67Sekelompok orang muncul di kediaman Daisy Cheung siang itu, sambil membawa beberapa koper, dan tas berisi buah tangan dari keluarga Adhitama. Dante berdecih menyaksikan adiknya datang. Dia menjitak kepala Calvin, lalu mendekapnya sesaat. Hal serupa juga dilakukan Dante pada Fritz dan Myron. Sedangkan pada Hendri, putra sulung Frederick meninju lengan ipar Wirya pelan, kemudian memeluk Hendri yang juga merupakan sahabatnya. Samudra, Harry, Chyou dan yang lainnya kompak menyiksa Fritz, Calvin serta Myron yang tidak bisa menghindar. Mereka baru berhenti bercanda setelah ditengahi Edward Zheung yang mengajak semua orang untuk duduk. "Kenapa kalian ke sini?" tanya Dante sambil memandangi keempat kerabatnya dan Nadhif, Kahfi serta Azri yang turut mengantarkan ketiga bos ke Taipei. "W masih harus dirawat. Sedangkan kalian harus pulang nanti malam. Jadi, kami yang menggantikan kalian buat menjaga pasien kepala batu itu," terang Hendri yang didaulat menjadi ketua kelompok terbaru. "Har
68Ruang perawatan Wirya seketika ramai orang. Selain keluarganya, beberapa pengawal CJC dari tiap unit kerja di berbagai kota di China, turut menjenguk dengan membawa banyak parsel.Wirya terkejut ketika pasangan suami istri pemilik rumah makan halal langganannya, turut hadir sembari membawakan aneka makanan buatan sendiri, yang langsung diserbu Calvin, Myron, Fritz, Xander dan Hendri. "Heh! Yang dikasih itu aku, kenapa kalian yang heboh makannya?" tanya Wirya sambil memandangi kelima orang yang tengah sibuk mengunyah. "Bagilah, Bang," sahut Fritz. "Ini beneran enak," imbuh Hendri. "Favoritku yang ini." Myron menunjuk hekeng udang. "Aku suka ayam saus menteganya," jelas Calvin sambil memandangi kedua pemilik rumah makan yang tengah tersenyum. "Paman dan Bibi, ini sangat lezat," ungkapnya menggunakan bahasa Mandarin. "Terima kasih, Tuan muda. Kami senang jika kalian menyukainya," jawab pria tua berkumis dan berjanggut. "Yang ini, apa namanya?" tanya Alvaro sambil menunjuk ke pi
69Earlene mendekap Anjani yang hendak pulang bersama tim Indonesia. Meskipun mereka akan berjumpa kembali beberapa minggu lagi, tetap saja Earlene sedih melepas ajudannya pergi. Setelahnya, Earlene menyalami ketiga ajudan laki-laki yang juga hendak pulang. Sebab tim Loko dan Rebecca masih bertahan di Taipei, regu Ani diizinkan libur dan akan kembali bekerja saat resepsi di Thailand. Anjani, Fadhil, Daluh dan Yarif menyalami semua anggota keluarga Cheung dan Zheung dengan takzim. Mereka bergantian berpelukan dengan tim Loko yang sudah bersama-sama membantu melindungi kedua klan tersebut, sejak awal perseteruan dengan keluarga Xie. Alvaro, Wirya dan kelompok Hendri juga turut bersalaman pada semua orang. Kemudian mereka memasuki beberapa mobil yang akan mengantarkan hingga bandara. Lionel ikut dalam rombongan Indonesia. Sementara Clement bergabung dengan tim Xander yang akan pulang ke Thailand. Daisy dan Edward serta yang lainnya, memandangi mobil-mobil bergerak menjauhi pekaranga
70Gretta, Xia He, Priscilla dan beberapa perempuan lainnya, kompak berseru ketika Earlene keluar dari ruang rias butik milik Ivonne. Earlene menyunggingkan senyuman sambil jalan pelan menyambangi kerabatnya. Dia sangat senang ketika menyaksikan pantulan diri di cermin besar, yang menampilkan seorang pengantin nan menawan.Gaun broken white berpotongan A-line terlihat sangat pas di tubuh Earlene. Perutnya yang masih rata membuat sang calon pengantin lega, karena tidak perlu repot mengubah desain gaun tersebut. Riasan dari make up artist menjadikan tampilan wajah Earlene kian ayu. Kulit putihnya nyaris tidak berbeda dengan warna gaun. Meskipun terlihat sederhana, tetapi baju pengantin itu sangat elegan dan berharga mahal. Pendar biru kristal swarovski terbias sempurna. Bahan halus dan jahitan tangan yang rapi, menjadikan gaun itu sangat indah. Earlene berulang kali mengusap bagian dada sambil memuji keelokan hasil karya Ivonne. "Ini sangat luar biasa, dan kamu begitu cantik," puji
