"Hutannya kurang jauh, Bibi! Tidak seru ah," gerutu Anarhan kecil dengan raut sebal. Padahal ia sangat ingin bermain lebih jauh lagi seperti saat biasanya ia pergi ke hutan bersama dengan ayahnya. Akan tetapi, ternyata bibi Sarah hanya mengajaknya masuk ke hutan yang letaknya tidak jauh dari perkampungan tempat mereka tinggal.
"Diamlah kau! Kita ke hutan untuk memburu hewan yang bisa dimakan, bukan untuk bermain," sungut Sarah memerahi Anarhan balik. Diam-diam Anarhan mencibir di belakang Sarah. Bahkan bibirnya tanpa sadar monyong beberapa kali karena mengejek wanita tua itu. "Memangnya di sini ada hewan??" seloroh Anarhan dengan wajah memberengut tidak suka. "Mana aku tahu!" hardik Sarah dengan emosi yang sudah meletup ke permukaan. "Nah, 'kan? Sudah aku katakan kita ini kurang masuk ke dalam hutan. Bibi Sarah, dengar, ya! Aku itu sudah sering pergi berburu bersama ayahku. Setiap kali berburu pasti kami selalu ke tengah hAnarhan sungguh diliputi perasaan cemas dan rasa terkejut ketika dikepung oleh masyarakat desa dan ketahuan meminum darah kelinci. Tangan mungilnya yang masih memegang seekor kelinci mati langsung ia hempaskan begitu saja. Anarhan berdiri bersama dengan kepanikan yang mendera relung hatinya. Dilihatnya warga desa yang memandangnya dengan sorot jijik, sinis, dan tidak sedikit juga yang menuntut penjelasan. "Anak ini adalah seorang monster! Aku yakin itu!" pekik Sarah mengompori para warga yang datang agar percaya kepadanya dan satu suara dengannya mengusir rubah kecil itu dari desa mereka. "Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri dia meminum darah kelinci dan memakannya mentah-mentah!" tambah Sarah dengan intonasi suara yang menggebu-gebu agar semua orang percaya kepadanya. "Kalian semua pasti percaya kepadaku, bukan? Jika tidak percaya pun masih ada bukti nyata yang tertinggal di depan mata kalian. Kalian semua bisa me
Maila dan John menyiapkan segala kebutuhan yang sekiranya berguna untuk Anarhan hidup di luar sana. Mulai dari pakaian dan beberapa helai kain untuk menghangatkan diri serta makanan. Bahkan seluruh makanan yang mereka simpan di lemari semuanya diberikan kepada Anarhan tidak menyisakan sedikit pun untuk mereka. John sebagai ayah sungguh tidak mengapa. Makanan untuknya dan sang istri masih bisa dicari besok, tetapi Anarhan belum tentu bisa mendapatkan makanan untuk bertahan hidup di luaran sana. Anarhan memeluk tubuh ayah dan ibunya dengan sangat erat. Sekuat apa pun Anarhan menahan air matanya untuk tidak tumpah, tapi tetap saja ia yang masih kecil begitu lemah perasaannya. Ditambah lagi ketika mendengar suara isak tangis sang ibu, Anarhan kecil sungguh lemah dibuatnya. "Maafkan Ayah dan Ibu hanya bisa mengasuhmu selama tujuh tahun. Tidak terbayang kau yang masih sekecil ini harus bertahan hidup dengan keras di luar sana. Tolong maafkan kami,
Sejak saat Anarhan diusir oleh warga desa, ia dengan berani menyusuri hutan belantara seorang diri. Di tengah perjalanannya yang tidak tentu arah Anarhan kecil menemukan sebuah gubuk tua di tengah hutan. Anarhan memilih tinggal di gubuk tua itu untuk melanjutkan hidup. Tanpa terasa sudah sebelas tahun berlalu dari insiden pilu yang menimpa dirinya beserta kedua orang tua asuhnya itu. Sekarang Anarhan telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik jelita yang menawan hati di usianya yang juga masih terbilang muda yakni 18 tahun. Pun semakin bertambahnya hari Anarhan semakin mengenal jati dirinya yang sebenarnya. Banyak hal ganjal yang terjadi pada dirinya hingga sekarang Anarhan telah mengetahui bahwa dirinya adalah seekor makhluk mitologi dengan jenis manusia serigala. Keseharian yang Anarhan lakukan demi bisa bertahan hidup adalah berburu berbagai macam hewan yang ada di hutan. Anarhan tidak pernah memakan manusia karena menyadari bahwa dirinya adalah seten
"Selena ...." Anarhan menyebut ulang nama seorang wanita yang mengaku sebagai ibunya. Anarhan mendengar dengan sangat jelas bahwa nama itu digunakan oleh raja serigala untuk memanggil sang ratu. Semua yang baru saja menimpa Anarhan memang hanya mimpi, tetapi Anarhan seolah dapat merasakan pertemuan itu terasa begitu nyata. "Benarkah Selena merupakan seorang ratu serigala?" monolog Anarhan kepada dirinya sendiri. Setelah mimpi yang Anarhan alami, ia menjadi lebih sering melamun karena memikirkan arti dari mimpinya itu. Tidak hanya mimpi itu saja yang punya hal ganjal, tetapi sesuatu yang terjadi pada Anarhan ketika terbangun dari mimpi itu juga memiliki keganjilan yang sulit untuk Anarhan mengerti. Ia bermimpi bertemu dengan ibunya yang merupakan seorang ratu di kalangan bangsa serigala. Lantas ibunya datang menemui Anarhan ditemani oleh seorang raja bangsa serigala hanya untuk memberikan Anarhan sebuah mahkota. Hal anehnya adalah saat terbangun, buka
Langkah kaki Anarhan akhirnya tiba di sebuah pasar tradisional yang ada di kampung ini. Kecantikan alami yang Anarhan miliki berhasil membius setiap pasang mata yang ada di pasar itu. Baru pertama kali mereka melihat seorang wanita secantik Anarhan. "Apa dia bidadari yang turun dari surga?" kelakar seorang pemuda saling berbisik kepada teman-temannya hingga mengundang tawa dalam perkumpulan itu. "Sepertinya dia orang baru di sini. Aku baru pertama kali ini melihatnya," bisik para ibu-ibu sembari menatap takjub sosok Anarhan yang begitu cantik jelita. "Coba saja aku punya anak laki-laki yang sudah dewasa. Pasti akan aku jodohkan anakku dengan gadis cantik itu," keluh seorang ibu-ibu hingga membuat teman-temannya langsung berdecap sebal. "Kau pikir hanya dirimu saja yang mau?" protes salah satu di antara mereka dengan tatapan sinis. "Sudah jangan banyak berkhayal. Cepat selesaikan belanjaanmu agar kita bisa segera pulang. Sudah banyak pekerjaan
Hari itu, Anarhan kembali berjalan pulang ke gubuknya di tengah hutan setelah mengantar Tomy ke depan rumahnya. Langit sudah mulai gelap, dan suara hutan yang sepi menyambut kedatangannya. Namun, ada kehangatan yang baru ia rasakan setelah berhari-hari bekerja dan bersosialisasi di kampung.Sampai di gubuk, Anarhan menyadari bahwa beberapa bunga liar yang tumbuh di sekitar gubuk telah mekar dengan indahnya. Sentuhan kehidupan manusia di tengah alam liar memberikan warna baru pada tempatnya. Meskipun masih terasa sepi, gubuk itu bukan lagi tempat yang sepenuhnya sunyi.Anarhan memasuki gubuknya dan segera merasa lelah setelah hari yang panjang. Dengan langkah ringan, dia melewati ruang kecil menuju tempat tidurnya. Namun, sebelum ia dapat meraih istirahat yang pantas, sebuah suara gemuruh yang sangat kuat mengguncang gubuknya."Ada apa ini?" gumam Anarhan sambil berlari ke luar. Di sana, di ambang pintu gubuk, tergeletak serigala yang terluka parah. Lima pa
Beberapa hari kemudian mereka duduk di gubuk yang teduh, suasana menjadi hening setelah pengakuan dari Lucas. Anarhan memandangnya dengan tatapan campuran antara keheranan dan kekhawatiran."Apa maksudmu, Lucas? Calon raja serigala?" tanya Anarhan dengan suara bergetar, mencoba memahami informasi yang baru saja didengarnya.Lucas mengangguk serius. "Ya, Anarhan. Aku adalah calon raja serigala. Ini adalah takdirku, dan aku datang ke sini karena suatu kebetulan yang membawa kita bersama."Anarhan merenung sejenak, kemudian dengan berani mengungkapkan keraguannya, "Tapi, Lucas, apa hubunganmu dengan takdirmu dan aku? Kenapa kau memilih menginap di tempatku?"Lucas tersenyum paham, "Aku merasakan adanya kekuatan istimewa di sekitarmu, Anarhan. Ada sesuatu yang menarikku padamu, dan aku tidak bisa mengabaikannya. Mungkin itu takdir yang membawaku kepadamu."Anarhan merasa hatinya berdebar kencang mendengar kata-kata Lucas. "Tapi, apa yang haru
Anarhan terbangun dengan kebingungan, meraba-raba ingatannya yang seperti dihantam kabut. Ruangan di sekelilingnya terasa asing, dan ia mencoba memahami apa yang telah terjadi. Setelah beberapa saat, ingatannya mulai merangkak kembali ke permukaan. Sebuah perjumpaan misterius dengan lelaki serigala mencuat dalam pikirannya. Wajahnya, bagaimanapun, menyelinap dari ingatannya seperti bayangan lemah yang tidak dapat ditangkap. Anarhan menggosok pelan pelipisnya, mencoba memperjelas bayangan itu. Anarhan merasa seperti dia telah tersesat di alam mimpi, di mana batas antara kenyataan dan imajinasi menjadi kabur. Dalam kebingungannya, ia berusaha mengevaluasi perasaannya terhadap pertemuan itu, meski hanya tersisa potongan-potongan yang sulit diuraikan.Anarhan hanya mengingat dirinya menjadi seorang kuli panggul beras dan punya teman bernama Tomy, itu saja ingatan yang dia ingat. Selanjutnya dia tidak mengingat apapun lagi. Anarhan duduk sendirian di gubuknya
Anarhan memasuki toko beras Pak Samsul dengan senyum lebar di wajahnya. Pak Samsul dan Toni yang sedang berada di sana menyambutnya dengan gembira."Pagi, Pak Samsul! Pagi, Toni!" sapa Anarhan riang."Pagi, Anarhan! Kami khawatir, kemarin kamu tidak masuk kerja. Ke mana kamu pergi?" tanya Pak Samsul dengan nada khawatir.Anarhan menggaruk kepalanya, "Maaf, Pak Samsul. Saya pergi mengunjungi teman dan tidak sempat memberi tahu. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."Pak Samsul mengangguk pengertiannya, "Baiklah, Anarhan. Jangan sampai terulang lagi ya. Yang penting kamu baik-baik saja."Toni tersenyum, "Iya, Anarhan. Kami khawatir padamu, jangan lagi membiarkan kami was-was."Anarhan tersenyum lega mendengar maaf dan pengertian dari Pak Samsul dan Toni."Terima kasih, Pak Samsul, Toni. Saya akan berusaha agar tidak membuat kalian khawatir lagi."Pak Samsul melihat jam dinding di tokonya, lalu mengangguk ke arah Anarhan dan Toni. "Baiklah, mulailah kerja seperti biasa. Mari layani p
Dalam ruang pertemuan di istana kerajaan Serigala, para dewa duduk di atas takhta mereka, wajah mereka dipenuhi kemarahan yang menyala-nyala. Mereka merasa terhina dan marah karena Anarhan, anak ratu Serigala yang dianggap istimewa, telah diculik dari istana tanpa sepengetahuan mereka.Dewa utama, yang duduk di tengah-tengah takhta tertinggi, menatap tajam para dewa lainnya."Dengarlah, saudara-saudara," ucapnya dengan suara yang menggema di seluruh ruangan. "Anak ratu Serigala telah diculik. Siapa yang berani melanggar ketentuan kita dan menculiknya dari istana kita?"Para dewa yang hadir saling bertukar pandang, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang menggelitik itu. Salah satu dewa, yang duduk di samping dewa utama, angkat bicara."Mungkin Lucas, manusia serigala yang berkhianat," ujarnya dengan suara yang gemetar karena ketakutan akan kemarahan para dewa.Dewa utama mengangguk, ekspresi wajahnya semakin mengeras. "Kita harus bertindak cepat. Kita tidak bisa membiarkan pelangga
Dalam kegelapan malam yang menyelimuti hutan, Lucas merenungkan rencananya dengan hati yang berdebar-debar. Pikiran untuk menukar nyawa Anarhan dengan jantung Ratu Selena terus menghantui pikirannya, menciptakan dilema yang membelah hatinya. Meskipun ide itu bisa menjadi jalan keluar dari situasi sulitnya, Lucas merasa ragu dan takut akan reaksi Anarhan jika ia mengetahui rencananya."Anarhan ... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku ingin menyelamatkanmu, tapi aku juga takut akan reaksimu jika kamu mengetahui rencanaku."Dia merenung sejenak, berusaha mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Akhirnya, ia memutuskan untuk menepis ide tersebut untuk sementara waktu. "Mungkin aku harus berbicara dulu dengan Anarhan. Mungkin ada cara lain untuk menyelamatkannya tanpa harus melakukan hal yang ekstrim seperti itu."Dengan tekad yang baru, Lucas memutuskan untuk menjalankan rencananya yang lebih bijaksana--menyelinap masuk ke dalam istana untuk membawa Anarhan pergi.
Sudah satu minggu berlalu sejak Anarhan dan Lucas resmi menjadi sepasang kekasih. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan penuh kebahagiaan, menikmati setiap momen yang mereka bagikan bersama. Namun, kebahagiaan mereka terkadang terganggu oleh keresahan Anarhan akan masa depan mereka."Lucas, aku merasa cemas tentang masa depan kita. Aku sudah mencoba mencari pekerjaan di toko beras Pak Samsul, tapi katanya tidak ada lowongan," kata Anarhan. "Jangan khawatir, Anarhan. Kita pasti bisa menemukan jalan keluar bersama-sama. Aku bisa berburu di hutan untuk mencukupi kebutuhan kita," balas Lucas."Tapi aku tidak ingin bergantung padamu terus, Lucas. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kita berdua," ucap Anarhan sembari tertunduk."Aku mengerti perasaanmu, Anarhan. Tapi yang terpenting adalah kita bersama-sama, bukan seberapa banyak uang yang kita punya. Kita akan menghadapi masalah ini bersama-sama, seperti yang selalu kita lakukan," tutur Lucas dengan tenang.Anarhan tersenyum, meras
Pada hari libur dari pekerjaannya di toko beras, Anarhan merasa terdorong untuk mengunjungi gubuk tempat tinggal Lucas. Dengan langkah mantap, dia memegang sebungkus nasi Padang yang baru saja dibelinya dari warung terdekat, berharap bisa berbagi santapan bersama Lucas.Anarhan tiba di gubuk Lucas dengan hati yang penuh antusiasme, mengetuk pintu dengan lembut. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, dan Lucas muncul dengan senyuman hangat di wajahnya."Halo, Anarhan! Apa yang membawamu ke sini?" tanya Lucas dengan senyum sumringah. "Halo, Lucas! Aku hanya ingin berkunjung dan membawakanmu makanan. Aku membelikanmu nasi Padang, harap kamu suka," tanggap Anarhan dengan ramah dan memberikan nasi itu pada Lucas.Lucas terkejut dengan kebaikan Anarhan, tetapi senang dengan kedatangannya."Wow, terima kasih banyak, Anarhan! Aku benar-benar terkejut dengan perhatianmu. Mari masuk, ayo makan bersama," kata Lucas mempersilakan Anarhan masuk. Anarhan dan Lucas pun makan bersama, sesekali samb
Setelah keluar dari gubuknya di pagi hari yang cerah, Lucas merasa lapar yang menggelayut di perutnya. Dengan langkah mantap, dia memutuskan untuk mencari makanan di sekitar hutan. Meskipun terpisah dari dunia serigala, naluri pemburu yang masih melekat dalam dirinya tidak pernah pudar.Dengan kepiawaian dan ketelitian, Lucas menyusuri hutan, mencari jejak makanan. Dia mendekati tepi sungai yang mengalir tenang, di mana dia melihat gerakan air yang memancingnya untuk memburu ikan. Dengan kelincahan yang dimilikinya, Lucas berhasil menangkap beberapa ekor ikan dengan tangannya yang terampil.Selanjutnya, dia bergerak ke hutan yang lebih dalam, di mana dia melihat gerakan cepat seekor kelinci yang bersembunyi di semak-semak. Dengan kecepatan kilat, Lucas mengejar dan menangkap kelinci tersebut, menambah hasil buruannya.Namun, dia tidak hanya mengandalkan daging sebagai sumber makanannya. Lucas juga memanen beberapa buah pisang yang sudah matang dari pohon-p
Dengan langkah tegap, Lucas kembali ke istana serigala, menyiapkan dirinya untuk menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Dia tahu bahwa pertemuan dengan para dewa tidak akan berlangsung dengan damai, terutama setelah menghalangi Charos dalam misinya.Ketika dia memasuki ruang audiensi para dewa, udara menjadi tegang dan atmosfir penuh dengan ketegangan. Lucas menundukkan kepalanya dengan hormat di depan para dewa yang duduk di takhta tinggi mereka."Saya kembali, Tuan-tuan," ucap Lucas dengan suara tegas namun penuh rasa hormat.Salah satu dewa, yang paling berkuasa di antara mereka, memandang Lucas dengan tatapan tajam. "Lucas, kami telah mendengar tentang tindakanmu. Kau telah menghalangi utusan kami, Charos, dalam tugasnya untuk membawa Anarhan kemari."Lucas menahan napas, mempersiapkan dirinya untuk menerima hukuman yang akan dijatuhkan atas tindakannya. "Maafkan saya, Tuan-tuan. Saya hanya berusaha melindungi Anarhan dari nasib yang tidak p
Charos melangkah dengan langkah berat, memasuki istana kerajaan serigala dengan rasa kegagalan yang menyelimuti hatinya. Dalam kegelapan koridor istana, dia bergegas menuju ruang audiensi para dewa, tempat di mana dia harus memberikan laporan pahit tentang kegagalannya.Sang dewa, yang duduk di takhta tinggi, memandang Charos dengan mata yang tajam. "Charos, apa yang terjadi? Apakah Anarhan sudah bersama kita?"Charos menundukkan kepala dengan wajah penuh kemarahan. "Tidak, Tuan. Lucas, serigala lain, menghalangi jalanku. Dia melindungi Anarhan dengan gigih."Dewa itu mendengkus seraya bermonolog, "Lucas, kau mengkhianati bangsamu dengan melindungi anak ratu terdahulu. Kau tahu konsekuensinya."Charos dengan cepat menambahkan, "Anarhan seharusnya tidak hidup. Dia adalah kunci bagi kekuatan kami. Saya akan membawanya kembali, Tuan."Dewa itu mengangguk, "Lakukan apa yang perlu dilakukan, Charos. Kita tak bisa mengizinkan siapapun menghancurkan rencana kita."*Anarhan membuka pintu kos
Seiring berjalannya waktu, Anarhan semakin giat menabung, merawat harapan untuk hidup yang lebih baik. Sudah satu bulan sejak kenaikan gajinya, dan kini uang tabungannya telah mencapai 500 ribu rupiah. Hatinya penuh semangat, dia bertekad menggunakan uang itu untuk menyewa kost-kostan dekat pasar, sebuah langkah yang akan membawanya keluar dari gubuk di hutan.Hari ini, setelah pulang dari tempat kerja, Anarhan bertemu dengan Tomy yang telah menunggu di depan toko beras. Tomy menyapa dengan senyum ramah, "Hai, Anarhan! Bagaimana hari kerjamu?"Anarhan tersenyum gembira, "Hari ini cukup baik, Tomy. Aku benar-benar bersemangat untuk melihat tempat kost-kostan yang mungkin bisa aku sewa."Tomy mengangguk setuju, "Tentu, Anarhan. Ayo kita cari bersama-sama."Keduanya berjalan menyusuri pasar, mencari papan pengumuman atau informasi kost-kostan yang terpampang. Anarhan merasa hatinya berdebar-debar, merencanakan kehidupan baru yang lebih mand