Share

BAB : 5

Author: Soffia
last update Last Updated: 2021-04-17 10:22:14

Lauren dan Lhinzy menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Seperti biasa, keduanya mana pernah turun tangga dengan langkah lambat. 

"Bibik ... Kak Arland dimana?" tanya Lauren pada asisten Rumah tangga yang bernama Bik Ani.

"Di kamar mungkin, Non. Soalnya dari tadi pagi Bibik belum lihat Den Arland keluar," jawab wanita paruh baya itu sambil menghentikan aktivitas mencuci piringnya.

"Nggak ada di kamarnya, Bik," balas Lhinzy.

"Lah, Den Arland kemana dong?" Giliran Bibik yang bertanya.

"Aduhh si Bibik, ditanya, eh ... sekarang malah balik nanya," gerutu Lauren sambil berlalu pergi dengan Lhinzy yang terus mengekorinya

Di ruang tamu, keduanya berpapasan dengan Alvin yang saat itu hendak keluar rumah.

"Loh, anak-anak Papa pada ngapain dari dapur? Hmm ... habis bantuin Bibik masak, ya?"

Tebakan macam apa yang dikatakan Alvin. Di usia mereka yang masih tergolong kecil, hal yang dilakukan hanyalah makan, bukan memasak makanan. Lagian, keduanya diajarkan oleh mamanya untuk tak berurusan dengan perabot dapur untuk saat ini.

"Kita lagi nyariin Kakak, Pa ... bukannya mau masak."

"Kakak kalian lagi ada kerjaan, jadi buat hari ini nggak bisa nemenin jalan dulu. Oke?"

"Yaahh ..."

Keduanya padahal sudah berharap bisa jalan-jalan. Lumayan, daripada mendekam di dalam rumah seharian. Tapi semuanya gagal total.

"Hmm ... gimana kalau jalan sama Papa aja?" tanya Alvin memberikan penawaran.

"Setuju ..."

Terserahlah ... menurut keduanya, sama siapapun yang mengajak jalan keluar boleh. Asal jangan sama Kim. Kenapa? Karena kalau sama wanita itu, bukannya mengajak keduanya jalan, malah keduanya seolah tak beringsut dari yang namanya belanja. Pengalaman, sih.

"Jalan sama bapak-bapak sekali-sekali nggak apa-apalah daripada di rumah, ngebosenin," ungkap Lhinzy sambil tertawa.

Alvin celingak-celinguk kiri kanan melihat situasi. "Jangan salah, bapak-bapak yang satu ini masih punya penggemar loh," balas Alvin.

Kedua putrinya langsung tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Alvin. Tapi memang, sih ... untuk tampang seorang ayah dengan tiga anak, bahkan anak pertama pun sudah dewasa ... ia masih terlihat memesona. Maka dari itu, setiap jalan bersama Kim, ia seolah di kekepin terus. Bahkan tak pernah melepaskan dirinya walau hanya sebentar.

---000---

Pagi ini di Rumah Sakit, Kiran sedang menemani sahabatnya yang sedang kritis karena penyakit jantung yang telah lama dideritanya. Sudah beberapa hari ini ia tak mendapatkan istirahat yang cukup. Hingga ia merasa kepalanya terasa sangat berat, sakit dan pusing karena kurang tidur.

"Maaf, apa kita bisa bicara sebentar?"

Dokter menghampirinya yang saat itu tengah duduk di kursi tunggu sambil menyenderkan kepalanya ke dinding.

"Iya, dokter," jawabnya yang langsung mengikuti langkah dokter.

"Saya ingin memberitahukan, kalau saat ini sudah ada donor jantung yang cocok untuk sahabat Anda," jelas dokter.

Kiran tersenyum bahagia. Akhirnya, setelah sekian lama menunggu, semuanya akan berujung manis.

"Benarkah, dok?" Tergurat senyuman di sudut bibirnya.

"Iya. Dan sebaiknya operasi secepatnya dilakukan. Tapi masalahnya sekarang adalah, dokter bedah jantung terbaik di rumah sakit ini sedang tidak bertugas hari ini karena sedang libur," tambah dokter menjelaskan.

Senyuman tadi memudar.

"Jadi, maksudnya sahabat saya nggak bisa dioperasi hari ini, begitukah, dok?"

"Iya ..."

"Maaf dokter, kalau boleh saya tahu, apa dokternya liburan ke luar kota ini atau ..."

"Nggak. Setiap hari minggu dia memang selalu ambil libur," jelas dokter.

"Apa boleh saya minta alamat beliau, dokter?"

"Iya, boleh," balas dokter sambil menyodorkan sebuah kartu nama dokter ahli bedah yang ia maksud barusan.

"Arland Devano Geraldi?" Kiran bergumam menyebutkan nama itu. Ia merasa nama itu sangat tak asing. Tapi dimana ia pernah mendengar nama itu?

Dengan berbekal alamat yang diberikan dokter, ia segera menuju lokasi. Dirinya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk kesembuhan sahabatnya. Kesempatan tak datang dua kali, bukan.

Saat tiba di alamat yang tertera di kartu nama yang masih ia pegang, hal pertama yang harus ia siapkan adalah kata kata apa yang akan ia lontarkan pada si dokter? Kenapa tiba-tiba ia merasa takut?

"Maaf, cari siapa, ya?"

Seorang satpam tiba-tiba saja muncul begitu saja dari balik pagar ... membuatnya yang masih memikirkan perkataan untuk si dokter, kaget seketika.

"Maaf, Pak ... apa benar ini kediamannya dr. Arland Devano Geraldi?" tanya Kiran pada satpam.

"Ahh ... iya Non. Mari, silahkan masuk," ajaknya. "Saya akan bilang tuan dulu."

Pak satpam membuka gerbang dan mengajak Kiran untuk masuk. Pandangannya dibuat terpana oleh area rumah ini. Benar-benar luas.

Ia duduk di sebuah Kursi yang ada di teras, sementara Pak satpam memanggil si tuan rumah.

"Maaf, kamu siapa, ya?"

Pertanyaan tiba-tiba itu membuyarkan lamunan Kiran. Penampakan seorang laki-laki paruh baya saat ini sedang berdiri dihadapannya. Ia yakin sekali kalau dia sudah tak muda lagi, tapi, masalah ketampanan masih lumayan.

"Ah, itu ... saya mau ketemu sama dokter Arland. Apakah Anda ..."

"Oo ... bukan. Saya Alvin, ayah dari dokter Arland."

Dan hal yang dipikirkan Kiran saat ini adalah "Kalau bapaknya saja masih muda begini, gimana sama anaknya?"

"Kamu benar, anak saya memang masih muda," ujar Alvin.

"Hah?!" Tentu saja Kiran kaget. Barusan ia hanya bicara dalam pikirannya, kenapa beliau malah bisa tahu?

"Kok bapak bisa ..."

"Panggil Om saja," komentar Alvin.

"Iya, kok Om bisa tahu apa yang sedang ku pikirkan?" tanya Kiran sambil menggaruk tengkuknya dengan kebingungan akut.

Alvin duduk di kursi yang bersebelahan dengan Kiran.

"Sudah, jangan dipikirkan. Oiya, ada apa kamu mencari anak saya?" Alvin mengalihkan pembicaraan.

"Begini, Om ... sahabat saya lagi kritis dan secepatnya mesti operasi cangkok jantung. Tapi dokter bedah jantung hari ini tidak masuk karena sedang libur. Makanya saya kesini mau menemui dokter Arland untuk minta tolong supaya bisa melakukan tindakan operasi itu secepatnya," jelas Kiran.

"Sayangnya saat ini dia tidak di rumah. Semalam dia nginep di apartment," jelas Alvin.

"Ahh ... begitu ya, Om,” keluh Kiran sedikit tak bersemangat.

Alvin bisa melihat raut sedih di wajah gadis itu. Tak hanya itu, dia juga terlihat lelah dan tak sehat. Seperti sering begadang.

"Maaf, Om ... apa boleh saya minta alamat apartmen dokter Arland?" Agak ragu, sih, kalau ia akan mendapatkan alamat itu. Tapi setidaknya mesti mencoba.

"Iya, tentu saja," respon Alvin sambil mengambil secarik kertas yang ada di meja dan menuliskan sebuah alamat. Kemudian menyodorkan pada Kiran.

"Terimakasih, Om ..."

Ia bahkan tak menyangka akan mendapatkan alamat dokter Arland semudah ini. Kan, jarang-jarang ada dokter yang mau urusan pribadinya direcoki.

"Iya."

"Kalau begitu saya pamit dulu,"

pamit Kiran sambil mencium punggung tangan Alvin tanda hormatnya dan berlalu pergi.

"Gadis yang sopan," gumam Alvin sepeninggal Kiran. Bahkan hingga gadis itu pergipun, ia masih menatap dari kejauhan.

"Loh, itu bukannya Kak Kiran?" Lauren mengarahkan pandangan pada Kiran yang baru saja keluar dari pagar.

"Iya, kamu bener, Ren ... itu Kak Kiran," setuju Lhinzy.

Alvin hanya memandangi omongan kedua gadis kecilnya itu. "Kiran? Siapa maksud kalian berdua?"

"Itu, Pa ... Kakak yang barusan keluar dari rumah kita namanya Kak Kiran," terang Lhinzy sambil terus menyeruput susu kotak miliknya.

"Papa nggak tahu namanya. Di datang nyariin Kakak kalian."

"Tentu saja, dia kan pacarnya Kak Arland," ujar Lauren.

Mereka itu dua, tapi seolah satu pemikiran. Jadi, tanpa di komando pun yang lain pasti bakalan mengerti isi pemikiran yang lainnya.

"Apa, pacar!?" Kaget Alvin akan ucapan ni bocah.

Bukannya gadis itu bilang mau ketemu putranya karena ingin agar segera datang ke RS. Dan sekarang Lauren sama Lhinzy bilang kalau gadis itu adalah pacarnya Arland?

"Jangan bohong," ingatkan Alvin

"Papa nggak percaya?" tanya Lauren.

"Ya sudahlah, kita nggak maksa,"

tambah Lhinzy.

Keduanya pun berlalu kembali masuk ke dalam rumah, meninggalkan Akvin dengan wajah bingungnya. Ini, nih, yang paling menyenangkan buat si kembar. Membuat papanya bingung dan harus memutar otak. Kan, jarang-jarang bisa berhasil.

---000---

Saat ini Kiran sudah berada di depan pintu Apartment dokter Arland. Entah kenapa tiba-tiba saja ia malah merasa deg-deg'an. Padahal yang akan ia temui hanyalah seorang dokter, tapi rasanya seperti mau ketemu artis saja. Jantungnya saja seolah bertedak tak beraturan. Aneh, yang sakit jantung dan mesti di operasi adalah sahabatnya. Tapi sekarang jantungnya lah yang bermasalah.

Dengan tekad yang kuat dan hati yang yakin, Kiran langsung memencet bel di pintu masuk. Tak perlu menunggu lama, seseorang membuka pintu dari dalam.

"Maaf, cari siapa, ya?"

"Saya mau bertemu dokter Arland, apakah Anda?"

''Oh bukan, aku temennya. Arland ada di dalam. Sebentar aku panggilkan dulu," ujarnya kembali masuk untuk memanggil Arland. Siapa lagi dia kalau bukan Tristan.

"Mau bertemu dokter saja, susahnya minta ampun. Udah muter muter, bikin kepala tambah pusing aja," dumel Kiran sambil memijit tengkuknya yang terasa pegal.

Tristan menghampiri Arland yang saat itu sedang tiduran di sofa.

"Siapa?" tanya Arland pada Tristan.

"Ada tamu yang nyariin lo, tuh," tunjuk Tristan kearah pintu.

"Salah orang kali," balasnya tak percaya dan seolah tak berniat untuk bangun. Karena nggak ada satupun yang tahu alamat Apartmnet-nya kecuali keluarga dan para sahabatnya.

"Nggak, tadi dia bilang mau ketemu sama dokter Arland. Nah, itu kan lo," komentar Tristan meyakinkan sobatnya.

"Cewek atau cowok?"

"Cewek, cantik. Pasien lo, mungkin," tebak Tristan.

"Pasien?" dahi Arland sampai berkerut dengan jawaban yang diberikan Tristan.