71Dua unit bus berukuran besar keluar dari pekarangan kediaman Daisy Cheung. Para sopir kendaraan roda empat milik hotel keluarga, mengikuti arahan To Mu yang menjadi pemimpin rombongan. Suasana Kota Taipei yang masih lengang di siang hari, menjadikan perjalanan bisa ditempuh dalam waktu singkat. Kedua bus tiba di bandara dan segera menempati area khusus tamu penting. Para ajudan turun terlebih dahulu dari kedua bus. Beberapa pengawal membantu petugas bandara yang mengeluarkan barang bawaan dari bus dan dipindahkan ke banyak troli. Sedangkan pengawal lain, membentuk lapisan pengamanan, kemudian keluarga kedua klan dipersilakan turun. Sekian menit terlewati, rombongan berbaju putih telah jalan menuju area dalam, khusus penumpang pesawat carteran. Mereka ditemani petugas bandara yang bergerak cepat untuk mengarahkan orang-orang penting. Daisy Cheung dan Edward Zheung sangat terkenal di kota itu. Begitu pula dengan anak-anak mereka. Sebagai keturunan keluarga kaya, mereka selalu menj
72Semua orang yang hadir di taman hotel, mengamati pasangan Papa dan anak yang sedang berjalan pelan dari gerbang berhiaskan bunga putih. Earlene memegangi lengan kiri Graham sambil berusaha mengatur langkahnya agar tetap anggun. Chyou memejamkan mata sembari menunduk. Dia telah berjanji pada Earlene, akan melihat perempuan tersebut setelah tiba di hadapannya.Jianzhen yang menjadi pendamping pengantin laki-laki, menepuk lengan sang koko sembari menjelaskan jika Earlene telah tiba. Chyou membuka mata sambil berbalik. Dia terkesima menyaksikan penampilan kekasihnya yang sangat berbeda dari biasanya. Chyou cepat-cepat merunduk sedikit, sebelum menegakkan badan untuk menyalami Graham. Mereka berbincang sesaat, kemudian Chyou mengulurkan tangan kanan untuk mengambil alih Earlene dari papanya Pengantin perempuan maju tiga langkah dan berdiri sejajar dengan Chyou. Keduanya saling berhadapan, lalu mereka sama-sama mengulaskan senyuman. Acara pemberkatan berlangsung cukup lama. Teruta
73Ratusan orang berkumpul di sekitar taman hotel, tempat diadakannya resepsi bagian kedua. Berbeda dengan acara tadi sore, malam itu semua orang mengenakan pakaian serba merah dengan beragam model. Chyou menggunakan setelan tuksedo merah yang dipadukan kemeja putih. Sementara Earlene mengenakan gaun pengantin merah campur emas yang berkilauan tertimpa cahaya lampu sorot. Pasangan pengantin duduk berdampingan di panggung kecil yang dihiasi bunga-bunga merah, putih dan emas. Keduanya terlihat bahagia dan sangat menawan. Bunyi musik khas Tionghoa bergema dan perhatian semua orang tertuju ke MC, yang tengah mengumumkan jika acara pertunjukan akan segera dimulai. Belasan orang berseragam serba putih muncul dari gerbang utama. Mereka berlari sekian meter, lalu bersalto miring hingga tiba di tempat khusus. Para pengawal muda PBK mempertunjukkan kebolehan bela diri sesuai spesialisasi masing-masing. Kemudian mereka mengatur barisan, lalu menunggu yang lainnya muncul dari belakang dinding
74Seusai bersantap pagi itu, Chyou izin keluar dari kamar untuk menemui Alvaro dan tim PBK. Earlene yang masih kelelahan, memlih untuk kembali melanjutkan tidurnya. Chyou mendatangi Alvaro yang telah menunggu di restoran hotel. Mereka berbincang sesaat, kemudian berdiri dan jalan menuju pantai dengan diikuti keempat Power Rangers, alias orang-orang andalan komisaris PBK. Keenam pria berbeda tampilan menyusuri bibir pantai sambil berbincang mengenai telepon dari Grandel tempo hari. Chyou meminta pendapat rekan-rekannya tentang hal itu, karena dia yakin dengan solusi yang mereka berikan. "Apa dia menyebutkan, kapan akan menemui Koko?" tanya Alvaro. "Belum. Dia masih menunggu jawabanku," terang Chyou. "Menurutku, diterima saja tawarannya. Tapi, Koko juga harus melibatkan Paman Graham dan Paman Seth. Agar mereka tidak salah duga." "Ehm, kata Tuan Graham, Grandel juga menghubunginya, beberapa hari sebelum berangkat ke sini." "Grandel juga mengajukan hal yang sama?" "Ya. Dia juga me