42Hari berganti. Wirya dan rekan-rekannya berjibaku mencari mata-mata di kantor Yang Grup. Miguel, Steve dan Bobby, serta para pengawal Graham Yang, turut membantu tim khusus dari Indonesia. Setiap malam, mereka akan menyampaikan laporan di grup khusus yang beranggotakan belasan orang. Kali itu, Zulfi menyampaikan laporan penyelidikan keuangan perusahaan yang mencurigakan pada bulan sebelumnya. Semua orang yang berada di grup, mengamati lingkaran-lingkaran merah yang dibuat Zulfi di kertas kopian data. Carver yang akhirnya menyadari sesuatu, mengetikkan kata-kata makian yang mengejutkan sang cici yang juga berada di grup yang sama. Earlene : Carver, jaga bicaramu! Carver : Maaf, Ci. Aku hanya kesal, karena jumlah yang tidak pas itu cukup banyak. Darren : Apa aku boleh mengumpat juga? Earlene : Tidak boleh! Teman-teman di sini akan bingung. Wirya : Tidak apa-apa. Kami paham.Jessica : Divisi keuangan kacau! Vinson : @Alfred. Anak buahmu bikin ulah! Alfred : Maaf, aku baru tah
43Matahari pagi baru naik sepenggalah ketika Jauhari yang bertugas di divisi marketing, melihat kedua staf di tempat itu berbincang dengan serius. Pada awalnya, Jauhari menduga jika mereka hanya mengobrol biasa. Namun, ketika salah satu dari mereka menyebutkan nama Grandel, alarm di otak Jauhari langsung berbunyi. Pria bermata sipit yang menyemir rambutnya semu pirang sebagai kamuflase, berpura-pura hendak memfotokopi berkas-berkas. Jauhari jalan dengan santai sambil menggunakan headset. Sekali-sekali dia menggoyangkan kepala seakan-akan tengah mengikuti irama musik. Kedua lelaki yang sama-sama bercelana hitam, sempat melihat Jauhari sekilas, kemudian melanjutkan perbincangan. Mereka mengira pegawai baru tersebut sedang mendengarkan lagu. Hingga tidak mungkin Jonathan, nama samaran Jauhari, akan menguping percakapan. "Aku tidak sanggup lagi. Tuan muda Grandel kian menekan untuk mengalihkan beberapa proyek ke perusahaan Zhang," tukas pria berkemeja putih. "Ya, kita sudah memberi
44Carver dan Darren saling melirik, lalu mereka kembali mengarahkan pandangan pada sepupu yang berada di kursi seberang. Carver dan Darren tidak menyangka bila Kinsey berniat menjebak Grandel dan menjauhkan sang ipar dari keluarganya. Carver menoleh ke kanan dan meminta pertimbangan dari Wirya. Tuan muda Yang memercayai pria yang lebih tua, karena sudah mengetahui kinerja Wirya selama beberapa tahun terakhir di PBK dan BPAGK."Menurut saya, itu ide yang bagus, Tuan muda," tukas Wirya setelah berpikir sesaat. "Tapi, kita benar-benar harus hati-hati agar keterlibatan Tuan muda tidak diketahui Grandel," sambungnya. "Apa kamu punya usul tentang surat perjanjiannya?" tanya Carver. "Syarat bagian atas, biasa saja. Bahkan bisa dibuat lebih longgar agar dia tenang dan kian memercayai perjanjian. Misalnya, batas akhir pengembalian dana, enam bulan dari sekarang." "Hmm, ya." "Poin terakhir, Tuan muda bisa meminta jaminan. Yakni harta paling berharga miliknya sendiri." Carver mengangguk p
45Hari masih pagi ketika terjadi kericuhan di divisi keuangan kantor Yang Grup. Asisten manajer keuangan tidak bisa berkutik ketika dicecar Albert sambil menunjukkan bukti-bukti pengeluaran dana yang tidak dilaporkan oleh lelaki berkacamata tersebut. Sementara di sebelahnya, perempuan berbaju ungu muda tengah terisak-isak karena keterlibatannya dalam kasus itu terbongkar. Dia tidak berani menengadah karena takut beradu pandang dengan Albert yang memasang tampang garang. Staf lain juga tidak berani urun suara. Mereka pun terkejut atas kejadian itu, karena memang tidak mengetahuinya. Manajer keuangan berbisik-bisik pada Zulfi yang membalas dengan anggukan. Keduanya menunggu Albert selesai mengoceh, kemudian mereka mengikuti langkah direktur keuangan menuju ruang rapat khusus direksi. "Malcolm, rombak anak buahmu!" titah Albert sembari mengendurkan dasi hitamnya. "Baik, Tuan muda," jawab manajer keuangan. "Cek benar-benar kinerja mereka. Jangan merekrut orang yang tidak kompeten."