"Iya, pasien cinta lo," timpal Tristan ngakak.

Arland membalas tingkah gaje sobatnya itu dengan lemparan bantal. Orang lagi serius, dianya malah bercanda. Kan jadi kesal.

Arlandpun berjalan menuju pintu masuk untuk menemui orang yang mencari-nya. Saat pandangan mereka bertemu tiba-tiba keduanya saling tunjuk.

"Loh, kok ..." Keduanya sama-sama memasang wajah kaget.

"Nah, tuh, kan ... apa gue bilang barusan," ujar Tristan di antara kekagetan Arland dan juga Kiran.

"Kenapa malah kamu yang ada di sini? Aku nyarinya dokter Arland," jelas Kiran dengan sewot. Entah kenapa kalau sudah melihat cowok ini bawaannya kesal nggak jelas aja.

"Orang yang ada dihadapan kamu saat ini ya dokter Arland," ungkap Tristan.

"Hah!?" Kaget Kiran. Tapi kaget nya ini seolah olah ia masih meragukan kalau orang yang berada dihadapannya ini adalah yang ia cari. Ya ampun ... bagaimanapun juga ia tak percaya saja. Tampang slengek'an, ngeselin, dan nyebelin begini seorang dokter? Serius?

"Masih belum percaya?" tanya Tristan mengambil paksa dompet Arland dan ia pampangin KTP sobatnya itu di depan kedua matanya Kiran.

Mata Kiran mulai membaca identitas itu. Tak percaya, tapi kenyataan yang ada di depan matanya membuatnya harus percaya.

"Ja-jadi, dia ..."

"Jadi, yang ada dihadapan kamu ini adalah dr.Arland devano geraldi." Tristan langsung menimpali perkataan Kiran.

Keduanya sibuk membahas status dan namanya, sementara si pemilik nama hanya diam tak berkomentar. Ini tak penting dan sepertinya akan membuang-buang waktu saja.

Related chapters

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 6

    Kesan pertemuan pertamanya dengan cowok ini dalam mode yang tak mengenakkan. Hingga membuatnya kesal dan sudah mencap Arland sebagai daftar orang yang tak ia sukai. Dan sekarang, ia harus meminta pertolongannya? Aih ... dunia sempit sekali."Ada apa lagi?" tanya Arland dengan ekspresi dingin sambil berdiri berhadap-hadapan dengan Kiran."Lagi? Itu berarti kalian sudah saling kenal, begitukah?'' tanya Tristan. Rasa keponya meningkat tajam. Ayolah ... jarang-jarang sobatnya ini berurusan dengan seorang wanita."Pernah ketemu, bukan berarti mengenal," komentar Arland tak terima dengan perkataan Tristan.Tristan malah tertawa mendengar pernyataan sobatnya itu. "Wah ... jarang-jarang lo kenal cewek selain, Mama lo, si kembar, Ceryl, Dilla dan Keyra," jelas Tristan.Apa Tristan berniat meledeknya di depan Kiran. Ingin menghajar sobatnya itu, tapi takutnya gadis ini malah memandangnya sebagai cowok psyco.

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 7

    Arland dan Kiran sampai di rumah sakit. Keduanya berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih. Itu anggapan orang-orang yang tak mengenal keduanya. Padahal aslinya mah mereka tak saling mengenal.Beberapa suster menyapa dan melemparkan senyuman pada Arland. Jangan dikira dirinya akan membalasnya dengan senyuman juga. Paling hanya anggukan tak berarti. Bikin kesal, sih, tapi tetap saja cewek-cewek pada antri mendapatkan hatinya. Yang jelas-jelas sangat susah untuk dicairkan.Sementara Kiran yang terus mengekorinnya dari semenjak turun dari mobil pun baru percaya 100%, kalau ternyata Arland benar-benat seorang dokter. Tadinya, sih, ia masih ragu."Kenapa kamu terus saja mengikuti saya?" tanya Arland pada Kiran yang juga hendak masuk mengikutinya ke ruang ganti."Nggak boleh, ya?""Apa kamu juga mau ikut saya buat ganti baju, hmm?"Kiran hanya tersenyum g

