Sebuah bucket bunga berada di pelukan, Leonardo sengaja membelinya untuk sekadar untuk memberi Rosea hadiah karena hari ini dia bersikap patuh. Leonardo sangat berharap secara perlahan Rosea bisa menerima keadaannya dan membuka hatinya.Begitu mobil terhenti, Leonardo keluar dengan senyuman cerah yang menghiasi bibirnya.Adam berlari menghampiri Leonardo, pria itu terlihat cukup tenang begitu melihat ekspresi tenang bossnya. Beruntung saja hari ini Rosea tidak kabur, jika Rosea benar-benar kabur, habis sudah masa depan seluruh rekan-rekannya.“Hari ini dan besok kamu dan yang lainnya bebas dari pekerjaan, pergilah berlibur,” ucap Leonardo. “Kami boleh ke Santorini Pak?”“Pergi saja.”“Terima kasih Pak,” jawab Adam dengan senyuman lebarnya, akhirnya setelah hampir satu bulan penuh bekerja, waktu liburnya sudah tiba.“Dimana Prince?”“Prince sedang bermain tenis dengan anak walikota.”“Tolong hubungi Loro, dua jam lagi kami ingin pergi berlayar.”“Baik Pak,” jawab Adam dengan anggukan
Leonardo menopang sisi kepalanya pada kepalan tangan, pria itu tidak berhenti tersenyum memperhatikan seberapa lahapnya Rosea memakan semua yang dia bawa.Leonardo menikmati kesunyiannya yang kini mengurung dirinya dengan Rosea.Biru bola mata pria itu terlihat cerah, siapapun yang melihatnya mereka akan tahu bahwa pria itu tengah jatuh cinta.Dia seperti anak kecil yang sedang menikmati waktunya dengan hal yang dia sukai. Leonardo menarik hati-hati rambut panjang Rosea ke belakang agar tidak terkena makanan. Rosea melirik Leonardo sekilas, dia kembali melanjutkan makan tanpa protes.Masih menjadi pertanyaan bagi Leonardo saat ini, apa yang sudah membuat Rosea tidak lagi waspada padanya? Dia terlihat lebih lembut dan penurut, apakah Rosea sudah mulai berubah pikiran?Leonardo sangat suka dengan perubahannya, hal itu mengingatkan dia pada masa-masa mereka dulu bersama dan saling mencintai. “Apa kamu ingin memakan sesuatu yang lain?” tanya Leonardo begitu dua piring makanan yang Leon
Leonardo mengangkat gagang telepon dan menekan beberapa nomer, pria segera duduk sebuah kursi besar sambil menunggu panggilannya diterima. Tidak berapa lama seorang perempuan menerima panggilannya, namun Leonardo kembali dibuat menunggu agar teleponnya bisa disambungkan kepada Aarav.Setelah mendengar kabar jika Aarav sempat menjadi kaki tangan ayahnya untuk menghubungi Rosea, Leonardo sangat ingin tahu alasan dibalik ayahnya ingin bertemu dengan Rosea.Leonardo selalu percaya bahwa selama ini ayahnya adalah seorang laki-laki yang baik, dia tidak pernah mau ikut campur urusan Leonardo selama itu tidak ada urusannya dengan bisnis.Disisi lain Leonardo khawatir jika janji pertemuan Rosea dan ayahnya hanya sebuah jebakan. Bagaimana jika ternyata dalang dibalik kecelakaan Rosea adalah ayahnya sendiri? Bagaimana jika pertemuan itu juga berada di bawah perintah ibunya untuk menjebak Rosea?Jika tujuan Giorgio baik, mungkin dia akan memberitahu Leonardo akan keberadaan Rosea pada saat itu.
