah satu kakinya ada di meja kerjaku besok!" Perintahku sembari mematikan telepon. Rasanya geram sekali mendengar salah satu rekan kerjaku berusaha untuk berkhianat. Sama seperti Dexter, Ayah dari gadis yang kupekerjakan di rumah ini. Ingin sekali aku memotong salah satu jari tangannya untuk memperingatkannya agar tidak bermain main dengan kepercayaanku. "Carikan aku info mengenai pengkhianat itu,Victor. Siapa saja keluarganya dan partner bisnisnya yang lain. Pergi!" Titahku. "Baik, Tuan." Victor pergi meninggalkanku sendirian di ruang kerja. Aku kehilangan fokus kerja. Ku bakar sebatang rokok dan mulai memejamkan mata. Rasanya lelah sekali. Tok. Tok. "Hai Dad, aku mau pergi clubbing
Lylia POV'Apa yang barusan itu?' Aku terduduk setelah nafasku kembali normal."Aku baru saja di serang oleh monster!" Jeritku pelan.Aku menyentuh bibirku yang basah.'Seumur umur aku hanya menonton adegan itu di film dan barusan aku merasakannya bersama si monster!' Batinku.Aku menjambak rambutku.'Apa aku akan di bunuh kalau menentangnya? Monster itu kan tidak suka di tentang!' Panikku.'Apa yang harus aku lakukan? Aku harap dia tidak melakukannya lagi! Aku tidak mau di bunuh.' Aku lemas seketika.Aku yang bergidik ngeri tidak ingin terlalu larut dalam ketakutanku, segera kubersihkan kekacauan yang berserakan di lantai marmer akibat ulahku sendiri. Dan berlari kembali ke dapur."Disitu kamu rupanya, Lylia!" Teriak Harley saat melihatku."Ada apa Tuan Harley? Aku baru saja membuat kopi untuk Tuan Dante." Jawabku."Maaf aku terlalu sibuk
Author POV Dante menepuk-nepuk kedua pipi Lylia saat gadis ini mulai kehilangan kesadarannya. Tidak ada respon. Tubuh gadis ini lunglai tidak berdaya. Yang tersisa hanya Dante dan kebingungannya sendiri mendapati dirinya tengah menindih tubuh seorang gadis. 'Apa dia pingsan karena panic attacknya kumat?' Batinnya. Suara deru nafas yang teratur kemudian terdengar dari gadis itu. Lylia tertidur! Wajar saja, semalam suntuk ia mengerjakan pekerjaannya tanpa istirahat seharian. Dia masih belum terbiasa begadang saat jam kerja. 'Hah? Tidur?' Heran Dante. 'Bisa bisanya dia tertidur dalam situasi seperti ini? Apa kasurku begitu nyaman? Atau jangan-jangan dia mencoba memancingku lagi?' Batinnya lalu bergerak mengangkat tubuh Lylia ke posisi yang lebih nyaman di atas kasurnya. Dante bisa mencium dengan jelas wangi shampo dan sabun murah yang Lylia gunakan.
Lylia POVKubuka mataku dengan jantung yang berdegup tidak beraturan. Sepertinya aku tertidur lelap sekali. Tunggu. Ini bukan kamarku."Hah?!" Pekikku seraya terduduk.Aku sangat sadar ini kamar si monster pemilik rumah. Ku dapati bayangannya sedang terduduk di sofa sambil menggenggam sebatang rokok. Ia nampak memijat tulang hidungnya dengan ekspresi yang sedang kesal.'Mati aku!' Tangisku dalam hati."Ma-maafkan aku, Tuan." Ucapku segera mengeluarkan kakiku dari selimut.Tunggu, mana sepatuku? Dan kenapa kancing kerahku terbuka? Apa monster ini membiarkan ku tertidur? Ku dapati sepatuku di bawah kaki kasur. Sang monster tidak mengeluarkan sepatah katapun dari tadi. Ku perbaiki kerah bajuku setelah memakai sepatuku dan berjalan mendekati trolley makanan yang ada di dekatnya."Kemari." Nada baritonnya menghentikan langkahku.Kuturuti perintahnya untuk duduk sesuai dengan ar
Author POV Hari itu baru memasuki bulan ke delapan sebelum Lylia masuk ke rumah sakit karena air ketubannya yang mendadak keluar karena kontraksi yang Lylia pikir sebagai kontraksi palsu semata. Dan dengan perasaan panik yang luar biasa, Dante segera menyuruh seluruh dokter kandungan yang bertugas hari itu untuk segera datang ke istananya tanpa terkecuali. Rasa panik juga dirasakan oleh Nicholas yang segera memesan tiket penerbangan kembali ke tanah air demi melihat sang adik yang tampaknya akan lebih cepat hadir ke dunia. Belum lagi Ted yang ikut kebingungan mencari penerbangan untuk melihat adik kesayangannya yang akan melahirkan. "Bagaimana Dok?!" Panik Dante. "Anaknya sudah bisa dikeluarkan, Tuan. Melihat kondisi Nyonya sekarang, sepertinya mustahil untuk melahirkan di Rumah Sakit. Apa Tuan mengizinkan kami untuk melakukan persalinan di sini?" Tanya dokter senior yang paling bertanggung jawab. "Lakukan apapun yang perlu kalian lakukan, asal istri dan anakku selamat!" Titah Dant
Author POV Dengan masih terbalut pakaian yang penuh dengan bercak darah, Dante membawa Lylia kembali pulang kerumah mereka setelah melalui malam yang sangat panjang dan menyiksa batin mereka berdua. Dengan berat Lylia melangkahkan kakinya meninggalkan gudang yang penuh dengan kenangan buruk nan melegakan itu. Ia baru saja telah memberikan izin suaminya untuk membunuh seseorang yang sudah menghancurkan kehidupannya dengan bantuan tangan dingin Dante. Tapi tangan dingin itu jugalah yang berkali-kali menyelamatkan dirinya dan membuatnya sadar bahwa semua masalahnya sudah berakhir. Tidak ada lagi mimpi buruk. Tidak ada lagi yang berani mengancam keberadaannya. Meski demikian, Dante tidak berbesar hati. Dia akan tetap waspada dan selalu memberikan perlindungan yang utama pada sang istri tercinta agar hal serupa tidak akan terjadi lagi untuk yang ke dua kalinya. Sudah cukup. Namun untuk sekarang ini, semuanya sudah selesai. "Daddy..." "Ya sayang?" Tanya Dante melirik istrinya yang tengah
Author POVKini jari Dante merengsek masuk mencongkel salah satu bola mata Ronan yang terus menatapnya benci. Dan tanpa perasaan ia mulai mengobrak-abrik rongga mata itu hingga salah satu bola mata itu berhasil ia keluarkan dalam kondisi sempurna yang kemudian ia lemparkan begitu saja tepat ke hadapan Alicia.Alicia semakin menangis tak terkendali. Ia sudah tidak mempedulikan borok dan luka yang membusuk di kedua tangan dan kakinya. Victor memperlakukan Alicia persis seperti apa yang sudah ia perbuat pada Lylia dengan membuat luka yang sama pada tubuh istri majikannya. Alicia mendekatkan dirinya pada tubuh Ronan yang masih bernyawa namun sudah tidak berbentuk lagi. Kedua tangan dan kakinya sudah tidak ada di tempatnya, perut dan dada yang berlubang akibat tebasan pedang tajam Dante, bibir yang hilang dari tempatnya serta bola mata Ronan yang keluar dari tempatnya. Ronan hanya bisa bergetar sesekali akibat kejang otot yang dirasakannya. Ia masih bisa melirik Alicia yang menatapnya iba
Author POV "Kau tau... Pedang ini turun temurun digunakan untuk mengeksekusi para saingan bisnis kotor keluarga Prime yang sudah berbuat curang dan licik sepertimu. Jadi seharusnya menjadi kehormatan bagimu bisa menjadi salah satunya." "DASAR BAJINGAN KAU DANTE!!! MATILAH KAU!!" Maki Ronan yang tau akan dilakukan seperti apa oleh monster yang satu itu. "Kau tau kenapa aku punya gudang seperti ini disini? Karena ini menjadi tempat yang tepat bagiku untuk menghabisi orang-orang yang licik seperti kalian. Jauh segala sesuatu yang mewah dan pantas. Kalian hanya seonggok sampah yang membuatku kesulitan. Dan kau tau siapa yang menyukai sampah?" Tanya Dante saat sibuk memangkas tangan dan kaki Ronan satu persatu. "AAAAAKH!! BRENGSEK KAU DANTE SIALAN!! KUKUTUK KAU DAN SELURUH KELUARGAMU!!!" Jerit putus asa Ronan yang semakin membuat Dante tersenyum puas. Victor lalu datang membawa satu kandang kaca yang berisi tikus hitam yang besar dan bergerak yang bergerak sangat gesit bak sedang kela
Author POV"Kau tidak marah? Aku mencium seseorang yang kau sangat cintai dulu. Oh, tidak. Bahkan kau masih mencintainya sampai saat ini. Hanya saja rasa cintamu sudah tertutup dengan perasaan bencimu denganku." Smirk Lylia mencoba memprovokasi Alicia setelah puas mencium Dante."Seseorang yang begitu berkuasa ini ternyata sangat manis dan terlalu baik padaku. Apa kau pernah merasakan perhatian itu, Alicia? Rasa cinta dan kasih sayang Dante yang mengalir bak air hujan yang tidak pernah kering! Apa kau pernah dicintai sebegitu dalam oleh mantan suamimu yang terlalu romantis? Hm?!" Lylia mulai berjalan kembali mendekati Alicia.Dante sedikit kaget dengan segala macam ucapan provokatif Lylia. Istrinya itu mencoba menyerang dan menyiksa batin Alicia secara perlahan."Apa Dante pernah melakukan hal manis itu padamu? Tidak? Oh, kasihan... Kaulah yang harusnya dikasihani. Perempuan kasar yang kekurangan kasih sayang tapi haus akan kekuasaan dan kehormatan sepertimu malah mengais-ngais cinta
Author POV "DADDY HENTIKAN!!" Lylia berjalan meraih lengan Dante dengan mengesampingkan segala ketakutan yang menjalar di tubuhnya. "Lylia!" Panik Kai yang segera berjalan mendekat namun ditahan oleh Victor yang mengkhawatirkan keselamatan Kai. "Tahan, tunggu sebentar. Kita akan menyelamatkan Nyonya Lylia kalau Tuan mulai lepas kendali. Perhatikan terus mata itu." Bisik Victor. "Daddy kumohon..." Lylia mulai memeluk Dante dari belakang karena tidak berhasil menahan langkah penuh emosi Dante. "SINI KAU BRENGSEK! AKAN KUBAWA KAU BERTEMU KELUARGA PRIMEMU YANG TERKUTUK ITU!!" Maki Alicia tidak berhenti. Dante berhasil mendekati Alicia dengan Lylia yang masih menempel di tubuhnya. Dante meraih kerah baju Alicia, mengangkat tubuh kurus kering itu tinggi-tinggi dan mulai mengepalkan tangan kanannya seolah siap menghajar Alicia. "DANTE PRIME HENTIKAN SEKARANG JUGA!!!" Jerit Lylia. Dante tidak bergeming. "KALAU TIDAK, AKU AKAN MEMBUNUH ANAK INI!!" Tambahnya putus asa. Suara teriakan
Author POV Tubuh Lylia bergetar hebat. Tidak pernah menyangka bahwa pria yang dia anggap baik di hadapannya itu nyatanya tidak lebih buruk dari Mark ataupun Marie yang hanya menginginkan hal buruk menimpa dirinya. Lylia tidak paham lagi apa yang sudah membuat mereka semua begitu membenci dirinya. Yang ia tau, semua bermula saat kehidupannya yang baru dimulai di keluarga Prime. Jadi ini adalah resiko yang harus Lylia jalani saat Dante Prime mulai menerima keberadaannya. "Bagaimana? Apa menyenangkan menghabiskan waktu bersama dengan seseorang yang mengagumimu?" Tanya Ronan menghentikan lamunan Lylia. Lylia yang masih terkejut atas fakta-fakta menyedihkan selama ini lalu mengernyitkan dahinya kebingungan. "Oh, ayolah! Apa seenak itu tidur dengannya? Kudengar dosen itu tergila-gila padamu. Apa dia memperlakukanmu dengan sangat baik? Seharusnya sih iya. Dia terlihat lebih sopan ketimbang bajingan di belakangmu itu." Senyumnya mengejek. Lylia yang paham mulai membulatkan matanya. Ia ke
Author POVDante mengemudikan mobilnya sendiri dan membawa sang istri tercinta yang kini tengah mengandung anak 'mereka' berdua yang kini sudah masuk di tri semester kedua. Tentu saja benjolan kecil di perut Lylia itu semakin terlihat jelas karena tubuh Lylia sendiri yang tidak terlalu besar dan cenderung sedikit kecil. Namun saat ini karena hormon yang di keluarkan oleh sang ibu hamil membuatnya tampak lebih cantik dan seksi dibandingkan sebelumnya. Dan hal itu diakui tidak hanya oleh Dante sebagai sang suami, Nicholas pun yang sering membuat panggilan video pada mereka juga mengakui hal yang sama. Di matanya, Lylia yang merupakan ibu sambungnya tampak lebih menggemaskan dibandingkan biasanya. Hal itu yang membuat Dante s
⚠️Chapter ini mengandung konten Dewasa21+⚠️ ⚠️Mohon kebijaksanaannya memilih bacaan!⚠️ . . . Author POV Suara desahan nikmat Lylia sejalan dengan badannya yang bergerak naik turun sesuai tempo mulai memenuhi kamar Dante yang awalnya sangat sepi. Lylia sangat menikmati momen kebersamaan mereka yang satu ini, mempunyai janin di dalam kandungannya bukan menjadi suatu penghalang baginya untuk memuaskan hasrat sang suami. "Baby.." Khawatir Dante, meski ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Istrinya tetap terasa sempit bagi ukuran Dante yang di luar normal itu, meski istrinya sudah ia persiapkan dengan sangat matang sebelum menghujaminya berkali-kali setiap malam. Tidak ada yang berubah. Istrinya tetap terlalu sempit untuknya. Tapi itu tidak masalah, karena Lylia juga ternyata menyukai kelebihan Dante yang satu ini. "Daddy.. Wait for me. Mmhhh..." Lylia mulai menggerakkan panggulnya kedepan dan kebelakang demi memijat lembut sang suami. "Oh! What a bad baby girl." Desah Dante y