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 8

    Arland tertidur di ruangannya dengan berbantalkan lengan. Bahkan, saat seseorang menyelinap masuk dan menghampirinya pun, ia tak sadar dan terbangun sama sekali.Beberapa saat kemudian, barulah, sebuah deringan ponsel miliknya yang membuatnya terbangun. Saat ia lihat, ternyata papanya lah yang menelepon. Segera, ia menggeser tombol hijau yang ada di layar datar itu."Iya, Pa,” sahutnya."Ini Mama, bukan Papa."Ekspressi mengantuknya langsung berubah."Ada apa, Ma?" Mamanya tahu, kalau meneleponnya tak akan dijawab. Malah menggunakan ponsel papanya."Mama mau kamu pulang sekarang," suruh Kim."Aku lagi sibuk, Ma,'' elak Arland."Mama nggak mau tahu ... pokoknya kamu pulang sekarang!"Kim langsung mengakhiri pembicaraannya begitu saja tanpa menunggu tanggapan Arland."Pasti Ce

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 9

    Pada saat pak Satpam datang sambil membopong Arland, tak sengaja ia bertemu dengan Tristan yang baru saja keluar dari kamarnya."Padahal udah di bilang jangan sampai mabuk, masih aja ngeyel ni orang,” ujar Tristan yang langsung menghampiri Arland dan membantu membawanya ke kamar."Iya mas Tristan, mabuk berat kayaknya ini Mas Arland nya," ujar pak Satpam."Apa tadi dia bawa mobil sendiri, Pak?""Nggak, Mas ... barusan ada gadis yang mengantarkannya.""Gadis?" bingung Tristan."Iya, itu loh mas ... gadis yang kemaren bareng Mas Arland ke Rumah Sakit," jelas pak satpam pada Tristan mengingatkan.'Gadis yang bernama Kiran kemaren kah,' batin Tristan."Kalau begitu saya permisi dulu, Mas " pamit pak satpam pada Tristan ."Oke, makasih, Pak.”---000---Pagi ini Arland masih tertidur nyeyak di ranj

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 10

    Arland yang baru saja sampai di Rumah sakit, bergegas menuju ruangannya. Panggilan mendadak dari Rumah Sakit membuatnya harus meninggalkan meeting di kantor. Dan untungnya ada si Tristan, meskipun selama ini sobatnya itu tak pernah mau saat ia minta untuk memimpin meeting.Terburu-buru, membuatnya tak sengaja bertabrakan dengan seseorang sampai dia terhentak ke lantai."Astaga!” keluhnya sambil memegangi bokongnya yang terasa nyeri."Maaf,” ucap Arland merasa bersalah dan membantu gadis itu untuk bengun."Kamu?" kaget Arland melihat siapa yang ia tabrak barusan. Yap, Kiran. Gadis yang seharian kemarin berurusan dengannya."Duh, dokter ... apa jangan-jangan efek mabuk semalam masih berasa, ya, dok?”"Apa?!”Bagaimana ia tak kaget. Kenapa Kiran bisa tahu kalau dirinya semalam mabuk?“Permisi dokter, saya

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 11

    "Loh, kamu kok ada di sini?"Kiran mengarahkan pandangannya pada seorang cowok yang menghampirinya saat langkahnya mendekati pintu.Dahi Kiran berkerut sambil berpikir. "Kamu bukannya yang kemaren ada di apartementnya dokter Arland, kan?""Tepat sekali,” sahut Tristan cepat. “Ternyata kamu masih mengingatku. Aah ... tapi sepertinya bukan aku yang kamu ingat, melainkan Arland,” godanya menambahkan.Kiran tersneyum manis mendengar penuturan Tristan. "Nggaklah, kebetulan saja masih ingat.”“Ngomong-ngomong, kok kamu ada di sini?” tanya Tristan."Lagi ngelamar kerja, tapi ternyata nggak bisa,” jawabnya dengan senyuman berat mengiringi."Kenapa?""Aku nggak punya pengalaman kerja dan statusku juga masih mahasiswi,” ungkapnya berusaha tenang, tapi dalam hatinya terasa sedih.Tristan hanya ma

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 12

    Turun dari taksi, ia segera berlari untuk memasuki rumah. Tentunya dengan perasaan deg-deg'an yang sudah merasuki hatinya dari tadi. Karna ia tau pasti apa yang sudah menantinya di dalam rumah."Kamu dari mana saja?!"Pertanyaan dengan sedikit bentakan itu membuat langkahnya yang baru memasuki rumah, terhenti seketika. Pandangannya mengarah ke asal sumber suara. Wajah dengan pandangan kesal sedang menatap padanya."Kamu keluyuran terus, bukannya nyari kerjaan! Pulang sore-sore, pulang tengah malam!” bentak Dewi memandang kesal pada Kiran."Aku nggak keluyuran, kok, Ma,” bantah Kiran."Lalu, apa hasilnya?”"Aku ... aku udah dapet kerjaan,” gagap Kiran sedikit menundukkan kepalanya.Ia sebenarnya bingung, apakah menerima tawaran Arland untuk menjadi kekasih bohongan adalah sebuah pekerjaan? Tapi setidaknya, ia tak mendapatkan omelan yang lebih panjang lagi

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 13

    "Kamu sekretaris Arland dengan status yang masih sebagai mahasiswi ?" tanya Kim pada Kiran seolah meragukan gadisitu."Kenapa Ma, ada masalah?" tanya Arland.''Nggak,” jawab Kim."Gimana menurut Om ... pilihan Arland nggak salah, kan?" tanya Tristan pada Alvin, seolah memang sengaja menyudutkan Kim."Ya, pilihan Arland memang selalu nggak bisa dianggap remeh. Dia memilih seorang gadis manis sebagai kekasihnya,” ungkap Alvin menunjukkan rasa kagumnya akan sosok Kiran.Di saat yang bersamaan, tiba-tiba seseorang datang dan menghampiri mereka semua."Malam semuanya,” sapanya dengan heboh.“Ceryl,” girang Kim menyambut gadis yang paling ia setujui jika bersama dengan Arland.“Kak Arland!!!”Dengan seenaknya dia langsung saja mendekat dan memeluk Arland, seolah menganggap tak ada orang di sekitarnya.''Lepas Ceryl! Apa kamu nggak punya sopan santu

    Last Updated : 2021-07-08

Latest chapter

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   SELESAI

    Kiran selesai menyiapkan sarapan. Berniat memanggil Ziel, ternyata anak itu sudah datang duluan.Arland meletakkan ponselnya di meja, saat anaknya itu datang. Setidaknya ia harus menghentikan kebiasaan ini jika di rumah.“Zi, nanti pulang sekolah Papa yang jemput, ya,” ujar Kiran menatap serius pada Ziel yang sedang menikmati nasi goreng kesukaannya. Tak ada suara, melainkan hanya anggukan yang ia terima dari bocah itu.Tenang. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terkadang bersenggolan dengan piring. Jadi, mau berkilah seperti apalagi, saat dua cowok ini memiliki sikap dan sifat yang sama.Selesai makan, Ziel turun dari kursinya. Begitupun dengan Arland. Keduanya bersiap untuk berangkat.“Belajar yang pintar, ya,” pesan Kiran pada Ziel.“Iya, Ma ... aku sekolah dulu,” pamitnya sambil mencium punggung tangan Kiran.“Papanya nggak dikasih pesan apa apa, gitu?” tanya Arland berkomen

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   EKSTRA PART : 4

    Ziel terbangun dari tidurnya, membuka mata dan mendapati Kiran masih setia di sampingnya. Ia tersenyum, saat apa yang diharapkannya terkabul. Ya, wanita yang rasanya benar-benar dekat dengannya kini, tak meninggalkannya.“Sudah bangun,” ujar Kiran membelai lembut wajah itu.Ziel mengangguk. “Mama nggak meninggalkanku. Aku senang,” ucapnya.“Ziel, apa kamu benar mau tetap di sini denganku?”Ziel mengangguk cepat.“Kenapa?”“Aku nggak punya mama sama papa lagi. Aku juga nggak punya siapapun lagi. Percuma warisan banyak, tapi aku sendirian. Boleh, kan ... aku numpang hidup sama Mama? Aku janji akan jadi anak baik dan pintar. Aku janji akan jadi anak yang berbakti dan bersikap seperti pada orang tuaku sendiri.&rdquo

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   EKSTRA PART : 3

    Sekarang Kiran, Arland bersama pihak berwajib begitupun beberapa dokter baru saja menemukan hal yang mengejutkan. Apalagi setelah dilakukannya visum pada Ziel dan beberapa test dari psikolog anak.“Aku benar-benar nggak percaya dengan semua ini,” gumam Kiran berpikir. “Membunuh orang tuanya dan beralibi kalau mereka bunuh diri. Kemudian menyiksa dia hingga luka fisik dan mental. Bersyukur banget aku om dan tantenya itu hangus kebakar sama mobil. Jadi nggak menuh-menuhin sel dan buang buang jatah makanan buat mereka. Dan selanjutnya bagaimana kehidupan dia, ya? Bukankah hanya tinggal sebatang kara.”Arland tak menanggapi perkataan istrinya. Ia seolah fokus pada makanannya.“Land! Kamu dengar aku nggak, sih?” Kiran malah kesal saat Arland tak merespon perkataannya dan asik makan begitu saja.“Maaf, Ki ... aku benar-benar lapar. Perutku sakit karena belum makan dari tadi pagi,” ungkapnya dengan ta

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   EKSTRA PART : 2

    Kiran berada di rumah sakit. Tak hanya sendiri, ada Arland yang berada di sisinya. Karena di perjalanan tadi ia segera menghubungi suaminya itu.“Dia nggak kenapa-kenapa, kan?”Arland menarik Kiran ke pelukannya, saat ia rasakan kesedihan dan ketakut terlihat jelas di dalam diri istrinya itu. “Kamu tenang aja, Bukankah dokter bilang dia hanya shock.”Kiran mengangguk. “Iya, hanya sedikit luka di dahi dan lengannya.”Tak lama, pintu ruang UGD dibuka dari arah dalam. Menampakkan sesosok dokter. Kiran melepaskan diri dari pelukan Arland dan langsung menghampiri dokter.“Gimana keadaannya dokter?”Arland mengikuti langkah Kiran.“Anda tenang saja, dia tak apa apa. Hanya beberapa luka kecil. Hanya saja ...”“Ada apa?” Giliran Arland

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   EKSTRA PART : 1

    Pernikahan sebenarnya yang paling penting adalah kenyamanan. Mau miskin ataupun kaya, tetap saja saat nyaman, semua terasa indah. Bahkan saat dokter sudah memprediksi kalau ia dan Arland tak akan memiliki keturunan, tetap saja hidupnya terasa tenang. Bahkan di usia pernikahan yang menginjak satu tahun.Menjadi seorang istri yang kasih sayang suami hanya miliknya, apalagi yang membuatnya tak nyaman dan tenang? Meskipun orang-orang mungkin akan mempermasalahkan tentang keturunan, tetap saja ia tak ambil pusing.“Hari ini pulang jam berapa?” tanya Kiran.Arland tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan istrinya itu. Bahkan pemikirannya seolah melayang jauh ke luar angkasa.Sebuah sentuhan di wajahnya, membuat ia tersentak dan mengarahkan pandangan pada sosok yang ternyata sudah duduk di sampingnya.“Kamu kenapa?”Arland lagi-lagi hanya diam seribu bahasa.“Kamu memintaku menceritakan semua permasalahan yang k

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   END

    Arland akan segera kembali ke apartment, tapi tiba-tiba Jeremy menghentikan langkahnya di pintu keluar kantornya."Lo ngapain kesini?""Tau nggak, si Dosen ada dimana?""Harusnya kalau mau nyari Leo itu di kampus atau di rumahnya," balas Arland."Udah gue cari, tapi nggak ketemu. Lagian sekarang hari Minggu, dia nggak ada jadwal ngajar. Cek di rumah juga nggak ada," terang Jeremy"Coba telepon," saran Arland."Itu cara pertama yang gue lakuin sebelum nyariin dia. Nomernya aja kagak aktif.""Ck, gue juga bingung kalo gitu. Coba tanya yang lain dulu. Soalnya gue mau ke rumah nyokap.""Ya udah, gue tanya yang lain.""Gue duluan, ya."Arland meninggalkan Jeremy yang bingung mau mencari dimana keberadaan Leo. Bukannya apa-apa. Tapi, saat ini ia sangat butuh sama Leo. Sebenarnya bukan butuh sama Leo, sih. Lebih tepatnya sama tanda tangannya. Ganteng-ganteng gini, otaknya masih 1/4. Tiap tahun nyariin tanda tangan dosen,

