Setelah kepergian dua makhluk yang mengaku dan diduga sebagai iblis itu, Wu Mei Xiang menggali beberapa ingatannya beberapa waktu lalu---sebelum dia tiba di sini, tempat aneh dan menyeramkan juga dingin.
Dia mengira-ngira kalau kematiannya seharusnya tepat sekitar lima jam yang lalu. Lalu, di alam mana dia sekarang berada? Kalau bukan neraka apakah dia terjebak di alam lain karena dosanya terlalu banyak? Atau dewa bingung harus memasukkan dia ke neraka bagian mana karena Wu Mei Xiang tidak pernah berharap dirinya masuk surga.
“Aku hanya makhluk keji dan penjahat, bagaimana bisa mengharapkan surga?” pikir Wu Mei Xiang menertawakan nasibnya. Neraka yang dia pikirkan itu tak muncul juga sampai sekarang.
Laboratorium milik dia bekerja merupakan uji coba nuklir yang terbesar di China, bahkan dunia. Beberapa tahun terakhir ini dunia modern berlomba-lomba melakukan penelitian dan mengembakna nuklir.
Selama beberapa tahun Wu Mei Xiang menjadi penggila sains, akhrinya mendapatkan hasil yang memuaskan. Tak disangka, nasib dan keadaan berkata lain. Wu Mei Xiang malah mati sebelum bisa memamerkan hasil penelitiannya kepada dunia.
“Apa bagusnya terkenal tanpa dikenal.”
Wu Mei Xiang berbicara sendiri seolah dia tengah memarahi nasibnya yang aneh itu.
Dunia sedang kalut dalam pertempuran dan peperangan antar bangsa. Negara melawan negara, kerajaan turut andil dan sebagai dampaknya, anak-anak banyak menjadi yatim piatu dan tuna wisma. Yang terparah adalah kelaparan. Beberapa di antara mereka bisa saling memakan karena tak ada lagi makanan.
Begitulah dunia dengan segala kekejamannya. Semua hanya ingin hidup dan berjuang hidup walau harus membunuh manusia lainnya. Hukum rimba kembali berlaku---yang kuat memakan yang lemah.
Wu Mei Xiang dijanjikan oleh pemilik laboratorium yang merupakan penjual senjata terbesar di dunia akan mengakhiri perang dan memberikan kedamaian jika dia berhasil menciptakan senjata nuklir terbesar yang bisa mengubah manusia dan partikel lainnya menjadi debu.
Alasannya, untuk memusnahkan penjahat. Siapa sangka kalau semua itu hanya janji belaka? Wu Mei Xiang kini berada di alam antah-berantah, alam iblis atau alam gaib, dia tidak tahu.
Siapa yang tahu apa yang akan manusia itu lakukan dengan mahakarya Wu Mei Xiang? Gadis ini hanya bisa meratapi nasibnya sekarang. Siapa yang mau menolong dia? Jangankan menolong dunia seperti mimpinya, sekarang dia bahkan sudah tak bisa menolong dirinya sendiri.
"Sialan! Aku tidak boleh berlama-lama di sini. Bagaimanapun juga nuklir itu buatanku, bagaimana kalau mereka benar-benar memusnahkan bumi?"
Wu Mei Xiang semakin kalut dan terus berbicara pada dirinya sendiri. Beberapa tahun lalu, dia juga ditipu oleh boss-nya dan nuklir buatannya berhasil memusnahkan dua pulau besar dalam hitungan detik. Setelah semua berhasil dan tinggal mewujudkan mimpi tersebut, putra pemilik perusahaan malah melakukan pengkhiatan dengan kekasihnya.
"Terkutuklah aku!" rutuk Wu Mei Xiang pada dirinya sendiri. Dia memang sudah sejak lama merasa kepandaian dan segala bakatnya akan menjadi bencana suatu hari kelak.
Dia merasa sangat wajar jika dia mati karena kebodohannya, tetapi dia juga merasa heran mengapa dia malah menjadi iblis?
Apakah ini ilusi atau kenyataan? Dia pernah mendengar cerita bahwa orang yang meninggal, mungkin akan dibawa ke neraka terlebih dahulu sebelum diangkat ke surga.
"Persetan dengan semua cerita itu!" gumamnya dengan nada yang lirih.
Dia bahkan, tak pernah memikirkan surga adalah tempatnya. Neraka mungkin lebih cocok karena kebodohannya dia sudah mematikan dan membunuh begitu banyak orang tidak berdosa.
Mungkin, karena itulah dia terkutuk dan menjadi iblis rendahan. Dia terus memikirkan banyak hal dan mulai menerka dan menduga dia di mana dan bagaimana caranya bisa keluar dari sini.
"Apa yang membuatmu begitu gusar?"
Suara seseorang membuatnya bangun dari lamunannya. Suara itu sangat lembut juga maskulin, ada getaran aneh yang gadis itu rasakan ketika langkah kaki seseorang mulai mendekat.
"Ka-kau?!" teriak Wu Mei Xiang dengan nada sedikit gemetar. Dia mengenal siapa pria ini. Berkali-kali muncul dalam mimpinya, bahkan tak sengaja pria ini sudah menolongnya berkali-kali. Entah itu disengaja.
"Beraninya kau memanggilnya begitu?!" Xiong Fan, makhluk menyebalkan itu ternyata ada di sana juga.
Seseorang yang dipanggil 'kau' oleh Wu Mei Xiang memberikan kode dengan mengangkat tangannya. Pei Ming terdiam dan tampak patuh dengan lelaki itu.
Pria itu mengenakan pakaian merah, rambutnya panjang berombak, matanya indah, bibir yang sempurna. Tinggi badannya kira-kira 191 sentimeter dan tubuhnya terlihat atletis sempurna. Bahkan, ketika dia mengenakan pakaiannya masih terlihat ada garis-garis otot perutnya, entah itu enam atau delapan pack.
Wu Mei Xiang yang hanya 169 sentimeter harus mendongak untuk menatap wajah pria itu.
"Sepertinya dia ini tuan mereka. Kesempatan bagus untukku," ucap Wu Mei Xiang dalam hatinya. Gadis itu segera mengubah strategi untuk menggoda raja iblis agar bisa lepas dari sana.
Dia tersenyum dan menatap lelaki itu dengan wajah hendak menggoda. Menggoda dalam artian membuat masalah.
"Halo, Cheng Li!" sapa Wu Mei Xiang terkikik sengaja dibuat-buat. Dia memang tidak terlalu berbakat dalam hal menggoda pria, tetapi bukan berarti dia tidak bisa. Wu Mei Xiang adalah pembelajar yang baik dan berbakat. Dengan IQ-nya yang tinggi dia bisa melakukan apa saja asalkan ada niat.
"Kau!!!" teriak Xiong Fan dan Xiong Hai serentak. Keduanya terkejut karena keberanian gadis itu memanggil nama raja iblis, bahkan dengan nama lahirnya bukan nama kehormatan. Namun, mereka berdua tidak tahu harus memulai dari mana untuk menjelaskan kondisi itu.
"Aiyo, kalian kenapa, sih? Apa ucapanku salah? Ingatanku memang sangat buruk untuk hal tidak penting. Namun, aku sangat yakin untuk yang satu ini. Dia memang Cheng Li," ucap Wu Mei Xiang tanpa peduli eskpresi Xiong Fan yang tampak bagai hendak meluluhlantakkan wajah Wu Mei Xiang sampai menjadi debu.
“Kau tidak boleh menyebut tuan begitu!” teriak Xiong Fan agak terkejut dan juga marah.
"Benar-benar tidak takut mati!" ucap Xiong Hai dengan nada dingin.
"Aku sudah pernah mati, dan kematian paling mengerikan adalah kau berpikir bahwa kau mati. Namun, coba lihat! Nah, sekarang aku di sini. Aku tidak jadi mati. Semua keinginanku sia-sia. Lalu mengapa aku harus takut mati? Aku malah lebih takut hidup terus dan terpaksa menjalani siksaan tiada akhir ini," kata Wu Mei Xiang sepenuhnya jujur. Hanya saja, caranya mengatakan itu sungguh seperti menabuh genderang perang.
"Kau bisa tutup mulutmu kalau tidak mau mati dua kali!" Xiong Fan berteriak semakin kesal mendengar segala omong kosong Wu Mei Xiang.
"Biarkan dia," ucap Cheng Li dengan tenang.
Dua iblis bersaudara itu kembali bingung karena biasanya Cheng Li, tuan mereka sudah pasti marah diperlakukan tidak sopan. Namun, kenapa dengan gadis ini dia tidak marah, bahkan terlihat senang?
