Happy Reading.
***
Falix dan Darla berjalan saling bersisian menuju kantin. Seperti biasa tangan Falix tak pernah lepas merangkul pinggang Darla posesif, menegaskan pada siapapun jika gadis cantik di sebelahnya adalah dirinya.
"Aneska," teriak Darla pada gadis yang tengah menikmati makanannya bersama dengan Aezar. Darla melambaikan tangannya sambil tersenyum membuat Aneska juga ikut tersenyum dan melambaikan tangannya pada Darla.
"Ayo ke sana Falix," ajak Darla pada Falix yang hanya mengikuti gadisnya itu menuju Aneska dan Aezar yang duduk memisahkan diri dari Barra, Mira, Dion, dan Cakra.
Darla duduk di samping Aneska dan Falix duduk di depan Darla tepatnya di samping Aezar. Darla mengerutkan keningnya melihat Aezar yang berada di sana ia masih belum tahu jika Aneska dan Aezar sudah bersahabat.
"Apa kalian memiliki suatu hubungan?" Tanya Darla dengan kerutan di dahinya membuat Aezar
Hai semua apa kabar nih? Tetep patuhon protokol kesehatan ya guys. Gimana sama part ini? semoga kalian suka ya. Maaf kalau masih ada typo dan feel kurang dapet ya guys. Yok sini vote dan koment dulu guys.
Happy Reading. *** Darla kini merasa begitu sepi karena tak ada Falix di dekatnya. Hari ini Falix memang tak datang ke sekolah karena ada pekerjaan yang begitu serius yang harus dia urus. Namun seharian ini selama di sekolah Ryan terus mengikutinya kemanapun gadis itu pergi. Namun jelas saja berbeda, Ryan begitu kaku dan cuek jadi Darla merasa tak memiliki teman untuk berbicara. Kini Darla tengah berjalan menuju kantin untuk istirahat dan mengisi perutnya yang. Namun baru saja akan sampai kantin ucapan Ryan yang menghentikannya. “Nona, Tuan muda melarang anda untuk makan di kantin. Makanlah di ruangan Tuan besar dan saya akan memesankan anda makanan,” ucap Ryan dengan kakunya. Darla membalikkan tubuhnya menatap datar pada Ryan yang hanya memasang wajah seriusnya membuat Darla memutar bola matanya jengah melihat tingkah posesif tunangannya itu dan sikap Ryan yang begitu patuh pada Falix. Mereka memang
Happy Reading. *** Mira kini tengah duduk di dekat jendela memandangi pemandangan di luar kamar nya dengan tatapan yang sendu juga marah namun tak ada yang dapat ia lakukan selain menerima segala keputusan yang di buat oleh Barra kemarin. Ya kemarin Barra memang mengajaknya jalan-jalan ke sebuah taman. Taman yang begitu indah dengan berbagai macam bunga dan ada juga kolam ikan di sana. Setelah sampai di taman itu Barra mengajak Mira untuk duduk di sebuh kursi yang berada di sana. Awalnya tak ada pembicaraan di anatara mereka, mereka saling terdiam menikmati kebersamaan mereka yang entah akan bertahan sampai kapan. Saat itu Mira berharap kebersamaan itu akan terus hadir. Barra akan selalu menjadi miliknya itu adalah sebuah keinginan juga permohonan yang Mira inginkan. Barra mengehala napasnya, menarik napasnya dalam sebelum memulai ucapannya. “Mira,” panggil Barra agar gadis itu mau me
Happy Reading. *** Untuk kesekian kalinya Darla merutuki Falix yang sedang menjelaskan tentang pelajaran matematika di sampingnya. Kini memang Falix dan Darla sedang belajar bersama dan semua ini adalah ide Falix yang mengajak Darla belajar bersama karena tiga hari lagi sudah akan mulai ulangan akhir semester. Falix terus saja mengajari Darla padahal Darla sudah mengatakan jika ia tak mau belajar lagi karena sudah lelah dan Falix masih terus memaksanya untuk melanjutkan belajarnya. Merasa lelah darla meletakkan kepalanya di meja sambil menghadap Falix memperhatikan laki-laki itu yang tengah fokus mengajarinya sambil menulis jawaban dari soal yang ada di buku Darla. Merasa di perhatikan Falix menghela napasnya lalu menatap Darla dengan datar. Wanitanya itu memang sangat susah di bujuk jika sudah lelah, lihat bahkan sekarang bukannya memperhatikan apa yang sudah Falix jelaskan ia malah memperhatikan Fa
Happy Reading. *** Sesusai yang telah Falix janjikan pada Darla kemarin malam saat mengajari gadis itu. Hari ini Falix benar-benar mengajak Darla ke Taman Safari. Gadis itu tampak cantik dengan Dress selutut berwarna pich dengan lengan panjang dan sepatu confers hitam putih dan topi yang begitu indah. Darla dan Falix kini berjalan saling bersisian dengan tangan yang saling bergandengan , kini taman itu terlihat begitu ramai mengingat hari ini adalah hari libur jadi tentu banyak yang akana datang untuk menghabiskan waktu luang liburan. “Falix lihat Harimau itu begitu buas namun juga begitu menggemaskan sama seperti dirimu, sangat buas namun sangat menggemaskan hingga aku sangat mencintaimu,” ucap Darla dengan senyumannya sambil menunjuk hewan buas di depannya itu. “Aku jauh lebih mencintaimu sayang,” ucap Falix sambil mencium kening wanitanya itu sayang. “Falix coba lihat anaknya itu b
Happy Reading. *** Falix menghembuskan asap rokoknya ke udara menatap pemandangan dari lantai atas rooftop yang menampilkan taman belakang sekolah yang begitu luas di belakang sekolah itu ada hutan kota yang mengitari dengan begitu indah. FHS memang sengaja di di dekan taman kota agar tak ada anak yang bolos lewat jalan belakang. Kini Falix berada di rooftop bersama dengan sahabatnya yang lain tanpa Aezar tentunya. Karena kini laki-laki itu sangat jarang berkumpul dengan sahabatnya yang lain karena adanya Barra. Aezar sepertinya menaruh rasa benci yang besar pada laki-laki yang dengan tega menyakiti sahabat sekaligus gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Hingga kini Aezar saat jarang kumpul dengan sahabatnya. Laki-laki itu lebih memilih untuk menemani Aneska. Mereka tadi memang keluar lebih dulu se
Happy Reading. *** Bel pulang sekolah yang sudah sangat di tunggu-tunggu akhirnya berbunyi juga. Darla dengan segera merapikan buku pelajarannya dan segera keluar dari kelas setelah merapikan buku-bukunya. Saat keluar kelas Darla dapat melihat Falix yang sudah menunggunya sambil bersandar di dinding dengan tangan yang bersedekap dada membuat aura laki-laki itu begitu kental akan ketampanan yang bak dewa nyunani itu. "Kau sudah lama menunggu?" Tanya Darla saat sudah berada di dekat Falix. "Tidak, tak ada kata lama dalam menunggu mu sayang," ucap Falix yang berhasil membuat senyuman malu tercekat di wajah Darla dengan pipi nya yang memerah. "Ayo pergi sekarang," aja
Happy Reading. *** Aneska berjalan turun dengan lift setelahnya ia langsung di giring menuju ruang makan oleh s ang pelayan dan ternyata di sana sudah ada Falix dan juga asistennya yang tengah berbincang. "Kau urus semua masalah itu, aku tak ingin dia menghalangi proyek kita," ucap Falix memerintahkan Ryan dengan begitu tegas. Ryan hanya mengangguk lalu menggulir iPad yang di bawanya lalu memberikannya pada Falix yang langsung Falix terima. Saat melihat kehadiran Aneska Falix tak jadi mengambil iPad yang Ryan sodorkan ia kembali memberikan iPad itu pada Ryan. "Kita bicarakan yang lainnya lagi nanti," ucap Falix dengan tagas. Ryan menjawab dengan anggukan lalu segera pergi dari sana setelah menunduk hormat pada Anesk
Happy Reading. *** Aneska berjalan turun dengan lift setelahnya ia langsung di giring menuju ruang makan oleh s ang pelayan dan ternyata di sana sudah ada Falix dan juga asistennya yang tengah berbincang. "Kau urus semua masalah itu, aku tak ingin dia menghalangi proyek kita," ucap Falix memerintahkan Ryan dengan begitu tegas. Ryan hanya mengangguk lalu menggulir iPad yang di bawanya lalu memberikannya pada Falix yang langsung Falix terima. Saat melihat kehadiran Aneska Falix tak jadi mengambil iPad yang Ryan sodorkan ia kembali memberikan iPad itu pada Ryan. "Kita bicarakan yang lainnya lagi nanti," ucap Falix dengan tagas. Ryan menjawab dengan anggukan lalu segera pergi dari sana setelah menunduk hormat pada Anesk
Happy Reading. *** Sudah dua hari Falix menyekap Darla di kamar gadis itu. Dan sudah dua hari juga kejadian tersebut berlalu. Kini keadaan Barra masih koma paska oprasi saat itu. Akibat pendarahan yang terus menerus dan Barra yang hampir kehabisan darah laki-laki itu harus menjalankan oprasi dan hingga kini laki-laki itu belum sadarkan diri. Semuanya masih menunggu dengan cemas bagaimana keadaan Barra selanjutnya, doa tak pernah lepas dari mereka yang terus berdoa akan kesembuhan Barra. Yang kini mereka harapkan adalah kesembuhan Barra. Untuk Dino dan Dian, kini kedua orang itu harus melaksanakan penjara di rumah dan tidak di bolehkan melakukan perjalanan jauh. Semua itu karena Dian yang masih di baru saja berumur tujuh belas tahun hingga orang tuanya meminta keringan begitupun dengan Dino yang masih sembilan belas tahun. Saat usia mereka memasuki dua puluh satu tahun maka akan di lakukan persi
Happy Reading. *** Menatap kesekeliling dengan tatapan menerawang, kini Darla merasa merasa bingung dengan tampat yang ia tempati saat ini. Kini ia bukan lagi berada di sebuah gedung kosong tapi berada di sebuah kamar. Tangannya tak lagi terikan begitupun kakinya namun di kamar ini seperti tak ada cara untuk keluar. Darla sudah mengelilingi kamar itu dan pintu sudah di kunci, jendela pun sudah di kunci mati. Bisa Darla tebak saat ini ia tengah berada di ketinggian saat melihat di jendala dan kamar ini memiliki tinggi yang lebih tinggi dari pohon besar di bawahnya. Suara kunci di buka membuat Darla mengalihkan pandangannya yang semula tertuju pada jendela kini teralihkan oleh seorang laki-laki yang memasuki kamar tersebut yang tak lain adalah Dino.
Happy Reading. *** "Lo serius?" tanya Cakra yang masih tak percaya akan info yang baru saja ia terima dari Falix. "Apa ada untungnya kalo gue ngarang cerita?" tanya Falix dengan begitu sinis. Mereka semua menggeleng memang tak ada untungnya bagi Falix untuk mengarang cerita. Lagi pula untuk apa Falix melakukan itu? Tentu saja itu bukanlah hal yang patut untuk di karang. "Jadi kita bener-bener kehilangan Dion?" tanya Barra dengan senyuman sendunya. Kini mereka memang tengah membicarakan tentang Dion. Lebih tepatnya Falix yang tengah bercerita dan memberikan info tentang siapa sebenarnya Dion yang kini bersama mereka, dia bukanlah Dion dari Dino kembaran Dion yang m
Happy Reading. *** Darla mengerjampak matanya berkali-kali merasakan silau yang masuk ke dalam matanya, ia begitu merasa asing dengan tempat nya saat ini. Melihat ke sekeliling ia pikir kini ia tengah berada di sebuah gedung tak terpakai di lihat dari bagaimana kondisi gedung yang ia tempati saat ini. Bisa gadis itu rasakan kini tangan dan kakinya teringat dan di ruangan yang begitu luas itu hanya terdapat satu kursi yang kini ia duduki, tak ada penerangan selain mentari yang masuk melalui jendela yang berada begitu tinggi. Sebisa mungkin Darla berusaha melepaskan tangannya dari ikutan yang begitu menyakitinya bahkan bisa ia tebak kini tangannya sudah memerah dan memar at
Happy Reading. *** Pukulan yang begitu keras Falix dapatkan dari ayahnya, tadi saat ia baru saja sampai di rumah bersama dengan Ryan dalam ke adaan berantakan dan memar serta luka di wajahnya tak ia sangka ternyata orang tuanya yang jarang pulang itu sedang ada dirumah. Saat Falix dan Ryan sampai di rumah, ibu Falix langsung menanyakan ada apa dengan wajah Falix serta Ryan dan di mana Darla? "Apa kau gila mengajak Darla ke club malam?" tanya Hanry sambil memberikan pukulan mentah pada Falix yang hanya bisa terdiam menerima setiap pukulan yang di dapatnya dari ayahnya yang terus melampiaskan amarahnya pada dirinya. "Lihatlah apa yang sekarang kau dapat Falix," ucap Hanry yang kembali memberikan pukulan untuk Falix yang hanya terdiam. Ryan yang melihat itu ingin membant
Happy Reading. *** "Tar malam ke club kuy dah lama nih gak kumpul di sana sambil main billiard," ajak Dion dengan begitu bersemangat. Kini mereka tengah berada rooftop sambil sebat, rooftop memang selalu menjadi tempat yang pas bagi mereka untuk menghisap sebatang rokok yang mengandung nikotin tersebut. Kini hanya ada kelima laki-laki tersebut mengingat gadis mereka sudah pulang lebih dulu karena kini para laki-laki itu harus mengikuti jam pelajaran tambahan. "Yuk lah udah lama nih," kompor Cakra yang juga terlihat begitu bersemangat mengingat mereka sudah sangat lama tidak nongkrong bersama. "Ok deh tar malam, tapi gue ngajak Darla," ucap Falix memberitahu sahabat nya jika ia harus mengajak tunangannya itu.
Happy Reading. *** Mobil Sport dengan berbagai merk kini terparkir dengan begitu rapih di parkiran FHS bahkan kini parkiran tersebut sudah seperti parkiran milik dari pemilik dari kelima mobil mewah yang kini berjejer dengan rapih tersebut. Bagai tak ada yang berani dan mau mendekat pada jajaran mobil dengan harga fantastis tersebut. Siapa yang berani mendekati mobil mewah yang bahkan mobil sekelasBugatti Veyron La Voiture Noire juga berada di sana? jika mereka mendekati mobil itu dan menggoresnya sedikit saja mungkin mereka harus merelakan banyak uang mereka hanya untuk goresan kecil. Mobil limited edition yang hanya di produksi pada tahun 2019 dengan harga mencapai 271 Miliar itu pasti akan membuat mereka melongo dengan hanya karena goresan kecil. Bahkan tak a
Happy Reading. *** Falix dan Darla kini berjalan beriringan menuju kelas Darla setelah mereka tadi menghabiskan makan mereka di ruang khusus pemilik sekolah. Saat Falix dan Darla tengah berjalan sambil bercanda Darla tak sengaja menabrak seorang laki-laki dengan hoodie hitam yang laki-laki itu gunakan. Darla hampir saja jatuh ke lantai andai Falix tak menahannya, Falix menatap datar ke arah laki-laki tersebut dengan tatapan tajamnya yang siap membunuh kapan saja. "Darla? maafkan aku, aku sungguh tak sengaja," ucap laki-laki tersebut membuat Darla mengangguk dan tersenyum pada laki-laki tersebut. "Tak apa Daniel ini juga salahku yang tak melihat jalan," ucap Darla pada laki-laki yang menabraknya yang tak lain adalah
Happy Reading. *** Kini seluruh FHS di buat gempar akan ke hadiran Dion ke sekolah dengan sahabatnya, laki-laki itu telihat begitu bahagia berjalan sambil tertawa bersama sahabatnya yang lain. Namun berbeda dengan Dion dan sahabatnya kini justru para siswa-siswi di buat sangat terkejut bahkan kini mereka seperti tengah melihat hantu saja, atau mereka memang menganggap Dion sebagai hantu? mengingat yang mereka tahu jika Dion sudah tewas dan menghilang dalam kecelakaan pesawat yang terjadi saat itu. "Berasa artis gue di liatin mulu," ucap Dion dengan gaya nya yang begitu tinggi. Sahabatnya yang mendengar hal itu hanya menatap Dion dengan tajam begitupun Falix yang kini hanya menatap datar pada Dion. Ya kali ini Falix dan sahabatnya yang lain datang bersamaan walau