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 69

    Alvin baru saja pulang dari kantor dan ia segera menghampiri Kim yang berada di ruang keluarga."Lauren, Lhinzy, kalian ke kamar dulu, ya. Papa mau bicara sama Mama," pinta Alvin pada si kembar yang saat itu bersama Kim."Iya, Pa," jawab mereka serempak dan segera menuju kamar."Mau ngomong apa?" tanya Kim."Aku benar-benar nggak nyangka sama kamu, Kim!"Alvin bicara dengan penuh emosi. Wajah dan matanya langsung memerah menahan amarahnya."Apa, sih, baru pulang langsung marah-marah," balas Kim."Kenapa kamu menekan Kiran untuk berpisah dengan Arland? Kamu sudah kelewatan dengan merusak kebahagiaan anakmu sendiri!""Aku nggak bisa melupakan itu!""Baiklah kalau gitu. Aku juga akan memberikanmu pilihan. Kalau kamu terus berniat melakukan itu, aku juga akan memberikan surat perceraian untukmu!"Ancaman Alvin sukses membuat Kim shock. Ia tak menyangka Alvin akan mengatakan itu."Mengancam ku dengan mengorbanka

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 68

    Malam ini harusnya Dira sudah berada di Mall untuk shooping. Tapi semuanya gagal total gara-gara tugas segunung yang diberikan Leo padanya. Satu pertanyaan saja itu sudah membuat separo otaknya kesemutan. Apalagi puluhan pertanyaan. Bisa dijamin, otaknya tak akan beres lagi.Harusnya Leo mengajaknya dinner atau kencan gitu, ini kan malam Minggu. Bukan memberinya tugas seperti ini."Sepertinya gue akan gila, trus mati dengan sangat menyedihkan," gumam Dira sambil menggetok-getok kepalanya dengan pulpen. "Azab seorang gadis yang tergila-gila dengan dosennya, mayatnya ditemukan tak bernapas di tumpukan buku," tambahnya lagi dengan tampang yang menyedihkan.Dari kalimat itu saja dia seperti sudah gila. Mana ada mayat yang masih bernapas. Itu sama saja dengan manusia, tapi tak bernapas."Non Dira!" teriak seorang asisten rumah tangganya sambil menggedor-gedor pintu kamarnya."Apaan, Bik!" Jawab Dira dari dalam kamar tanpa berniat membukakan pintu.

  • My Soulmate From My Heart (Series 2)   BAB : 67

    "Bisakah kamu tak berpakaian seperti ini lagi," ujar Leo menyambar Sweater miliknya dan mengenakannya pada Dira."Heh?""Kamu ke kampus, bukan kepesta."Kalau ia tak mencintai Leo, kalau ia tak tergila-gila pada Leo, dan kalau Leo tak ganteng tingkat dewa. Ia pastikan, sepatunya akan mendarat tepat di kepala Leo tanpa memandang kalau Leo adalah dosennya. Padahal pikirannya sudah kemana-mana. Ternyata Leo malah mengomentari pakaiannya yang memang terlalu terbuka untuk status mahasiswi."Tolong jaga diri kamu, sampai saya punya kewajiban menjaga kamu," jelas Leo. "Sebentar lagi," tambahnya."Sebentar lagi? Jangan bilang kalau Bapak berniat mau nikahin saya?" Entah itu sebuah pertanyaan ataukah sebuah tebakan. Ia yang awalnya duduk di pangkuan Leo, langsung berdiri saking syoknya."Tentu saja. Saya serius dengan hubungan ini!" tegas Leo membenarkan tebakan Dira.Apa yang terjadi pada Dira? Jangan ditanya lagi. Tadi ia ingin melempar Leo

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status