Lexa hampir jatuh mengenai sebuah batu besar jika tidak ditangkap oleh salah satu hunter yang melindunginya."Sebaiknya kita istirahat dulu, melihat keadaan Nona Lexa yang sangat lemah. Aku khawatir bayinya juga akan mengalami masalah," ucap salah satu hunter."Baiklah, aku akan mencari tempat istirahat sekaligus persembunyian. Kalian berdua di sini menemani Nona Lexa." hunter yang satunya pamit untuk mencari tempat peristirahatan.Melihat Lexa sudah tidak terlihat lagi. Xander semakin mengamuk. Ia segera menerjang ke segala arah. Para hunter yang mengerubunginya langsung menjadi sasaran kemarahannya. Ketika emosinya meledak, kekuatannya makin berlipat ganda. Xander dengan mudah melumpuhkan para hunter pilihan Klan Bulan Merah dengan beberapa kali serangan. Cakaran, gigitan dan tendangan mewarnai pertempuran mereka. Xander unggul dalam segala hal. Ia bisa dengan cepat melukai satu persatu hunter sehingga mereka terkapar tidak berdaya.Tidak menunggu lama, setelah melumpuhkan para hunte
"Kau sudah mendapatkan beritanya?" tanya Jose kepada Bastian.Wajah Bastian terlihat tegang."Tian, katakanlah jangan membuatku penasaran."Baiklah," Bastian berdeham agar tenggorokannya terasa nyaman saat mengatakan berita penting ini kepada Jose."Cepatlah Tian, jangan membuatku marah!" bentak Jose."Nyonya Muda… Nyonya Muda, dia kemungkinan ditangkap karena mereka mengatakan jika saat informan meninggalkan medan pertempuran. "Tuan. Druva hampir mengalahkan semua orang-orangnya Tuan Ralp dan saat itu Tuan Ralp sudah terluka sangat parah.""Gawat, pasti laki-laki menyeramkan itu sudah menyeret Lexa untuk mengikutinya. Sekarang bagaimana keadaannya? Terutama kedua bayiku, Tian?" Jose segera turun dari brankar lalu mengambil jaketnya."Tuan, Anda mau ke mana?" tanya Bastian."Masih bertanya, tentu menyelamatkan anak dan istriku, bodoh.""Saya tahu, tapi keadaan Tuan yang sekarang….""Lebih baik aku mati jika anak dan istriku juga mati." Suara Jose terdengar ketus.Bastian menelan saliva
Xander menghentikan tangannya yang ingin memukul Anna yang sedang ketakutan itu karena Lexa jatuh pingsan."Lexa, Lexa " panggil Xander.Anna ingin menolong Lexa namun ia sendiri masih ketakutan. Tubuhnya bergetar dan kakinya lemas bagaikan jelly. Ia memutuskan untuk diam di tempat di sebelah kedua Hunter yang sudah terkapar di tanah dan berlumuran darah.Xander membopong tubuh Lexa lalu ingin segera membawanya ke rumah sakit miliknya. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar suara ribut dari arah belakang."Sialan mereka mengejarku," Xander menatap wajah Lexa yang pucat lalu mengalihkan pandangannya menatap di mana arah orang-orang yang sedang mengejarnya.Xander berlari sambil membopong tubuh Lexa. Ia tidak ingin rencananya gagal. Xander tahu pasti, bala bantuan itu sudah datang. Ia tidak bisa memperkirakan berapa jumlah orang yang mengejarnya."Ternyata mereka cukup pintar sehingga dengan sigap ingin menggagalkan rencanaku.""Sial, ternyata rencanaku kurang matang." Sudah terlamba
Xander dan para hunter saling berpandangan. Tatapan mereka saling waspada untuk menelisik pergerakan masing-masing. Mereka tahu jika Xander adalah seorang petarung sejati. Sesungguhnya di Klan Bulan Merah, Xanderlah orang terkuat karena sampai sekarang tidak ada satu pun yang bisa mengalahkannya di medan pertempuran. Namun karena mereka sudah mengemban tugas untuk menyelamatkan Lexa, mereka akan bertarung sampai titik darah penghabisan. Mereka juga tidak mempedulikan jika harus mengeroyok Xander karena laki-laki itu memang sudah terkenal sangat kuat.Para hunter segera mengelilingi Xander dengan bermaksud untuk mengeroyoknya. Karena melihat korban yang berjatuhan tadi, Xander tidak boleh dianggap remeh. Mereka harus fokus untuk melemahkan Xander. Jika tidak, nasib mereka juga akan sama dengan hunter yang lain yang sudah dilumpuhkan oleh Xander sebelumnya."Baguslah, jika kalian ingin maju sama-sama. Hari ini Xander harus hati-hati. Di samping tenaganya yang sudah berkurang, hunter yang