Wu Mei Xiang belum puas dengan respons pria tampan itu. Dia tahu pria ini mungkin saja sengaja tidak memberitahukan kebenaran padanya. Dia harus mencari tahu."Kau belum menjawab pertanyaanku, kau memang Cheng Li. Itu sudah pasti."Senyum Wu Mei Xiang mengembang di kedua sudut bibirnya. Dia terlihat sangat puas dan senang.Akhirnya Cheng Li berkata, ”Benar-benar anak nakal," ucap lelaki yang dipanggil Cheng Li itu dengan sedikit mengangkat kedua sudut bibirnya."Kau terlihat lebih tampan dari sebelumnya," goda Wu Mei Xiang memulai permainanya. Dia sudah sering melihat pria ini walau selalu mengabaikannya dan menganggapnya sebagai teman imajiner. Namun, sekarang dia berdiri di hadapannya---terlihat sangat nyata dan bahkan lebih indah dari kenyataan yang diharapkan.Wu Mei Xiang harus jujur kalau pria iblis ini sangat tampan."Iyakah? Kurasa aku bisa lebih tampan lagi," balas Cheng Li semakin mendekat pada Wu Mei Xiang. Dia sedikit menun
Dua bersaudara Xiao itu menekan gadis cerewet itu dengan ucapan. Walau Wu Mei Xiang sebenarnya tidak begitu takut dia tetap saja kesal. Sang raja iblis baru saja datang dan pergi begitu saja. Dia bahkan meninggalkan dua pelayan yang bodoh bersama Wu Mei Xiang."Sialan, Cheng Li! Cheng Li, sialan! Bisa-bisanya kau bertindak sok begini, biasanya juga kau mengejar aku!" teriak Wu Mei Xiang mengembuskan napas berat karena kesal."Sebaiknya kau perhatikan sikapmu, atau tuan akan marah, kau tidak akan bisa menanggun akibatnya" ucap Xiong Hai mulai menasihati Wu Mei Xiang.Wu Mei Xiang menyilangkan kedua tangannya di dada dan bersedekap."Aku tidak peduli. Lihat saja apa yang bisa dia lakukan padaku, dia sudah lama menguntitku sejak aku kecil. Tentu saja dia tidak mungkin membiarkan aku mati begitu saja. Astaga, sialnya hidupku. Mengapa semua kejahatan dan kesialan selalu mengikuti aku?"Wu Mei Xiang mengeluh dan tanpa sadar dia membocorkan rahasianya bag
Seorang perempuan dewasa berpakaian hijau tua yang entah berapa usianya (karena usia iblis berbeda dengan manusia) berlari menghampiri Cheng Li dan langsung berlutut dengan tubuh gemetaran. Lelaki itu, terlihat takut dan wajahnya sudah pucat sempurna, nyaris menghitam---iblis tidak memiliki darah seperti manusia.Setiap kali Cheng Li muncul di istana, tak ada satu iblis pun yang berani mengangkat kepalanya, apalagi menatap mata tuannya itu. Auranya terlalu tinggi dan mendominasi, membuat siapa pun di akan patuh dan tunduk tanpa kata-kata. Begitulah sang raja iblis dihormati dan ditakuti dalam satu waktu. Tidak ada yang mau patuh jika tuan iblis itu tidak kuat dan kejam. Hukum alam iblis sudah menggariskan nasib mereka---pemenang adalah yang terkuat dan terkejam. Kadangkala, mereka harus membunuh tanpa pilih kasih. Bahkan, ayah atau ibu bisa menjadi sasaran pembunuhan jika diperlukan.Sebenarnya, hal ini tidak jauh berbeda dengan kondisi di alam manusia, di mana yang ku
"Wow, ternyata kau laki-laki!" kekeh Wu Mei Xiang menyadari perubahan penampilan Bai Rong begitu si iblis hijau memasuki ruangan dengan wajah cerah, berbeda ketika dia pergi tadi.“Sepertinya perempuan ini, bukan laki-laki, terserahlah dia iblis, sebut saja iblis hijau karena pakaiannya serba hijau, kurasa dia mendapatkan hal baik makanya berani menampakkan wujudnya,” pikir Wu Mei Xiang.Si iblis hijau mendekat perlahan. Sebagai laki-laki cara jalannya masih tetap anggun dan wajahnya sudah sangat feminim. Sangat wajar jika dia suka menyamar menjadi perempuan.Dia menampakkan penampilan aslinya, karena tidak ada lagi gunanya merayu gadis iblis baru itu. Tugasnya sudah akan selesai dan tak perlu memaksa Wu Mei Xiang berpakaian dengan warna yang awalnya dipilihkan."Memang," ucap Bai Rong mencoba tenang. Padahal, jauh di dalam lubuk jiwanya dia merutuki kebodohannya. Tadi dia muncul sebagai perempuan, kini laki-laki. Wajar saja kalau Wu Mei Xiang
