Janji
El cepat-cepat kembali ke rumah setelah mendapat telepon dari Ody. Dari suara Ody, El tahu kondisi di rumah sedang tegang, mungkin Riana dan Erina sudah bertemu, saat ini. Pikirannya berkutat, entah ini akan menjadi pertanda baik atau malah menjadi pertanda buruk bagi hubungannya dengan Ody.
"Ai...," ucap El mengintip dari balik pintu belakang. Ody bergegas mendekati El.
"Bao, lama banget sih, Mami nyari kamu," ucap Ody sambil menarik El menuju dapur.
"Mami udah ketemu Mama?" tanya EL panik.
"Udah,”
“Sekarang mereka dimana?”
“Di ru
Yes, akhirnya dapat restu juga. Semoga El dan Ody semakin solid kedepannya. Yuk ikuti terus cerita ini, jangan lupa berikan komentar, vote, dan rating untuk cerita ini yah. Love you kesayangan Mommy..
Beautiful Sunshine Pagi yang indah untuk El, ketika matanya terbuka dia menatap wajah cantik Ody. Ody memang cantik, dengan atau tanpa makeup di wajahnya. Kulitnya putih, bersih, bersinar, berpadu dengan pantulan sinar matahari pagi, membuat El begitu bersyukur masih bisa bangun pagi ini dengan pemandangan yang begitu indah. "Sudah puas ngeliatinnya?" tanya Ody masih dengan memejamkan matanya. "Morning beautiful sunshine." "Morning Bao," jawab Ody, "jam berapa sekarang?" "Masih, setengah 7 pagi." "Itu bukan masih, Bao. Kita bisa terlambat buat meeting pagi.” ucap Ody sambil membuka matanya menatap wajah El t
Pesta Kejutan Benar bahwa El terlalu bergantung pada Ody, bahkan hanya untuk mengingat hari atau tanggal penting seperti hari ulang tahunnya saja El harus diingatkan. Dan luar biasanya, El benar-benar melupakan hari ulang tahunnya yang jatuh tepat hari ini seperti dugaan Ody. Kesibukannya di kantor sepanjang hari membuat dia melupakan banyak hal, hingga Ody harus menghubunginya. "Hallo, Bao." "Ya, Ai," jawab El, "kamu udah pulang dari rumah sakit?" "Udah, barusan," kata Ody, "oya, aku tadi kirim makan siang buat kamu yah, jangan lupa dimakan." "Ah, ini baru di drop sama Riza." "Makan, gih, terus nanti pulang
It's a Girl "It's a Girl," Teriak Amara keras. Semua orang ikut bertepuk tangan sambil mengucapkan selamat pada El dan Ody. "Perempuan," bisik Ody sambil menatap El dengan mata yang berkaca-kaca. "I love that, kita bakal punya princess yang cantiknya nyaingin Amara," kata El langsung mendekap tubuh Ody erat. "Mama sudah duga," ucap Riana membuat El dan Ody mengurai pelukan mereka, “Selamat, ya, sayang,” kata Riana lalu memeluk Ody. “Thank you, Mam.” "Kok, bisa?" tanya El penasaran. "Ody cantik soalnya," jawab Riana sambil mengamati wajah ayu sang
Kunci Pintunya Mengandung adegan 21+ di harap kebijakannya ketika membaca. Gairah El sudah tak lagi tertahan, dia sekarang tak peduli dia ada dimana. Begitu meeting selesai, tanpa b**a basi El langsung mengajak Ody berjalan keluar ruang meeting dengan langkah besar dan tergesa. Ody hanya bisa mengekor di belakang El sambil menahan senyumnya, suami sekaligus bossnya ini memang semakin sulit untuk ditebak belakangan ini. Selalu saja ada hal baru yang mengejutkannya tiap hari. "Ai, cepat masuk!" ucap El begitu memasuki ruang kerjanya sambil sedikit menarik tangan Ody agar bergegas masuk ke ruangannya dan tak berhenti di meja kerjanya.. "Kamu kenapa si-," ujar Ody tak selesai karena El sudah mendaratkan ciuman yang menuntut, menghimp
Babymoon Mata El dan Ody langsung membulat sempurna ketika pintu ruang kerja El tiba-tiba terbuka dan menampilkan kedua wajah yang sangat dikenalnya Riana dan Amara. "Mama, Rara...," Seru El dan Ody bersamaan. Wajah mereka langsung panik bukan kepalang, tertangkap basah saat sedang bercinta tidak pernah ada dalam imajinasi mereka. "Ma, Ra, keluar dulu, deh!" Seru El, melihat istrinya yang kini bersembunyi di belakang tubuh besarnya. "Ish… kalian nih, yah," gumam Amara sambil melangkah keluar ruang kantor El karena tangannya diseret Riana. "Bao, kamu, sih," gerutu Ody langsung memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. &nb
Cinta Pertama “Apa hubungan Mama sama Mami dan apa ada kaitannya dengan Papa?” tanya Ody sekali lagi dengan pandangan mengharap jawaban. Riana menghela nafas panjang, tampaknya cerita masa lalunya yang tak menyenangkan harus terbuka saat ini di hadapan anak dan menantunya. “Oke, Mama akan coba jawab, Mama memang nggak pernah cerita ini sebelumnya, bahkan ke El maupun Amara. Tapi karena kamu sudah tanya, Mama akan ceritain ke kalian,” ucap Riana sambil menatap tiga orang yang sudah duduk tenang mantapnya dengan rasa penasaran yang membuncah. Ody, El, dan Amara tampak menyimak dengan sungguh-sungguh. Mereka juga sebenarnya sejak kemarin sangat penasaran, namun tak cukup berani menanyakannya. Mereka ingin tahu sesuatu di masa lalu kedua orang tuanya dan apa hubungannya dengan nasib percintaan
Luka yang Sama*Flashback On-Bulan ke-3 di Vancouver-“Vic, mau sampai kapan kamu terus meratapi nasib cintamu?” Tanya Riana saat mereka sedang duduk berdua di sebuah bar.“Ri, kamu tau, kan, bagaimana cintanya aku sama Rina. Bukanlah sudah berulang kali, ku jelaskan semuanya?” ujar Victor.“Aku tau, Vic, tapi, sekarang dia sudah bahagia dengan pilihan hatinya.”“Lalu bagaimana denganku? Apa aku juga tak berhak untuk bahagia?” Tanya Victor lalu menenggak sisa wiski dalam gelasnya.“Je
Wo Ai NiKesibukan El seharian ini benar-benar luar biasa padat dan menyita waktu, bahkan untuk sekedar makan saja tidak sempat. Begitu pula dengan Ody yang tampak pontang panting mengurus banyak hal, hingga membuatnya tak punya waktu barang untuk rehat sejenak.El yang baru keluar dari ruang meeting melihat Ody bersandar di dinding sambil memegangi perutnya. El cepat mendekati Ody takut sesuatu terjadi pada kandungan Ody."Ai, kamu kenapa?""Nggak papa, cuma sedikit nyeri.""Ini pasti kamu kecapean,""Hari ini kita sama-sama sibuk, Bao," ujar Ody berpegangan ke lengan El untuk menyangga tubuhnya yang lelah.
Kimora Angelica Rivera Gadis kecil kesayangan El kini telah bertumbuh jadi gadis super cantik dengan perpaduan wajah bule dan oriental. Kimora bertumbuh dengan sehat dan kuat, apa yang dulu mereka khawatirkan bahwa Kim tidak akan bertumbuh sehat nyatanya terbantahkan. Meskipun perjalanan hidupnya tidak mudah, namun gadis kecil yang sudah beranjak remaja itu kini bertumbuh jadi kuat dan pemberani yang cenderung nekat. "Dad, please.. ijinkan aku sekolah ke Singapura," bujuk Kim entah untuk yang ke berapa puluh kali. Pembahasan ini sudah berjalan begitu lama, sejak kasus bully yang dialami Kim 1 tahun lalu. Kim memang tak mau membahas hal itu karena takut membuat kedua orang tuanya cemas namun tak dapat di pungkiri bahwa salah satu alasan Kim memutuskan untuk meninggalkan Indonesia adalah karena hal itu. "Kim, apa nggak bisa ya cari sekolah di Indonesia aja? Di Indonesia juga banyak sekolah bagus kok," ucap El berusaha mengubah keinginan Kim. "Dad, aku ingin berkembang. Jadi tolong i
Pelangi Sehabis Hujan Kepergian Victor 6 bulan lalu memang begitu menyesakkan bagi seluruh keluarga Harrison. Bahkan sebelum kepergiannya itu, dia menitipkan pesan yang sama pada Riana, Erina, dan Ody. Pesan yang meminta mereka untuk memaafkan dirinya yang egois dan berbahagia setelah dia meninggalkan dunia ini. Dia juga berharap agar kepergiannya dapat menebus segala kesalahannya pada mereka selama ini. Situasi jadi jauh lebih baik saat ini. Riana dan Erina belakangan lebih sering menghabiskan waktu bersama. Mereka sepakat untuk memulai segalanya dengan lebih baik sebagai seorang sahabat sekaligus besan. El sendiri mulai dapat bernafas lega. Kasus Rahmat Sutedjo berjalan dengan sangat lancar, ada begitu banyak bantuan yang tak terduga datang silih berganti. Hingga satu demi satu masalahnya pun perlahan dapat diselesaikan. Sekarang, semua orang sedang menikmati buah dari perjuangan mereka. Karena badai tak akan selalu bertahan dan sang surya pasti akan kembali bersinar. Setelah mela
Awal Sebuah AkhirEl menatap punggung Riana yang sedang duduk di taman sendirian. Dari kejauhan El dapat melihat tubuh Riana sedikit berguncang karena tangisnya yang tersedu-sedu. Perlahan El coba mendekati Riana lalu duduk di sampingnya tanpa bicara sepatah katapun.Rasanya dada Riana begitu sesak, dia sungguh tersiksa mengetahui semua fakta yang baru saja didengarnya dari Victor dan Erina. Lelah menangis Riana hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu El. Beban di hatinya terlalu berat untuk ditanggungnya sendiri.El tetap setia menemani Riana hingga hari semakin malam. Ketika Riana sudah cukup tenang, El berusaha menemukan kata-kata penghiburan yang tepat agar dapat meringankan beban hati Riana."Kalau terlalu berat jangan di tahan Ma, lepasin aja," ucap El merangkul bahu Riana erat. "Mama, nggak pernah sangka bahwa akan jadi seperti ini," ujar Riana menghapus sisa air matanya."El paham, Ma. El juga nggak sangka waktu dengar semuanya dari mulut Mami dan Papa." Sontak mata Riana m
Ketika Semua JelasSituasi dalam ruang ICU terasa begitu memberatkan hati Riana. Melihat pria yang sudah puluhan tahun menemani hari-harinya sedang terbaring lemah tak berdaya. Meski sakit membelenggunya hatinya karena berulang kali Victor telah menorehkan luka hingga hampir membuatnya menceraikan cintanya itu. Menurut dokter Lio yang menangani jantungnya, kondisi tubuh Victor melemah. Andai dilakukan operasi saat ini resikonya kematian di atas mejanya akan sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan disementara waktu adalah mempertahankannya hingga kondisinya lebih stabil dan dapat dilakukan tindakan pembedahan.Victor menatap Riana yang berada di sisi kirinya, tangannya menggenggam erat tangan Riana sambil tersenyum tipis. Lalu dia menoleh ke sisi kanannya dimana Erina berdiri. "Rin," sapa Victor pelan."Hai, Vic," balas Erina ramah. "Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu," ucapnya dengan suara bergetar. Victor menatap lekat wajah Erina yang masih terlihat cantik seperti puluhan
Obrolan RinganHari menjelang malam saat kondisi Victor terlihat mulai membaik dan dia meminta bertemu semua anggota keluarga. Walaupun kondisi Ody dan Kim saat ini sudah sangat baik, bahkan Ody juga kembali ceria seperti sebelumnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa perasaan tak nyaman jelas muncul di hati mereka. Seakan Victor meminta mereka semua berkumpul untuk berpamitan.Seperti sekarang, Victor sedang bertemu dengan Riana dan Erina secara pribadi, sedang yang lain menunggu di luar. El hanya bisa mengawasi keadaan yang ada tanpa mau menjelaskan apapun pada Amara, Aryo, maupun Ody. Dia tahu niatan Victor untuk menemui semua orang hari ini."Bao, apa mereka akan baik-baik saja di dalam?" bisik Ody yang duduk di kursi ruang tunggu ICU.
Pengakuan Erina5 hari telah berlalu, El mulai bisa sedikit lega dan jadi lebih banyak bersyukur. Tekanan yang dialaminya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Setelah tim legal menyelesaikan seluruh berkas kasus Rahmat Sutedjo, kini kondisi Kim juga semakin kuat dan sudah mulai lepas dari alat bantu nafasnya. Perbaikan kondisi Kim membuat keadaan Ody pun ikut jadi lebih baik. Ody kembali seperti Ody yang dikenalnya. Perempuan itu memang diakui El sangat tangguh. Namun berbeda dengan yang dialami Victor, kondisinya masih belum ada perbaikan.El sudah kembali berkantor walaupun tak penuh waktu. Seperti pagi ini, ketika mobil El baru saja berhenti di depan lobi kantor Intel tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama Amara. El segera menekan tombol hijau di layar ponselnya dan panggilan langsung terhubung.
Berita MengejutkanSetelah 10 menit menunggu, akhirnya Amara, Aryo, dan Erina pun tiba. El segera pamit untuk menemui Ody sebelum pergi ke kantor. Tampaknya dia memang harus mulai bergerak untuk membereskan semua kerumitan yang terjadi. Mungkin tidak semuanya dapat diselesaikannya, namun setidaknya dia telah berusaha menyelesaikan bagiannya."Ai," Panggil El sambil mendekati Ody yang terlihat meringkuk diranjang."Hmmm," gumam Ody masih dengan memejamkan matanya."Bolehkah, aku pergi sebentar ke kantor?" tanya El sambil membelai lengan Ody yang berbaring membelakanginya, "ada urusan yang harus segera ku selesaikan. Aku janji ini tak akan lama," terang El."Okay," ucap Ody singka
Lelah Lahir BatinSejak semalam Ody tampak pendiam, dia tampak menyimpan segala pikirannya seorang diri. Sesungguhnya, El sendiri tertekan hingga tak tau harus berbuat apa. Jelas keadaan ini tak mudah dijalani El, mengingat kondisi Kim yang masih berjuang, melihat Ody yang sedang terpuruk, ditambah lagi kondisi Victor yang sempat memburuk, dan masih banyak masalah yang harus ditanggung El sendirian. Karena merasa tak dapat berbuat banyak untuk mengurai situasi yang ada, akhirnya dia hanya bisa memilih untuk diam sejenak memikirkan solusi terbaik sambil terus berada disisi Ody."Ai, kamu butuh sesuatu?" Tanya El yang langsung berdiri ketika melihat Ody hendak beranjak dari kasurnya."Aku cuma mau ke toilet," sahut Ody."Biar ku bant
Hallo KimOdy menatap lekat ke wajah El yang jelas sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Sedari tadi Ody berusaha menelisik, mencari kebenaran dari ucapan El. Perasaannya saat ini terasa tak nyaman, hatinya tak tenang. Entah dari mana, tapi firasatnya berkata putri kecil mereka sedang tidak baik-baik saja.Ody berusaha mencari celah untuk mencari jawaban dari firasatnya. Penasaran dengan ekspresi yang terus meragu di wajah El membuat Ody semakin yakin bahwa terjadi sesuatu. Dia mulai menggali kebenaran dengan menanyakan nama pilihan El untuk bayi mereka."Oya, nama apa yang kamu pilih untuknya?" tanya Ody sambil menatap wajah El lekat."Namanya, Kimora Angelica Rivera Harrison," jawab El dengan sen