"Aku tidak takut walaupun kalian menggunakan cara licik mengeroyokku beramai-ramai." cibir Xander. Ia menghunus pedang panjang tadi dan bersiap untuk melawan hunter dan para tetua yang baru saja turun dari atas. Jumlah mereka kurang lebih sama dengan para hunter yang baru saja dikalahkannya."Hati-hati, kekuatannya sudah meningkat begitu pesat." ucap tetua yang hampir dibunuh oleh Xander tadi."Lihatlah, rekan-rekan kita dalam sekejap saja sudah dilumpuhkannya. Jika kalian ingin memenangkan pertarungan ini kalian harus berhati-hati dan bekerja sama secara tim." sahut tetua yang lainnya. Seperti pesan para ketua tadi mereka mulai mengelilingi Xander dan bermaksud membentuk formasi menyerang secara tim. Pasukan panah juga bersiap di jarak kejauhan untuk mengamati pertarungan antara Xander dan rekan mereka. Pasukan pemanah adalah pasukan pertahanan terakhir yang akan diandalkan jika para Hunter sudah kalah maka mereka yang akan berusaha untuk melukai Xander dari jarak jauh menggunakan an
Langkah ketiga tetua itu langsung berhenti ketika melihat pedang panjang itu menancap di depan mereka.Jose dan Bastian ikut berhenti. Mereka tidak berani mendekat lebih jauh."Lebih baik kita amati dulu apa yang akan terjadi, Tuan." cegah Bastian. "Tapi Tian, aku ingin segera menemukan Lexa.""Sama saja, kalau kita langsung ke sana sekarang. Nyawa Anda dan nyawa saya langsung melayang. Dibunuh oleh Tuan Druva. Lihat, sepertinya ia akan membunuh ketiga tetua itu." Bastian berusaha menenangkan Jose. "Benar juga," gumam Jose yang merasa kesal dengan dirinya sendiri. Karena tidak mampu berbuat apa-apa untuk menyelamatkan Lexa."Kita sabar dulu, lihat apa yang akan terjadi selanjutnya," Bastian menarik tangan Jose agar bersembunyi di semak-semak.Jose dengan terpaksa mengikuti saran Bastian karena hanya inilah yang dapat ia lakukan untuk sementara ini."Xander, kau berani sekali ya menggertak kami." Salah satu tetua menegur Xander. "Kau tidak paham dengan aturan klan?""Siapa yang paham?
Ketiga tetua itu tidak bisa mengeluarkan suara teriakan karena Xander mengayunkan pedangnya ke leher mereka bertiga dengan cepat. Darah segar mengalir dari leher mereka. Ketiganya seketika mati di hadapan Xander. Posisi mereka yang saling berdekatan menguntungkan Xander karena dengan sekali sabetan pedang. Ketiga leher itu bisa dijangkau dengan mudah oleh laki-laki itu. Xander mengembuskan napasnya setelah berhasil membunuh semua musuh-musuhnya termasuk tetua yang dulu sempat dihormatinya. Namun semenjak peristiwa Lexa menolak dirinya dan para tetua itu tidak ada satu pun yang membantunya untuk menggagalkan rencana Lexa. Sejak saat itu pula Xander sedikit pun tidak pernah menghargai para tetua itu lagi. Bagi Xander mereka adalah sekelompok orang-orang munafik yang hanya mendekatinya jika dirinya menguntungkan. Namun ketika ia di posisi terendah tidak ada satu pun dari mereka yang mau menolongnya.Xander menatap ketiga mayat itu dengan tatapan yang biasa saja."Aku tidak akan meminta m
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki