"Kalian berdua berhenti, pergi dari sini! Kembali ke kamar kalian." Bastian langsung berbalik dan menyuruh kedua anak buah yang mengikutinya untuk pergi."Baik,Tuan."Bastian mengembuskan napasnya kasar lalu menjauhi ruangan terbuka di mana Jose dan Lexa sedang bercinta. "Dasar mèsum," gerutu Bastian."Jo, tadi aku mendengar suara seseorang." Lexa berusaha mendorong tubuh Jose yang berada di atasnya."Biarkan saja, Alex." Jose tidak menghiraukan suara seorang laki-laki yang ia kenali dengan suaranya Bastian karena saat ini ia hampir mencapai klimaks."Jo, tapi ….""Aku tidak peduli, cepat kita selesaikan sebelum terganggu oleh orang lain." Jose mengecup puncak kepalanya Lexa lalu kembali meneruskan percintaan mereka."Baiklah, cepat kau selesaikan.""Dengan senang hati, sayang." Jose tersenyum lalu semakin mempercepat gerakannya. Dengan sekuat tenaga memompa kejantanannya ke dalam kewanitaannya Lexa. "Alex ….""Jo …."Keduanya tertawa kecil setelah sama-sama mencapai klimaks dengan ke
Orang bercadar itu ingin menyentuh Lexa, tapi mengurungkan niatnya karena Victor dan pengikutnya datang."Hei, siapa kau?! Jangan sentuh dia!" teriak Victor.Orang bercadar itu segera melarikan diri karena melihat kedatangan Victor dan yang lain."Nona, Nona Xaviera!" Victor mengguncang-guncangkan tubuh Lexa."Siapkan mobil dan panggil Hunter untuk mencari jejak orang bercadar tadi." titah Victor kepada anak buahnya."Baik, Tuan.""Siapa sebenarnya orang tadi? Apa tujuannya meracuni Nona Xaviera?" gumam Victor yang langsung mengangkat tubuh Lexa untuk segera dibawa ke rumah sakit khusus untuk menanganinya. Victor curiga jika Lexa terkena racun karena Lexa tidak akan mudah dikalahkan begitu saja.Ponsel Jose berbunyi ketika ia sibuk melakukan zoom dengan kliennya melalui laptop. "Nomor tidak dikenal? Siapa, ya?" ucap Jose yang segera mengangkat panggilan ponselnya. Bastian yang berada di hadapannya ikut memperhatikan Jose."Ya, halo.""Apa?! Istriku dibawa ke rumah sakit!""Ya, halo, s
"Aduh!" Emma Walles, wanita berambut pirang yang berada dalam pangkuan Alexander itu mengerang kesakitan setelah Alexander secara reflek mendorongnya ke lantai. Darah mengalir di selakangannya, Emma kaget dengan sikap Alexander yang berubah secara tiba-tiba."Apa katamu?! Lexa terluka?" tanya Alexander sambil mengenakan celananya."Cih, bukan urusanku." Anya mencibir, tidak ingin memberitahu berita tentang Lexa kepada Alexander."Anya!" bentak Alexander"Xander," panggil Emma manja, gadis itu mendekati Alexander dengan susah payah lalu merangkul lengan kekarnya."Anya, katakan padaku!" desak Xander.Anya melengos, tidak peduli dengan bentakan Alexander."Urus saja wanita itu. Sepertinya dia belum puas." sindir Anya."Xander," Emma menekankan tubuh telanjangnya ke tubuh atletis Alexander."Sebaiknya, kau keluar dulu, Emma." Alexander berusaha mengusir Emma. "Xander kenapa sikapmu berubah?" tanya Emma dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia tidak menyangka jika sikap hangat Alexander se
"Bagaimana?" Anya menatap balik mata Alexander. "Jika kau tidak mau, aku tidak akan memaksamu." Anya berdebar menantikan jawaban dari Alexander. Ia berharap agar Alexnder mau menerima tawarannya.Karena tidak mendapatkan respon dari Alexander. Anya perlahan turun dari pangkuannya Alexander dengan rasa kecewa.'Ternyata usahaku sia-sia.' batin Anya.Namun sesaat kemudian, hati Anya melonjak kegirangan karena tujuannya terkabul."Siapa yang mengizinkanmu keluar, Anya?" kata-kata Alexander seperti suara merdu saxophone yang mengalunkan lagu romantis favoritnya."Xander," Anya berbalik dengan mata yang berbinar."Kemarilah Anya," Alexander melambaikan tangannya.Anya seperti sebuah robot yang diprogram untuk bergerak sesuai dengan aturan programmer."Kau adalah budakku.""Ya, aku adalah budakmu." Anya berjalan perlahan mendekati Alexander."Kau tahu apa tugas seorang budak?""Mematuhi segala perintah tuannya tanpa terkecuali.""Bagus kalau kau masih ingat.""Tapi aku ingin menjadi budak s