Setelah dua jam drama pakaian dan dandanan akhirnya selesai juga. Wu Mei Xiang akhirnya mau mengenakan pakaian tradisional berwarna hitam dengan jubah merah seadanya, hanya mirip kain yang digunakan sebagai tambahan untuk menghangatkan tubuh. "Aku begini saja. Tidak mau dandan. Tidak mau memakai gaun. Aku sudah cantik dari awal. Lalu, buat apa memakai pakaian macam itu?" Wu Mei Xiang menendang semua gaun merah yang disediakan oleh pelayan. Bai Rong, Xiong Fan dan Xiong Hai menarik napas mereka, seolah mereka bertiga bisa mendadak serangan jantung akibat melihat pemandangan di hadapan mereka. Baru beberapa jam, Wu Mei Xiang sudah terlihat mengacaukan alam iblis dengan caranya sendiri. "Astaga, aku ini malah mirip seperti akan menikah," keluh Wu Mei Xiang kesal. "Memang," ucap Xiong Fan keceplosan. "Hah? Ternyata benar, kalau aku menikah? Hahahaha siapa yang mau menikahi aku? Hem, tetapi bagus juga kalau bisa menikah setelah mati
Sesampainya calon pengantin---Wu Mei Xiang di singgasana, Cheng Li berdiri dan mengulurkan tangannya. Merasa tidak masalah, Wu Mei Xiang membalas uluran tangan itu dan membiarkan tangannya digenggam oleh raja iblis itu.Seluruh hadirin berdiri dan kemudian berlutut memberikan hormat sambil berkata, “Hidup sang Raja! Hidup Yang Mulia!”Sorak-sorai ribuan iblis terdengar nyaring dan indah, seolah mereka sedang mengumandangkan lagu yang indah untuk menghibur atau memberikan penghormatan.Wu Mei Xiang masih bingung dengan apa yang terjadi. Dalam beberapa waktu dia memasuki alam iblis tanpa tahu alasannya dan bertemu dengan pria yang sering muncul dalam mimpinya. Memang Wu Mei Xiang sama sekali tidak takut pada Cheng Li, tetap pernikahan yang tiba-tiba ini juga mengejutknya. Untungnya dia menjadi ratu dan bisa dipertimbangkan. Wu Mei Xiang masih ingin melakukan pembalasan pada kehidupannya yang lalu, itulah sebabnya dia menerima pernikahan yang aneh ini.
Cheng Li menggendong Wu Mei Xiang ke kamar pengantin mereka. Perempuan berpakaian hitam itu hanya diam saja dan tidak memberikan banyak reaksi. Layaknya pengantin perempuan yang masih suci dia tidak banyak berbicara atau memberikan perlawanan. Entah pasrah atau masih memikirkan banyak hal.Kamar berukuran besar itu dihiasi dengan kain warna merah dan hitam, ribuan bunga mawar merah menghiasi kamar itu membuatnya aromanya menyeruak ke seluruh sisi ruangan. Aroma kesukaan Wu Mei Xiang membuat dirinya semakin tenang dan nyaman.“Cheng Li sungguh menakutkan. Sungguh tahu bagaimana caranya membuat orang nyaman. Ini berbahaya,” pikir Wu Mei Xiang tanpa diketahui oleh Cheng Li.Tak hanya itu, ada ratusan atau ribuan kupu-kupu emas keperakan yang beterbangan di sana. Tampak seperti imajiner, tetapi mereka nyata. Kupu-kupu emas itu bagaikan lampu-lampu portable yang menambah keindahan kamar yang megah dan besar. Berbagai perlengkapan seperti teko, canngkir, l
“Bisakah kau mundur sedikit? Aku merasa sesak dan napasku kurang bagus, berikan aku udara,” kata Wu Mei Xiang. Wajahnya mulai memerah dan terasa panas sekujur tubuhnya.“Tidak,” jawab raja iblis dengan tenang, suaranya berat dan dalam. Aura penolakan Wu Mei Xiang tidak mampu mendorong sang raja mundur.“Baiklah, aku tidak akan menolak lagi. Lagipula aku sudah menjadi istrimu. Hanya saja aku ingin meminta sesuatu padamu, bisakah?” tanya Wu Mei Xiang.Mendengar permintaan lembut dari istrinya, sang suami setuju dan mundur beberapa sentimeter untuk memberikan ruang pada Wu Mei Xiang yang suda terdesak. Lagipula dia tidak akan bisa kabur.“Katakan, suami ini akan menurutinya walau harus membagikan separuh kerajaanku,” kata Cheng Li berpikir bahwa itu soal kekuasaan dan harta atau sebagainya.Wu Mei Xiang tersenyum. Dia menatap suaminya dengan intens.“Apa yang kau pikirkan? Ini bukan so