Prince dan Leonardo terlihat sibuk mempersiapkan pancingan sambil menunggu tempat pemberhentian yacht yang membawa mereka. Samar-samar Rosea mendengar percakapan mereka yang diselangi oleh tawa menyenangkan, sayangnya Rosea tidak memahami apa yang tengah mereka bicarakan karena mereka berdua menggunakan bahasa Prancis.Rosea melangkah berkeliling untuk menikmati interior super yacht yang luas berfasilitias lengkap dengan dominasi warna putih dan warna kayu. Bibir Rosea beberapa kali ternganga, terpukau dengan kamar luas, ruangan mengobrol, sofa yang nyaman, meja panty untuk pesta hingga kolam mini untuk berenang. Andai saja tidak ada gelombang air laut, mungkin Rosea akan berpikir jika kini dia sedang berada disebuah apartement.Rosea tidak terbiasa dengan kemewahan yang berlebihan seperti ini. Rosea takut, uang dan kemewahan yang disajikan akan membuatnya menjadi lupa diri.Rosea melangkah menuruni sebuah tangga menuju lantai satu, dia kembali mendekati Prince dan Leonardo yang mas
“Tolong oleskan untukku juga,” pinta Leonardo langsung duduk begitu saja di sisi Rosea dan menyodorkan tubuhnya.Refleks Rosea menjauhkan wajahnya dari Leonardo dan bergeser menjaga jarak. Dengan mata melotot Rosea berbisik penuh penekanan, “Aku tidak mau! Kamu bukan anak kecil lagi, pakai saja sendiri.”Bibir Leonardo berkedut menahan senyuman, ekspresi kesal Rosea membuatnya gemas ingin menggigit pipinya. “Ayolah Sea,” bisik Leonardo dengan senyuman menggoda.“Aku tidak mau, kamu tuli ya?” protes Rosea mendorong dada Leonardo akan menjauh darinya.“Oh, kamu mau aku berbaring? Baiklah,” jawab Leonardo seolah-olah Rosea memang memintanya seperti itu, tanpa ragu Leonardo membaringkan diri di sisi Rosea.Pupil mata Rosea melebar, terkejut dengan acting bohong Leonardo yang begitu alami. “Ayah, mau aku bantu?” tawar Prince sambil menepuk-nepuk pipinya yang sudah yang sedikit licin karena tabir surya.“Tidak perlu Prince.”“Tidak apa-apa Ayah, aku akan membantu meringankan pekerjaan Sea,
Rosea kembali menuangkan tabir surya ke telapak tangannya dan mulai mengoleskannya di dada Leonardo. Pria itu memiliki tubuh yang besar sampai kedua tangan Rosea tidak bisa saling menjangkau.Keterdiaman Rosea yang tidak merespon membuat Leonardo gelisah, harus dengan cara apa sebenarnya Leonardo meluluhkan hatinya? Sidang hak asuh Prince akan digelar dalam waktu dekat, Leonardo akan memutuskan pertunangannya dengan Mikhaila jika hak asuh Prince sudah jatuh ke tangannya.Leonardo berencana akan mengubah kewarga negaraannya dengan Prince agar dia bisa bersama Rosea dan mempersulit semua rencana Mikhaila kedepannya.Harus dengan cara apa Leonardo meyakinkan Rosea bahwa dia hanya mencintainya, bukan sebuah kesalahan jika mereka berdua bersama, tidak ada yang perlu Rosea takutkan karena Leonardo akan membungkam siapapun orang yang berani berbicara buruk padanya.Sentuhan tangan Rosea bergerak turun menuju perut Leonardo.Leonardo membuang napasnya dengan berat, otaknya mengatakan bahwa di
Dewa menarik kopernya meninggalkan bandara setelah melakukan perjalanan jauh menuju Athena. Begitu tahu Leonardo pergi kota ini, Dewa tidak membuang waktu untuk datang menyusul.Sulit untuk Dewa mengabaikan masalah yang mengganggu hubungan Mikhaila dan Leonardo.Prince adalah sumber keuangannya, sumber kekayaannya, Prince adalah salah satu calon pewaris di masa depan yang akan menjamin kehidupannya dan memberikan kekuasaan, semakin baik jika Mikhaila berhasil menikah dengan Leonardo.Dewa tidak bisa mengabaikan semua perjuangan yang dia lakukan selama ini untuk bisa sampai dititik ini, dia tidak boleh membiarkan semuanya hancur begitu saja hanya karena kedatangan wanita lain didalam hidup Leonardo.Masa persidangan semakin dekat, Dewa ragu jika kali ini dia bisa tetap mempertahankan hak asuh Prince. Dewa takut, Leonardo memutuskan pertunangannya dengan Mikhail sebelum persidangan berlangsung.Akan sangat menguntungkan jika persidangan berjalan saat Mikhaila dan Leonardo masih bertunan
Langit sore terlihat kemerahan diatas kota yang penuh dengan sejarah, awan-awan menggumpal menghalangi cahaya. Kendaraan memenuhi jalan, para pejalan kaki terlihat berkeliaran menikmati sisa sore mereka yang akan berakhir dalam beberapa menit lagi. Rosea tertidur bersama Prince di kursi belakang, sementara Leonardo menyetir menuju villa tempat mereka menginap.Hari ini menyenangkan untuk Leonardo, sangat jarang dia memiliki waktu untuk bisa bersenang-senang seperti hari ini. Semua kesenangan yang dia dapatkan melebihi apa yang diharapkan.Tampaknya Prince juga merasakan hal yang sama, Leonardo menjadi lebih sering mendengarkan suara tawanya yang kencang, anak itu tidak lagi ragu-ragu dan meminta izin hanya untuk mendapatkan pelukan Rosea.Andai saja, selamanya Leonardo bisa merasakan kebahagiaan seperti ini, mungkin jiwanya yang buruk akan tersingkirkan dan dia hidup dalam kebaikan.Leonardo melirik spion tengah, melihat keberadaan Prince yang meringkuk tertidur dengan kepala dipangk
Angin berhembus kencang begitu yacht bergerak, langit cukup gelap pekat, berbanding balik dengan terangnya lampu-lampu bangunan rumah di pinggiran dermaga, cahanya menyebarkan pantulan terang di permukaan air laut.Rosea mengambil gelas anggur dan mencicipinya satu tegukan kecil, lalu meninggalkannya karena kini dia harus memikirkn kandungannya. Usapan lembut tangan Leonardo menyentuh permukaan perut Rosea. “Aku dengar, perempuan yang sedang hamil sering mengalami perubahan emosi karena hormonal. Kapan kamu akan mengalaminya?”Rosea langsung membuang muka sambil menutup mulutnya yang tidak dapat menahan senyuman malu. Leonardo tidak tahu saja, sejak beberapa hari terakhir ini justru Rosea merasa pikiran dan perasaannya lebih santai tanpa alasan yang bisa dia mengerti, dia lebih suka menghabiskan waktunya untuk membaca buku.Lebih anehnya lagi, Rosea menjadi lebih sering merindukan Leonardo. Logika dan perasaannya bertentangan begitu jauh. Logika Rosea masih terbayang dengan ketakut
“Sea!” tangan Prince melambai di udara, anak itu berlari secepat yang dia bisa, menghampiri Rosea dan menghembur kedalam pelukannya dengan tawa riang.Banyak kejadian baik yang datang padanya akhir-akhir ini. Ibunya, neneknya, mereka semua menjadi lebih lembut dari biasanya, tidak lagi menekan Prince untuk terus belajar dan bertemu berbagai guru less sepanjang waktu.Prince bahagia, neneknya tidak lagi berbicara buruk tentang Rosea, neneknya justru mendukung Rosea untuk menjadi ibunya.Setelah penantian panjang, dia akan segera memiliki seorang ibu yang tinggal bersama dengannya sepanjang hari, mengantarnya pergi ke sekolah dan menemaninya pergi camping sekolah.Prince memejamkan matanya merasakan pelukan hangat Rosea yang melingkupi tubuhnya. Pelukan yang menenangkan dan selalu dia rindukan.“Mengapa Sea tidak pernah mengangkat teleponku akhir-akhir ini? Aku pikir Sea sedang marah,” ungkap Prince.“Dokter bilang, aku tidak boleh menggunakan handpone saat sakit,” jawab Rosea berbohong
“Saya Leonardo Abraham, saya datang ke sini ingin melamar Rosea Gabriella, putri Anda.”Tubuh Kartika menegak, menatap lekat sosok pria yang datang melamar putrinya malam ini. Pria itu duduk dengan tegap dan berbicara tanpa keraguan. Sejujurnya, Kartika masih ragu karena dia belum mengenal sosok Leonardo. Masih ada banyak hal yang ingin Kartika ketahui darinya, disisi lain Kartika juga harus percaya dengan pilihan putrinya.Rosea tidak mungkin melabuhkan hidupnya pada lelaki sembarangan setelah menolak lamaran dari banyak lelaki.“Apa Anda yakin?” tanya Kartika.Leonardo tersenyum lembut. “Keyakinan saya tidak pernah berubah untuk menikahi Rosea sejak satu tahun yang lalun.” “Nak Leonardo, Anda tahu kan pernikahan dijalankan seumur hidup. Setiap manusia itu memiliki sisi baik dan buruknya, dan itu berlaku pada putri saya Rosea, jika Anda menikah dengannya, maka Anda harus menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Anda harus menerima Rosea apa adanya,” ucap Kartika.Leonardo menga
“Ayah, kita mau pergi kemana sebenarnya?” tanya Prince memperhatikan jalanan yang ramai. Sudah satu tahun lebih Prince meninggalkan Indonesia, dia merindukan suasanannya yang jauh berbeda dengan suasana eropa.Prince melihat ke belakang, memperhatian mobil Berta yang terus mengikutinya sejak tadi. Tidak seperti biasanya, neneknya ikut bepergian.Menyadari keterdiaman Leonardo, Prince bergeser memeluk lengan ayahnya, anak itu memperhatikan Leonardo yang terlihat gelisah tidak seperti biasanya. Sejak dari rumah Prince memperhatikan ayahnya yang bergerak kesana-kemari tanpa melakukan apapun. “Ayah kenapa? Ayah sakit?” tany Prince mengguncang lengan Leonardo.“Ayah tidak sakit, Prince,” jawab Leonardo.“Tapi wajah Ayah pucat.”Leonardo mendengus malu, sejujurnya, semenjak berpisah dengan Rosea di bandara, dia gugup setengah mati. Ini adalah pengalaman pertama Leonardo, segala keperluan ditangani oleh Adam dan Bety karena Berta sendiri tidak begitu tahu tentang budaya melamar di Indon
Hogan memijat batang hidungnya dengan kuat, lelaki paruh baya itu berpikir keras dengan ketidak mengertiannya, mengapa putrinya yang tidak suka menmiliki ik, kini secara tiba-tiba memutuskan untuk menikah.Hogan lebih tidak mengerti karena lelaki yang Rosea pilih adalah Leonardo Abraham. Padahal, ingatan Rosea telah kembali, seharusnya Rosea ingat jika selama ini dia selalu berusaha menghindar dari Leonardo karena sifat ibunya yang bermasalah.“Ya Tuhan..” Kartika menghembuskan napasnya dengan berat kesulitan berkata-kata.Beberapa kali Kartika mengatur napasnya agar bisa berpikir rasional, dilihatnya kembali Rosea yang duduk begitu tenang. Ketenangan yang Rosea tunjukan menyadarkan Katika bahwa putrinya tidak main-main dengan ucapannya.“Apa sebenarnya alasan yang membuat kamu memutuskan untuk menikah dengan Leonardo, Sea? Tidakkah kamu ingat apa yang telah dilakukan ibunya pada keluarga kita?” lirih Kartika bertanya.Hogan mengangguk setuju. “Ayah juga tidak begitu menyukainya Sea.
“Aku ingin mencantumkan dalam perjanjian pra-nikah kita, aku tidak menerima uang itu dalam bentuk apapun untuk anakku.”Kening Leonardo mengerut tidak mengerti. “Apa maksudmu Sea?”“Aku tulus menerima kamu Leonardo, dan aku tidak sudi dituduh hamil hanya untuk mendapatkan uang!”“Itu tidak bisa. Lagi pula, tidak ada yang pernah berpikiran seperti itu padamu.”“Ibumu yang mengatakannya tepat sehari sebelum aku tahu kehamilanku,” lirih Rosea menahan tangisan yang mendesaknya. “Aku tidak ingin memperpanjang masalah dengan siapapun. Aku hanya ingin anak yang akan aku lahirnya hidup dalam kedamaian tanpa menerima tuduhan buruk. Karena itu, cantumkan saja dalam perjanjian pra-nikah kita, jika harta kita akan tetap terpisah meski telah menikah dan anakku tidak akan menerima tunjangan masa depan. Aku masih mampu mempersiapkan tabungan masa depan anak kita.”Leonardo terpaku kaget hingga tidak mampu berkata-kata.Leonardo bisa memahami sakit hati Rosea, disisi lain dia tidak setuju dengan k
Leonardo keluar dari kamar mandi, didapatinya Rosea yang tengah duduk ditengah ranjang, ditangannya terdapat sebuah buku yang tengah dia baca. Segelas susu yang dia siapkan sebelum pergi mandi, kini telah kosong di meja.Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam.“Kamu harus tidur Sea.”“Aku belum mengantuk,” jawab Rosea tetap fokus membaca bukunya.Dengan keadaan bertelanjang dada, Leonardo merangkak naik ke ranjang dan duduk disisi Rosea, melihat sebuah buku yang tengah dibacanya tanpa berbicara sepatah katapun.Ketenangan Rosea membuat Leonardo tidak mengerti. Setelah memberitahukan kehamilannya, dengan sikap yang manis Rosea memasakan makan malam untuk Leonardo, bahkan saat menemani Leonardo makan, Rosea hanya menanyakan kabar Prince.Sejujurnya, Leonado luar biasa bahagia dengan sikap manis Rosea. Namun, Leonardo juga menantikan Rosea untuk membicarakan tentang kedatangan ibunya karena ini masalah yang sangat penting.Tidak seperti biasanya Rosea menunda masalah..Padahal, Leona
Perlu waktu satu setengah jam untuk melakukan perjalanan dari Prancis ke Monaco. Begitu sampai, Leonardo terburu-buru pergi menaiki taksi. Dia tidak ingin menunggu barang sedetikpun untuk bisa segera bertemu dengan Rosea.Taksi bergerak cepat melintasi jalanan.Semakin dekat jarak yang dia tempuh ke tempat tujuan, Leonardo gugup, beberapa kali dia menahan napasnya karena degup jantung yang berdebar kencang tidak terkontrol, kerinduan yang begitu kuat kini akhirnya akan menemukan peredanya.Leonardo tahu, akan ada sederet penjelasan yang menanti untuk diceritakan kepada Rosea, ada setumpuk kata yang harus dia ucapkan untuk meyakinkan Rosea agar tetap berada di sisinya.Namun, semuanya tidak akan sesulit sebelumnya.Ibu Leonardo sudah memberinya izin menikah dengan Rosea, dan ada seorang anak yang tengah Rosea kandung menjadi penguat hubungan mereka berdua.Senyuman menawan Leonardo langsung terlihat di jendela mobil.Betapa menyenangkannya membayangkan Prince akhirnya menjadi seorang
Prince bergerak gelisah menyadari jika Mikhaila membawanya terlalu jauh dari Berta dan Leonardo. Masih sulit untuknya percaya jika ibunya tidak akan melakukan apapun.Bukan tanpa alasan, Mikhaila sudah terlalu sering membohonginya dibalik janji.“Prince,” panggil Mikhaila berhati-hati, “tolong lihat ibu sebentar saja, ibu ingin berbicara dengan kamu. Ini penting.”Prince kembali memusatkan perhatiannya pada Mikhaila yang kini terduduk lesu tidak begitu bersemangat seperti biasanya. Cekungan di pipi, kantung mata yang membesar, hingga penampilan yang tidak terawat tidak mencerminkan Mikhaila yang selama ini Prince kenal. “Apa Ibu sakit? Ayo kita ke dokter,” ajak Prince berhati-hati, dia takut menyinggung perasaan ibnya.“Ibu baik-baik saja.” Mikhaila menggeleng dengan senyuman sendunya.Mikhaila meraih tangan prince dan menggenggamnya dengan lembut. Rasa sakit begitu terasa menusuk dada melihat wajah putranya yang telah dia sia-siakan semenjak berada dalam kandungan, hingga Mikhaila