"Bagaimana keadaan mereka, Sayang?" Jose mengelus perut Lexa dengan sayang. Saat ini mereka berada di taman belakang sambil menikmati sinar rembulan yang bersinar terang."Mereka baik, Jo. Sangat baik," Lexa menggenggam tangan Jose yang berada di perutnya."Syukurlah kalau mereka baik, aku merasa lega.""Tapi sekarang di sini sangat dingin. Bagaimana kalau kita masuk saja ke dalam. ucap Jose yang mengingat malam semakin dingin, tidak baik untuk kesehatan Lexa yang sedang hamil besar."Terima kasih atas perhatiannya, Daddy. Tapi aku masih ingin di sini," jawab Lexa yang menirukan suara anak kecil."Hahaha, aku tidak sabar untuk menanti kelahiran mereka.""Aku juga," Lexa membayangkan jika kedua anaknya akan terlihat manis dan lucu."Jo, kalau kelahiran nanti bagaimana kalau aku atau anak kita berubah menjadi serigala. Maksudku, bagaimana reaksi dokter dan suster yang membantuku dalam proses melahirkan? Apakah tidak akan jadi masalah?""Tidak usah berpikir yang macam-macam, Sayang. Semua
"Jam berapa acaranya berlangsung?" tanya Jose. Saat ini Lexa baru saja selesai jalan pagi. Ia sebenarnya malas melakukan olahraga. Sejak ia hamil, tubuhnya tidak bertenaga sehingga malas untuk melakukan olahraga atau kegiatan yang membutuhkan tenaga lebih. Namun mengingat kedua bayinya, Lexa melawan kemalasan itu dan rajin jalan pagi untuk mempermudah proses persalinan nanti."Nanti malam jam dua belas.""'Hmm… kenapa larut malam?""Karena waktu itu yang tepat. Ketika bulan tepat berada di posisi yang sempurna.""Tapi aku khawatir, lokasinya cukup jauh dan berada di atas bukit. Sedangkan perutmu sudah sangat besar." raut wajah Jose terlihat khawatir. Kali ini hatinya merasa ada sesuatu yang mengganjal. Padahal sebelumnya tidak pernah begini. Bahkan ketika ia hampir mati dijebak oleh Anya, perasaannya tidak merasakan firasat apa pun."Ayolah, Jo. Jangan memberiku wajah murungmu itu. Aku lebih suka wajah tampanmu yang cerah dan penuh percaya diri. Itu akan kelihatan lebih sèksi." Lexa me
Jose yang penasaran karena sopir itu sudah lima menit keluar dari mobil tapi belum kembali juga. Memutuskan untuk melihat keadaan di luar mobil."Aku keluar dulu," Jose berpamitan kepada Lexa."Jo, kau mau pergi ke mana?""Orangmu tadi belum kembali padahal sudah lima menit berlalu. Aku ingin melihat keadaan mobil ini dan mencari keberadaannya.""Tapi Jo," Lexa mulai khawatir karena jalan menuju bukit adalah jalan yang paling diutamakan. Kondisi jalan itu selalu terawat dan terkontrol. Namun sekarang tiba-tiba membuat mobilnya mogok karena roda mobil bagian depan diduga masuk kedalam sebuah lubang. Hal yang janggal jika ada lubang besar yang berada di tengah jalan."Jangan keluar," Lexa menarik jaket JoseJose melihat sepasang mata biru Lexa terlihat gelisah."Baiklah, aku tidak akan keluar." Jose menggenggam tangan Lexa."Jo, tolong telepon Ralph, ceritakan masalah kita." Lexa memberikan ponselnya kepada Jose. Ia sudah curiga dari awal ketika tiba-tiba mobil yang ditumpanginya bermasa
"Gawat, mereka sengaja menciptakan jebakan untuk kita." ucap Ralph kepada anak buahnya. 'Sungguh aku tidak berguna kenapa bisa sampai kecolongan oleh mereka? Sejak kapan mereka membuat jebakan ini padahal kemarin orang-orangku masih memeriksa tempat pelaksanaan acara dan jalan yang akan dilewati oleh Alpha Lexa. Padahal semuanya aman terkendali,' batin Ralph"Tuan Ralph," salah satu Omega memanggil Ralph."Bersiap untuk melawan mereka, sepertinya mereka tidak main-main.""Baik, Tuan.""Satu dari kalian yang mempunyai skill berlari dengan cepat, segera kembali ke Mansion dan meminta bantuan kepada hunter kita untuk mencari keberadaan Alpha Lexa."Baik, Tuan."Setelah kepergian Omega itu Ralph langsung bersiap-siap untuk melawan segerombolan anak buahnya Xander.Ralph akan berusaha menyelamatkan Lexa dari orang yang menculiknya. Bagaimanapun Natasha telah mempercayainya sebagai tangan kanannya. Walaupun dia bukan gama ataupun beta terkuat di Klan Bulan Merah. Tapi ia akan berusaha untuk
"Di mana ini?" Jose menatap sekelilingnya dengan tatapan bingung. Ia merasakan kepalanya pusing, pandangannya sedikit kabur dan badannya terasa sakit. Terutama di bagian perutnya."Tuan Muda," panggil Bastian."Tian.""Ya, Tuan Muda, saya di sini.""Di mana ini?" Jose berusaha bangun dari tidurnya."Anda berada di rumah sakit, Tuan.""Rumah sakit?""Ya Tuan, Anda berada di rumah sakit." Bastian membantu Jose untuk bangun."Tian, di mana istriku?" tanya Jose.Bastian mengembuskan napasnya kasar. "Tuan, saya baru saja sampai di kota ini dan langsung menyusul ke tempat kejadian di mana Anda dan Nyonya Muda mengalami penyerangan." Bastian memang baru saja menyusul karena harus membereskan beberapa pekerjaan penting yang ditinggalkan Jose untuknya. Namun ia begitu sangat khawatir setelah mendengar keterangan dari orang-orang yang berada di Mansion jika rombongan Lexa dan Jose mengalami penyerangan yang tiba-tiba dari segerombolan orang yang tidak dikenal."Jadi, di mana istriku berada?" tan
Ralp dan orang-orangnya segera bergerak setelah melihat salah satu kakinya Benedict masuk ke sebuah lubang. Saat itu tubuh Benedict sedikit miring ke samping sehingga ada satu titik longgar antara tubuhnya dan tubuh Lexa. Dengan secepat kilat salah satu hunter menarik tubuh Lexa sehingga terlepas dari cengkraman Benedict. Dua hunter lainnya langsung memasang badan untuk melindungi tubuh Lexa supaya kandungannya baik-baik saja."Sekarang!" teriak Ralp kepada para pengikutnya untuk menyerang Benedict dan orang-orangnya. Kedua pengikut saling menyerang. Pertempuran sengit pun terjadi karena mereka berasal dari satu klan. Kekuatan yang sama dan gaya bertarung hampir mirip sehingga kekuatan mereka seimbang. Namun hunter khusus dari Klan Bulan Merah akhirnya lebih unggul karena mereka adalah anggota khusus yang dilatih dan disiapkan untuk menghadapi hal-hal genting seperti saat ini. Tidak lama kemudian Benedict dan orang-orangnya mulai terlihat kewalahan dan bisa dipastikan sebentar lagi mer
"Dasar tidak tahu diuntung " Xander menerjang Ralp penuh dengan emosi. Ia ingin menghajar tangan kanan Lexa itu lalu membungkam mulutnya yang dengan seenaknya mengoceh sok menasihatinya."Hati-hati, Ralp," ucap Lexa lirih. Ia sangat khawatir jika Xander benar-benar membunuh Ralp. Karena Lexa tahu sifat Xander jika sudah tersulut emosinya. Ia benar-benar akan melampiaskan kemarahannya kepada lawannya."Sial, tubuhku sangat lemah dan aku tidak bisa berbuat apa-apa." batin Lexa."Sayang , tenanglah. Jangan menyusahkan Mommy seperti ini. Lihatlah Paman Ralp sekarang dalam bahaya," Lexa mengelus-elus perutnya sambil berharap jika fisiknya kembali kuat dan kekuatan spesialnya bisa keluar untuk menolong nyawa Ralp.Ralp dengan sigap menghindar dari pukulannya Xander. Sedangkan para hunter yang sudah paham dengan keadaan langsung mengurung lokasi di mana Ralp dan Xander bertarung. Mereka bersiap untuk membantu Ralp mengalahkan Xander. Sedangkan sebagian hunter dan anak buahnya Ralp baru saja b
Lexa hampir jatuh mengenai sebuah batu besar jika tidak ditangkap oleh salah satu hunter yang melindunginya."Sebaiknya kita istirahat dulu, melihat keadaan Nona Lexa yang sangat lemah. Aku khawatir bayinya juga akan mengalami masalah," ucap salah satu hunter."Baiklah, aku akan mencari tempat istirahat sekaligus persembunyian. Kalian berdua di sini menemani Nona Lexa." hunter yang satunya pamit untuk mencari tempat peristirahatan.Melihat Lexa sudah tidak terlihat lagi. Xander semakin mengamuk. Ia segera menerjang ke segala arah. Para hunter yang mengerubunginya langsung menjadi sasaran kemarahannya. Ketika emosinya meledak, kekuatannya makin berlipat ganda. Xander dengan mudah melumpuhkan para hunter pilihan Klan Bulan Merah dengan beberapa kali serangan. Cakaran, gigitan dan tendangan mewarnai pertempuran mereka. Xander unggul dalam segala hal. Ia bisa dengan cepat melukai satu persatu hunter sehingga mereka terkapar tidak berdaya.Tidak menunggu lama, setelah melumpuhkan para hunte
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki