Happy Reading.
***
Hari ini adalah hari keberangkatan Darla dan juga Falix kembali ke Indonesia. Kini mereka sudah berada di dalam Privat jet yang tengah mengudara. Falix dan Darla duduk saling bersebelahan, di dalam hanya ada mereka saja dengan beberapa awak pesawat yang ikut terbang untuk mereka.
"Tuan, Nona, kalian membutuhkan sesuatu?" tanya salah satu pramugari cantik yang menawarkan Darla dan Falix pelayanannya.
"Tidak," ucap Darla dengan senyumannya. Sedangkan Falix hanya diam, karena jawabannya sudah di wakilkan oleh Darla. Ia tak suka terlalu banyak bicara dengan seorang wanita selain orang tuanya, orang tua Darla, dan Darla sendiri. Falix begitu menghargai perasaan wanitanya itu. Sangat baik bukan? di jaman sekarang ini sangat langkah laki-laki seperti Falix
Hai semua apa kabar nih? Tetep patuhon protokol kesehatan ya guys. Gimana sama part ini? semoga kalian suka ya. Maaf kalau masih ada typo dan feel kurang dapet ya guys. Yok sini vote dan koment dulu guys.
Happy Reading. *** Pagi ini pemandangan yang sudah lama tak di lihat oleh penghuni FHS kini kembali mereka lihat. Sepasang kekasih yang sangat serasi yang berjalan di koridor dengan sang lelaki yang merangkul pinggang kekasihnya posesif. Idola para kaum hawa yang tak lain adalah Falix. Dan ekspektasi definisi bidadari bagi kaum adam yang tak lain adalah Darla. Kini sepasang kekasih itu sudah kembali lagi melakukan aktifitas sekolah seperti biasanya. Di tangan Falix kini penuh dengan totebag belanjaan yang Darla beli khusus untuk sahabat Falix juga Aneska. Awal nya Falix begitu menolak saat tunangannya itu membelikan oleh-oleh untuk sahabatnya namun setelah perdebatan yag panjang akhirnya Falix mengalah. "Gue kira lama gak liat Darla tuh cewek udah putus dari Falix terus balik ke negeranya," celetuk salah satu gadis yang berada di sekitar mereka dan mendapatkan anggukan dari sahabat cewek
Happy Reading. *** Di sepanjang jalan menuju kantin Darla tak ada hentinya memaki Sila juga sahabat gadis itu yang sudah berani menghinanya. Darla memang bukan tipe orang yang ambil pusing dengan ucapan seseorang namun kali ini ia ingin menutup mulut para gadis yang sudah menghinanya itu agar mereka berhenti berbicara. “Mereka sungguh tidak tahu malu, dan senang menindas orang yang mereka anggap lemah atau berada di bawah mereka. Menjadikan tolak ukur harta sebagai patokan sungguh sesuatu yang tak patut di contah. Jangan menjadikan harta dan jabatan sebagai tolak ukur entah dalam pertemanan ataupun seseorang yang patut di hina. “Harusnya mereka bisa menghargai setiap orang entah yang berada di bawah mereka ataupun berada di atas mereka.” Lanjut Darla yang masih saja melampiaskan amarahnya dengan memberikan Falix yang tak tahu apapun harus menjadi pendengar setianya. Falix hanya diam saja membiarkan g
Happy Reading. *** Darla terus mengejar Aneska hingga gadis itu berhenti di taman belakang duduk di kursi panjang yang berada di taman belakang di bawah pohon yang membuat tempat itu sejuk. Darla ikut duduk di samping Aneska, tak ada yang memulai pembicaraan mereka hanya saling terdiam Aneska yang kini tengah menangis dan Darla hanya bisa mengelus pundak gadis itu. Darla tak mau mengeluarkan sepatah katapun dan menunggu Aneska yang memulai pembiacaraan. Kini tugas Darla hanya menjadi penyemangat dan pendengar yang baik untuk Aneska, ia tak bisa menjadi polisi untuk mengintogasi teman barunya. Mereka memang baru kenal dan berteman tapi Darla sudah menyukainya dan menganggap Aneska temannya. Lama tak ada pembicaraan di antara mereka hingga Aneska sudah mulai reda dengan tangisnya, gadis itu menghapus kasar air matanya lalu mendongakkan kepalanya menghalau air mata yang akan terun kembali. “Maka
Happy Reading. *** Cerita Aneska terus mengalir menceritakan tentannya dan Barra. Tentang Barra yang mulai berubah setelah kembali dari Bandung. Tentang Barra yang mulai sering membatalkan janjinya pada Aneska atau tentang Barra yang sering kali mengabaikannya dan bolak-balik ke Bandung. Pernah saat itu Barra dan Aneska tengah menonton, Barra kerap kali mengabaikannya dan lebih serius pada ponselnya entah apa yang laki-laki itu lakukan. Dan mulai saat itu Barra yang awalnya tak perah melarang Aneska untuk bermain ponsel laki-laki itu mulai melarang Aneska untuk memainkan ponsel laki-laki itu dan hal itu membuat Aneska mulai curiga dengan sikap Barra yang benar-benar berubah. “Kamu kenapa sih Bar?” tanya Aneska yang sudah tak dapat lagi menahan rasa penasarannya untuk bertanya pada Barra yang kini malah menatap Aneska dengan kerutan di dahinya. “Aku kenapa?” tanya Barra seperti tak meras
Happy Reading. *** Darla kini tengah sibuk memainkan ponselnya di ranjang king sizenya. Tak ada yang dapat ia lakukan selain menscroll branda media sosial. Falix kini tengah berada di kantornya karena harus ada yang di urus laki-laki itu. Hingga saat pulang sekolah tadi Falix langsung ke kantor tanpa mengantar Darla lebih dulu untuk pulang. Entah semendesak apa pekerjaan laki-laki itu kini. “Boring,” ucap Darla sambil mendengus. Darla bangkit dari kasurnya sambil mengikat asal rambutnya yang ia gerai. Leher jenjang gadis itu kini terlihat begitu indah apa lagi Darla hanya memakai tank top dan celana hot pants sungguh menggugah selera bagi kaum adam yang melihatnya. Darla keluar dari kamarnya untuk mencari udara segar setelah berada di dalam kamar seharian setelah pulang sekolah. Jam kini sudah menunjukkan pukul delapan malam tapi Falix belum juga pulang. Darla memutuskan unt
Happy Reading. *** Danau yang begitu menyejukkan kini terhampar dengan begitu indah memancarkan warna hijau yang begitu menenangkan. Seorang gadis duduk di hamparan rumput yang berada di pinggir danau, menikmati rasa tenang yang di ciptakan suasana di sana. Walau danau ini menyimpan banyak kenangan namun tetap saja rasa tenang di sana mengalihkannya dari kenangan indah yang ingin ia lupakan itu. Kenangan yang hanya akan menumbuhkan rasa sakit yang begitu kuat. Kenangan yang menyakitkan itu tiba-tiba saja menyerangnya saat ingatan tentang laki-lakinya yang datang ke sekolah dengan gadis lain. Saat itu pagi yang tak seperti biasanya, Anesak yang selalu Barra jemput setiap pergi ke sekolah saat itu laki-laki itu malah mengatakan jika ia tak bisa menjemput Aneska dan terpaksa pagi itu Aneska menghubungi Aezar untuk datang menjemputnya dan datang ke sekolah bersama. “Tumbenan banget lo gak
Happy Reading. *** Falix dan Darla berjalan saling bersisian menuju kantin. Seperti biasa tangan Falix tak pernah lepas merangkul pinggang Darla posesif, menegaskan pada siapapun jika gadis cantik di sebelahnya adalah dirinya. "Aneska," teriak Darla pada gadis yang tengah menikmati makanannya bersama dengan Aezar. Darla melambaikan tangannya sambil tersenyum membuat Aneska juga ikut tersenyum dan melambaikan tangannya pada Darla. "Ayo ke sana Falix," ajak Darla pada Falix yang hanya mengikuti gadisnya itu menuju Aneska dan Aezar yang duduk memisahkan diri dari Barra, Mira, Dion, dan Cakra. Darla duduk di samping Aneska dan Falix duduk di depan Darla tepatnya di samping Aezar. Darla mengerutkan keningnya melihat Aezar yang berada di sana ia masih belum tahu jika Aneska dan Aezar sudah bersahabat. "Apa kalian memiliki suatu hubungan?" Tanya Darla dengan kerutan di dahinya membuat Aezar
Happy Reading. *** Darla kini merasa begitu sepi karena tak ada Falix di dekatnya. Hari ini Falix memang tak datang ke sekolah karena ada pekerjaan yang begitu serius yang harus dia urus. Namun seharian ini selama di sekolah Ryan terus mengikutinya kemanapun gadis itu pergi. Namun jelas saja berbeda, Ryan begitu kaku dan cuek jadi Darla merasa tak memiliki teman untuk berbicara. Kini Darla tengah berjalan menuju kantin untuk istirahat dan mengisi perutnya yang. Namun baru saja akan sampai kantin ucapan Ryan yang menghentikannya. “Nona, Tuan muda melarang anda untuk makan di kantin. Makanlah di ruangan Tuan besar dan saya akan memesankan anda makanan,” ucap Ryan dengan kakunya. Darla membalikkan tubuhnya menatap datar pada Ryan yang hanya memasang wajah seriusnya membuat Darla memutar bola matanya jengah melihat tingkah posesif tunangannya itu dan sikap Ryan yang begitu patuh pada Falix. Mereka memang
Happy Reading. *** Sudah dua hari Falix menyekap Darla di kamar gadis itu. Dan sudah dua hari juga kejadian tersebut berlalu. Kini keadaan Barra masih koma paska oprasi saat itu. Akibat pendarahan yang terus menerus dan Barra yang hampir kehabisan darah laki-laki itu harus menjalankan oprasi dan hingga kini laki-laki itu belum sadarkan diri. Semuanya masih menunggu dengan cemas bagaimana keadaan Barra selanjutnya, doa tak pernah lepas dari mereka yang terus berdoa akan kesembuhan Barra. Yang kini mereka harapkan adalah kesembuhan Barra. Untuk Dino dan Dian, kini kedua orang itu harus melaksanakan penjara di rumah dan tidak di bolehkan melakukan perjalanan jauh. Semua itu karena Dian yang masih di baru saja berumur tujuh belas tahun hingga orang tuanya meminta keringan begitupun dengan Dino yang masih sembilan belas tahun. Saat usia mereka memasuki dua puluh satu tahun maka akan di lakukan persi
Happy Reading. *** Menatap kesekeliling dengan tatapan menerawang, kini Darla merasa merasa bingung dengan tampat yang ia tempati saat ini. Kini ia bukan lagi berada di sebuah gedung kosong tapi berada di sebuah kamar. Tangannya tak lagi terikan begitupun kakinya namun di kamar ini seperti tak ada cara untuk keluar. Darla sudah mengelilingi kamar itu dan pintu sudah di kunci, jendela pun sudah di kunci mati. Bisa Darla tebak saat ini ia tengah berada di ketinggian saat melihat di jendala dan kamar ini memiliki tinggi yang lebih tinggi dari pohon besar di bawahnya. Suara kunci di buka membuat Darla mengalihkan pandangannya yang semula tertuju pada jendela kini teralihkan oleh seorang laki-laki yang memasuki kamar tersebut yang tak lain adalah Dino.
Happy Reading. *** "Lo serius?" tanya Cakra yang masih tak percaya akan info yang baru saja ia terima dari Falix. "Apa ada untungnya kalo gue ngarang cerita?" tanya Falix dengan begitu sinis. Mereka semua menggeleng memang tak ada untungnya bagi Falix untuk mengarang cerita. Lagi pula untuk apa Falix melakukan itu? Tentu saja itu bukanlah hal yang patut untuk di karang. "Jadi kita bener-bener kehilangan Dion?" tanya Barra dengan senyuman sendunya. Kini mereka memang tengah membicarakan tentang Dion. Lebih tepatnya Falix yang tengah bercerita dan memberikan info tentang siapa sebenarnya Dion yang kini bersama mereka, dia bukanlah Dion dari Dino kembaran Dion yang m
Happy Reading. *** Darla mengerjampak matanya berkali-kali merasakan silau yang masuk ke dalam matanya, ia begitu merasa asing dengan tempat nya saat ini. Melihat ke sekeliling ia pikir kini ia tengah berada di sebuah gedung tak terpakai di lihat dari bagaimana kondisi gedung yang ia tempati saat ini. Bisa gadis itu rasakan kini tangan dan kakinya teringat dan di ruangan yang begitu luas itu hanya terdapat satu kursi yang kini ia duduki, tak ada penerangan selain mentari yang masuk melalui jendela yang berada begitu tinggi. Sebisa mungkin Darla berusaha melepaskan tangannya dari ikutan yang begitu menyakitinya bahkan bisa ia tebak kini tangannya sudah memerah dan memar at
Happy Reading. *** Pukulan yang begitu keras Falix dapatkan dari ayahnya, tadi saat ia baru saja sampai di rumah bersama dengan Ryan dalam ke adaan berantakan dan memar serta luka di wajahnya tak ia sangka ternyata orang tuanya yang jarang pulang itu sedang ada dirumah. Saat Falix dan Ryan sampai di rumah, ibu Falix langsung menanyakan ada apa dengan wajah Falix serta Ryan dan di mana Darla? "Apa kau gila mengajak Darla ke club malam?" tanya Hanry sambil memberikan pukulan mentah pada Falix yang hanya bisa terdiam menerima setiap pukulan yang di dapatnya dari ayahnya yang terus melampiaskan amarahnya pada dirinya. "Lihatlah apa yang sekarang kau dapat Falix," ucap Hanry yang kembali memberikan pukulan untuk Falix yang hanya terdiam. Ryan yang melihat itu ingin membant
Happy Reading. *** "Tar malam ke club kuy dah lama nih gak kumpul di sana sambil main billiard," ajak Dion dengan begitu bersemangat. Kini mereka tengah berada rooftop sambil sebat, rooftop memang selalu menjadi tempat yang pas bagi mereka untuk menghisap sebatang rokok yang mengandung nikotin tersebut. Kini hanya ada kelima laki-laki tersebut mengingat gadis mereka sudah pulang lebih dulu karena kini para laki-laki itu harus mengikuti jam pelajaran tambahan. "Yuk lah udah lama nih," kompor Cakra yang juga terlihat begitu bersemangat mengingat mereka sudah sangat lama tidak nongkrong bersama. "Ok deh tar malam, tapi gue ngajak Darla," ucap Falix memberitahu sahabat nya jika ia harus mengajak tunangannya itu.
Happy Reading. *** Mobil Sport dengan berbagai merk kini terparkir dengan begitu rapih di parkiran FHS bahkan kini parkiran tersebut sudah seperti parkiran milik dari pemilik dari kelima mobil mewah yang kini berjejer dengan rapih tersebut. Bagai tak ada yang berani dan mau mendekat pada jajaran mobil dengan harga fantastis tersebut. Siapa yang berani mendekati mobil mewah yang bahkan mobil sekelasBugatti Veyron La Voiture Noire juga berada di sana? jika mereka mendekati mobil itu dan menggoresnya sedikit saja mungkin mereka harus merelakan banyak uang mereka hanya untuk goresan kecil. Mobil limited edition yang hanya di produksi pada tahun 2019 dengan harga mencapai 271 Miliar itu pasti akan membuat mereka melongo dengan hanya karena goresan kecil. Bahkan tak a
Happy Reading. *** Falix dan Darla kini berjalan beriringan menuju kelas Darla setelah mereka tadi menghabiskan makan mereka di ruang khusus pemilik sekolah. Saat Falix dan Darla tengah berjalan sambil bercanda Darla tak sengaja menabrak seorang laki-laki dengan hoodie hitam yang laki-laki itu gunakan. Darla hampir saja jatuh ke lantai andai Falix tak menahannya, Falix menatap datar ke arah laki-laki tersebut dengan tatapan tajamnya yang siap membunuh kapan saja. "Darla? maafkan aku, aku sungguh tak sengaja," ucap laki-laki tersebut membuat Darla mengangguk dan tersenyum pada laki-laki tersebut. "Tak apa Daniel ini juga salahku yang tak melihat jalan," ucap Darla pada laki-laki yang menabraknya yang tak lain adalah
Happy Reading. *** Kini seluruh FHS di buat gempar akan ke hadiran Dion ke sekolah dengan sahabatnya, laki-laki itu telihat begitu bahagia berjalan sambil tertawa bersama sahabatnya yang lain. Namun berbeda dengan Dion dan sahabatnya kini justru para siswa-siswi di buat sangat terkejut bahkan kini mereka seperti tengah melihat hantu saja, atau mereka memang menganggap Dion sebagai hantu? mengingat yang mereka tahu jika Dion sudah tewas dan menghilang dalam kecelakaan pesawat yang terjadi saat itu. "Berasa artis gue di liatin mulu," ucap Dion dengan gaya nya yang begitu tinggi. Sahabatnya yang mendengar hal itu hanya menatap Dion dengan tajam begitupun Falix yang kini hanya menatap datar pada Dion. Ya kali ini Falix dan sahabatnya yang lain datang bersamaan walau