46Earlene terbahak seusai mendengar rekaman percakapan Jauhari dan Gwenyth kemarin malam, yang dikirimkan Miguel pada Chyou. Perempuan berambut panjang kesulitan menghentikan tawanya, karena berbagai celotehan rekan-rekan Jauhari yang mengomentari adegan dalam taksi. Chyou mengulum senyuman. Dia senang menyaksikan Earlene yang jauh lebih ceria dibandingkan saat masih menetap di Guangzhou. Chyou menyadari jika sebetulnya Earlene berkepribadian hangat dan terpaksa harus tampil serius karena tuntutan keluarga. Pria bermata sipit membandingkan cara keluarganya dan keluarga Earlene dalam metode pengasuhan anak. Chyou bersyukur karena orang tuanya berpikiran terbuka dan jarang sekali memaksakan kehendak pada Chyou serta Jianzhen. "Aku sepertinya harus sedia banyak tisu, saat bertemu dengan tim Indonesia," tutur Earlene sambil menyeka sudut matanya yang berair dengan ujung jemari. "Kenapa?" tanya Chyou. "Mereka sangat lucu. Aku pasti akan sering tertawa seperti tadi." "Hmm, ya. Miguel
47Sudut bibir Grandel melengkungkan senyuman ketika melihat sejumlah uang dalam tasnya. Pria bersetelan jas marun, baru saja mencairkan dana yang dipinjamkan Kanz alias Yusuf.Grandel menghela napas lega. Dia akhirnya bisa tenang, karena sebentar lagi semua masalahnya dengan bandar untuk akan selesai. Selain itu, Grandel juga bisa membelikan hadiah buat Yvete, untuk mengambil hati sang istri, yang belakangan bersikap dingin padanya.Pria beralis tebal menutup tas dan meletakkannya di pangkuan. Grandel mengalihkan pandangan ke luar kaca mobil untuk mengamati sekeliling. Dia sama sekali tidak menduga jika tengah diikuti beberapa orang menggunakan motor. Kala mobil Grandel berhenti di depan butik milik Yvete, pengendara motor pertama menyerempetnya hingga nyaris terjatuh. Penumpang motor turun untuk merampas tas yang dipegangi Grandel yang spontan melawan demi mempertahankan hartanya. Kedua pengawal Grandel membantu bos mereka hingga berhasil menjatuhkan penyerang. Namun, seunit moto
48Satu pesawat kecil mendarat di bandara Shenzen. Setelah pintunya terbuka, Loko dan Michael turun terlebih dahulu sambil memindai sekitar. Mereka memastikan situasi aman, kemudian memberikan kode agar Chyou dan Earlene bisa keluar. Gibson dan Cedric menjadi orang terakhir yang turun dari pesawat. Keenam orang tersebut bergegas memasuki dua mobil MPV mewah yang segera melaju menjauhi bandara. Miguel yang mengemudikan mobil pertama dengan didampingi Wirya, menjelaskan semua peristiwa di kantor Yang Grup pada Chyou dan Earlene, yang berada di kursi tengah bersama Zulfi. Sementara Yusuf dan Jauhari menempati kursi belakang sambil terus waspada. Berbeda halnya dengan mobil pertama yang percakapannya serius, mobil kedua yang dikemudikan Steve dan ditumpangi Harun, Wahyudi serta keempat pengawal Chyou, justru ricuh akibat tawa mereka yang nyaris tidak berhenti. "Jadi, yang menyerang Grandel adalah orang-orang sewaan kalian dari bandar judi?" tanya Loko, sesaat setelah tawanya menghilan
49Pesawat kecil sewaan mengudara di langit gelap. Kabin yang sebetulnya cukup luas, mendadak penuh karena kelompok Chyou dan tim Indonesia terpaksa menaiki pesawat beramai-ramai. Sebab mereka bergerak dari Shenzen sudah larut, dan tidak ada lagi penerbangan komersil yang beroperasi. Kendatipun harus duduk di lantai, Jauhari, Yusuf, Harun dan Wahyudi tetap santai. Sepanjang penerbangan, mereka berbaring dan mengikat diri ke kursi rekan-rekannya. Wahyudi sampai terlelap dan mendengkur keras hingga diprotes yang lainnya. Setibanya di bandara Guangzhou, Bobby dan Neuman sudah menunggu di area depan terminal kedatangan. Mereka hanya berbincang singkat, kemudian langsung menuju mobil-mobil di tempat parkir terdekat. Puluhan menit terlewati, kediaman Graham yang sebelumnya sepi, mendadak terlihat ramai. Para penghuni keluar dari kamar masing-masing untuk menyambut Earlene, Chyou dan rekan-rekannya. Graham mengajak mereka berbincang selama belasan menit di ruang tamu. Kemudian, semua ang