"Xander, tolong berhenti, aku sudah tidak kuat." pinta Anya dengan suara yang bergetar. Namun Alexander tidak peduli, ia benar-benar mengabulkan permintaan Anya untuk menjadikannya budak séksnya."Kau budakku, Anya. Jadi kau harus menuruti kemauanku." Alexander meremas dan menampar pantat Anya beberapa kali hingga memerah."Aduh… aku sangat lelah, Xander." pekik Anya lirih dengan badannya yang serasa mati rasa setelah diperlakukan Alexander seperti wanita bayaran."Aku menepati permintaanmu Anya, kenapa kau memintaku berhenti?" sindir Alexander yang sibuk memompa kewanitaannya Anya."Aku….""Kau yang menginginkannya jadi nikmati saja.""Tapi aku ingin melihatmu, Xander." Anya sedikit kecewa karena Xander menyetubuhinya dari arah belakang sehingga Anya tidak bisa menikmati wajah tampannya Xander disaat mereka bercinta."Aku tidak merubah diriku menjadi serigala, Anya. Apalagi yang kau inginkan." Xander masih terus memompa Anya dari belakang sehingga Anya terbaring lemas di atas brank
Mata Emma seperti puppy eyes yang memelas meminta tuannya untuk mengasihaninya. "Xander.""Well, Miss Emma Walles." Alexander mendekati Emma."Kau tahu siapa aku?" tanya Alexander sambil membuka kedua kakinya Emma."Alexander Druva 32 tahun. Seorang dokter spesialis bedah dari rumah sakit Druva. Laki-laki tertampan yang pernah aku temui. Laki-laki gagah bertubuh kekar dan mempunyai kejantanan yang extra besar.""Hahaha," Alexander tertawa keras. Tadinya ia ingin mengabaikan Emma tapi setelah mendengar pujian Emma yang sedikit vulgar, Alexander memutuskan untuk bermain-main sebentar dengan wanita yang mempunyai sifat seperti seorang wanita nakal itu."Ayo Xander, aku sudah tidak tahan." panggil Emma manja. Ia menarik tengkuk Alexander lalu mencium bibirnya dengan mesra. Seperti orang yang kehausan, Emma menyesap bibirnya Alexander dalam waktu yang cukup lama."Kau tahu identitas asliku, Emma?"Emma menghapus saliva yang belepotan di bibirnya menggunakan punggung tangannya lalu tersenyu
Mendengar teriakan pertanyaan dari Anya tidak menghentikan kegiatan Alexander. Ia tetap dalam posisinya, memeluk tubuh polos Emma sambil memompa kewanitaannya. Menikmati gelenyar nikmat dari budak cintanya yang seorang manusia biasa."Xander," Emma sengaja memanggil nama Alexander dengan manja. Ia tahu jika Anya sedang marah. Emma merasa menang karena laki-laki pujaannya tidak mempedulikan Anya dan tetap memberinya kenikmatan. Emma menciumi leher Alexander sehingga membuat Anya semakin marah."Xander!" teriak Anya untuk sekian kalinya.Alexander melirik sekilas lalu tetap melanjutkan mennggempur kewanitaannya Emma. Gadis perawan setelah Anya yang dengan sukarela memintanya untuk merenggutnya."Xander, hentikan! Kau lupa akan janjimu?"Alexander berhenti lalu menoleh kepada Anya."Xander," kini giliran Emma yang merajuk karena Alexander melepaskan kejantanannya."Janji yang mana?" Xander menaikkan dagunya."Kau berjanji akan mengusirnya dari rumah sakit ini!" teriak Anya sambil menunjuk
'Itu berarti Lexa dalam keadaan yang berbahaya jika suatu saat ada musuh yang menyerangnya?'Jose mendadak kehilangan selera makan setelah mendengar percakapan Victor dan pengikutnya. Perutnya yang lapar terasa kenyang. Ia termenung memikirkan keselamatan Lexa di masa yang akan datang.'Apa yang harus aku lakukan? Ya Tuhan, aku sungguh tidak berguna. Suami yang tidak bisa melindungi istrinya.'"Tuan." "Tuan," Bastian menepuk bahu Jose setelah memanggilnya beberapa kali namun tidak ada respon."Ada apa?" Josei terkesiap melihat Bastian sudah berada di depannya. "Apa yang sedang Tuan lakukan di sini? Kenapa melamun? Bagaimana keadaan Nyonya Muda?" Bastian selalu sama, cerewet bertanya tentang keselamatan Jose dan Lexa.Namun Jose diam dan tidak membalas serentet pertanyaan dari Bastian. "Tuan, apa yang sudah terjadi? Kenapa Tuan diam saja?""Tian," Jose menghela napasnya."Ada apa, Tuan? Ceritakanlah pada saya." tanya Bastian khawatir."Apa yang harus aku lakukan?" Jose menutup mukany
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki