“Kenapa tidak masuk?” Azlan sangat terkejut mendengar suara Amel, bahkan Ayana dan Kyle juga terkejut hingga memandang ke pintu dan melihat Azlan di sana. “Azlan.” Ayana terkejut sampai berdiri, takut kalau sang adik mendengar pembicaraannya dengan Kyle. Azlan menatap Amel yang bingung saat memandangnya. Dia pun melebarkan senyum sambil membuka pintu ruangan Ayana. “Baru mau masuk, tapi kamu mengejutkanku,” elak Azlan takut ketahuan menguping. Amel hanya mengangguk-angguk percaya, meski sejak tadi melihat Azlan berdiri di sana. Azlan masih tersenyum saat melihat Amel pergi, tapi kemudian dia bernapas lega. “Lan, kenapa di sini?” tanya Ayana sedikit cemas. Azlan menoleh ke sang kakak, lantas memperlihatkan paper bag yang dibawa. “Deon memintaku membawakan makan siang untukmu.” Azlan memperlihatkan paper bag yang dibawa. Kyle pun pamit keluar dari ruangan Ayana. Azlan berjalan ke arah sofa diikuti Ayana, keduanya pun duduk bersama. “Gery masih libur, jadi Deon ga bisa ke sini
Ayana mengemudikan mobil menuju apartemen. Sesekali dia mengguyar kasar rambut ke belakang, pikirannya masih penuh dengan tebakan siapa yang sudah berani mengkhianati perusahaannya. Ayana sendiri tidak habis pikir, kenapa masalah terus datang bertubi saat dia sedang merasakan arti kebahagiaan. Ayana menyetir sambil melamun, hingga tidak sadar jika lampu lalu lintas di perempatan jalan berwarna merah. Ayana terkejut dan langsung menginjak pedal rem saat mobil depannya berhenti. Namun, tabrakan tidak bisa dihindari. Mobil depan Ayana menabrak bamper belakang mobil yang ada di depannya. “Ya Tuhan!” Ayana panik dan buru-buru melepas seat belt untuk bertanggung jawab. Saat akan membuka pintu mobil, Ayana melihat pemilik mobil yang ditabraknya keluar, membuatnya urung untuk turun dan memilih tepat berada di dalam. Pemilik mobil yang ditabrak Ayana ternyata Rey. Dia keluar dari mobil karena marah ada yang menabraknya. Abigail juga bersama pria itu dan ikut turun untuk melihat kondisi mo
Hyuna membalikkan badan, lantas menatap Ayana yang sedang melepas kacamata hitam.“Sudah kubilang, tidak usah berterima kasih atau salah paham. Aku membantumu, bukan berarti menyukaimu,” ujar Hyuna sebelum Ayana bicara.“Aku tidak akan berterima kasih. Hanya mau minta kamu mengantarku. Itu pun kalau kamu mau, akan aku bayar. Anggap saja ongkos taksi,” balas Ayana tidak mungkin mau merendah ke Hyuna.Hyuna gemas mendengar ucapan Ayana.“Cih … sombong sekali. Tidak ada kata minta tolong, tapi malah memerintah, itu pun menganggapku sopir taksi,” gerutu Hyuna kesal dengan sikap Ayana yang seperti sekarang.“Naiklah!” Meski Hyuna terlihat kesal, tapi pada kenyataannya dia tetap mau membantu Ayana.Ayana mengambil tas dan ponselnya yang ada di mobil setelah menepikan mobil itu. Dia pun menghubungi bengkel langganannya untuk mengangkut mobilnya yang rusak bagian depan. Ayana tidak mau mengemudikan mobil yang rusak, meski sebenarnya mobilnya masih bisa jalan.Hyuna pun mengemudikan mobil sete
“Kamu belum tidur?”Ayana terkejut mendengar suara Deon. Dia sedang duduk sambil melamun di sofa dekat dinding kaca, sampai tidak mendengar suaminya datang.“Belum,” jawab Ayana, “aku baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan,” ucap Ayana kemudian sambil merapikan rambut.Deon meletakkan tas di sofa, lantas duduk di samping Ayana.“Apa ada masalah?” tanya Deon ketika melihat wajah Ayana yang terlihat sangat lelah.Ayana menghela napas, tapi kemudian tersenyum.“Tidak ada masalah, hanya saja memang sedikit lelah karena banyaknya pekerjaan,” jawab Ayana, “sampai-sampai aku tadi malas mandi dan membersihkan make up, rasanya seperti begitu berat melakukan semua itu.”Ayana memasang wajah manja saat bicara dengan suaminya.Deon mengangkat tangan, lantas merangkul pundak Ayana untuk membawa istrinya itu ke dalam pelukan.“Kamu pasti lelah mengerjakan semuanya sendiri,” ucap Deon sambil memeluk Ayana.“Hm ….” Ayana diam dalam pelukan. Bukan lelah yang membuatnya lesu, tapi banyaknya pengkhi
Deon sibuk membersihkan apartemen sejak pagi. Dia ingin kesal karena Ayana melupakan janji, tapi dia pun mencoba untuk memahami, mengingat Ayana sedang banyak pekerjaan.“Sudah semua,” gumam Deon sambil memandang hidangan yang sudah dimasukkan ke kotak bekal.Tentu saja Deon akan mengirimkan makanan itu ke perusahaan untuk makan siang Ayana.Deon menengok ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan, hingga kemudian pergi ke kamar untuk berganti pakaian.Deon pergi ke perusahaan Ayana membawa bekal makanan. Dia sudah sampai di lantai tempat ruangan Ayana berada, tapi lantai itu sepi, tidak ada siapapun di ruangan itu.“Kenapa tidak ada orang?” Deon pun keherananDeon membuka ruangan Ayana, tidak ada siapapun di ruangan itu.Deon diam sejenak, berpikir ke mana Ayana dan semua orang, sedangkan di lantai bawah masih banyak staff yang berseliweran, tidak mungkin kantor libur.Deon pun akhirnya kembali turun, lantas menemui bagian resepsionis untuk bertanya.“Anda mencari Bu Ayana?” tany
Ayana memandang Deon yang masih terkejut. Dia menatap sambil menunggu reaksi suaminya itu.“Ay, ini berlebihan.” Deon mengeluarkan dua kunci dari kotak itu, salah satunya sudah jelas kunci mobil, sedangkan yang satunya tidak diketahui.“Kamu suka?” tanya Ayana masih menunggu reaksi suaminya itu.“Ay, ini--” Deon ingin kembali berkata berlebihan, tapi Ayana memotong ucapannya.“Apa kamu suka?” tanya Ayana lagi masih ingin mendengar pendapat suaminya.Deon menghela napas, menatap Ayana yang menunggu jawaban darinya.“Sangat suka,” jawab Deon karena tidak ingin Ayana kecewa.“Aku sangat senang mendapat kejutan dan hadiah darimu. Kamu memang terbaik.” Puji Deon untuk menyenangkan istrinya.Ayana tersenyum puas mendengar pujian Deon. Dia akan selalu bangga saat bisa menyenangkan orang yang disayanginya.“Ini kunci apa?” tanya Deon menunjukkan kunci satunya.“Tebak!” Ayana tak langsung memberitahu.Deon mengamati kunci itu, hingga kemudian menebak.“Rumah.”Ayana menggelengkan kepala menden
“Berbaring saja, aku buatkan bubur dulu. Kamu harus makan agar cepat pulih,” ucap Deon setelah membantu Ayana berbaring di ranjang. Deon membawa Ayana pulang setelah dokter mengizinkan. Dia pun memberi perhatian penuh ke sang istri yang kini sedang sakit. Deon tidak membahas masalah yang membuat Ayana tertekan hingga sakit, meski sudah tahu penyebabnya, hanya tidak ingin menambah beban pikiran Ayana yang sedang sakit. “Aku tidak mau bubur, De.” Ayana menatap Deon penuh harap agar suaminya tidak memberinya bubur. Deon duduk di tepian ranjang, mengusap pipi Ayana dengan lembut sambil tersenyum. “Lalu mau makan apa, hm? Biar aku buatkan,” ujar Deon penuh perhatian. “Aku mau makan semangka saja, De. Sepertinya itu sangat segar,” balas Ayana. Dia merasa makan bubur akan semakin membuat lidahnya pahit. Deon mencoba bersabar menghadapi Ayana, lantas bicara pelan-pelan agar sang istri tidak tertekan jika dia salah bicara. “Boleh makan semangka, aku belikan dulu yang segar dan manis. Tap
Hyuna sedang mengemudikan mobil membelah jalanan yang tidak terlalu ramai. Dia ingin ke kafe karena ingin memberikan sesuatu untuk Deon yang berulang tahun hari ini.Saat baru saja melewati sebuah lampu merah. Dia melihat Azlan yang sedang dipaksa masuk ke sebuah mobil.“Bukankah itu Azlan? Siapa para pria itu?” Hyuna sedikit memperlambat laju mobil sambil menajamkan penglihatan.Hingga dia melihat Azlan yang terus meronta, membuat Hyuna berpikir jika para pria itu pasti hendak melakukan hal buruk ke Azlan.Hyuna mengoper persneling, lantas menginjak pedal gas perlahan hingga mobilnya mulai melaju lebih cepat. Tanpa berpikir resiko, Hyuna menabrak mobil yang ada di depannya, menciptakan benturan yang sangat keras, hingga membuat Hyuna sedikit syok.Azlan sangat terkejut. Andai saja dia sudah masuk mobil, mungkin dia akan terluka.Dua pria yang menahan Azlan terkejut hingga tak sengaja melepas Azlan.Azlan memandang mobil yang baru saja menabrak itu, hingga menyadari siapa yang ada di