Tahun berganti, musim bergulir dan segalanya berubah. Cheng Li dan Wu Mei Xiang sudah hidup bahagia bersama keluarga dan anak-anaknya. Dua mahkluk kesepian, antara mortal dan immortal, kini menjadi satu---bersama selamanya. Cheng Li tidak pernah meragukan keputusannya. Tidak merasa sia-sia menjaga dan melindungi Wu Mei Xiang sejak masa kecilnya. Wu Mei Xiang juga sama, dia tidak pernah menyesal mati dan menjadi iblis. Dia malah berpikir bahwa menjadi iblis yang bermoral lebih baik dibandingkan manusia dengan segala akal bulus dan kelicikannya. Iblis dan manusia bisa dikatakan sama-sama memiliki nafsu, perbedaan yang utamanya, iblis mengakui bahwa dia benar-benar iblis dan hanya melakukan pekerjaan iblis. Sedangkan manusia, bisa menjadi iblis, bahkan lebih iblis dibandingkan iblis itu sendiri. Tindakannya tidak bisa ditebak karena isi hati lebih dalam dibandingkan lautan. Meski begitu, bukan berarti Anda disarankan menjadi iblis. Jadi apa pun, jadilah yang terbaik, setidaknya tidak
Cheng Li berserta ketiga anaknya berjalan menuju ruangan terlarang. Anak-anak disuruh menunggu di depan pintu masuk ruangan serba merah itu. Dari kejauhan sudah tercium aroma tidak menyenangkan dalam artian aura tuan iblis yang sedang marah atau sedih.Wu Mei Xiang tahu bahwa Cheng Li pasti akan datang merayunya. Itu sudah pasti, raja iblis itu akan sangat mudah mengiyakan perkataan anaknya, apalagi jika yang memintanya adalah Hua Ying, putrinya tersayang."Sayang," sapa Cheng Li dengan suara lembut.Dia berjalan mendekati lelaki tampan yang duduk membelakangi dirinya."Sayang," panggil Cheng Li lagi ketika dia sudah mendekat.Tak ada jawaban dari Wu Mei Xiang, bahkan dia tidak bergerak sama sekali. Pria itu diam bagai patung.Pada panggilan yang ketiga, Cheng Li mulai curiga dengan Wu Mei Xiang. Apakah dia sakit atau itu bukan dirinya? Namun, hal yang kedua pasti mustahil karena ruangan itu tersegel dan hanya mereka berdua bisa memasukinya.Cheng Li mendekat dan memeluk Wu Mei Xiang
Tak terasa waktu berjalan begitu saja. Wu Mei Xiang tidak pernah menyangka bahwa menjadi orang tua dari anak-anak iblis bisa menyenangkan, lebih indah dibandingkan hidup sebagai manusia. Dunia yang penuh dengan kemunafikan lebih tidak menyenangkan dibandingkan alam iblis sendiri.Mereka adalah iblis dan mengaku sebagai iblis dan itu lebih baik dibandingkan manusia jahat yang pura-pura menjadi malaikat padahal lebih iblis daripada iblis itu sendiri.Lupakanlah masa lalu itu dan mari berfokus mengurus anak dan bapaknya. Dua bapak seksi yang berotot dan memiliki dada bidang. Dua laki-laki yang berhasil membangun keluarga.Setelah kelahiran tiga anaknya sekaligus, kondisi Cheng Li dan Wu Mei Xiang tidak pernah sama lagi. Mereka sangat ramai saat ini. Maksudnya, sangat rusuh.Seperti yang terjadi sore ini."Hua Ling!" teriak Wu Mei Xiang meneriakkan salah satu nama anaknya."Ya? Papa, aku di sini," balas seorang anak yang duduk di sebelahnya."Bukan kau! Maksudku dia!"Wu Mei Xiang menatap
Sesampainya di rumah khusus Wu Mei Xiang dan Cheng Li, dia meletakkan tubuh lelaki itu itu atas kasur yang sudah bersih dan rapi sepertinya biasanya. Sangat jarang mereka berada di tempat itu. Untung saja dalam kondisi seperti ini, Cheng Li selalu siap siaga melakukan yang terbaik."Sakit sekali, kurasa mereka akan merobek perutku dan memaksa keluar," teriak Wu Mei Xiang dengan suara parau.Dia merasakan dirinya seperti tercabik-cabik dari dalam sana."Bersabarlah," ucap Cheng Li mencium tangannya dan menyalurkan energi kepada lelaki itu."Aku seperti akan mati."Tangis Wu Mei Xiang pecah. Baru pertama kali dalam hidupnya dia merasakan sesakit ini. Bahkan, ketika dirinya akan mati pun, dia tidak merasakan sakit sama sekali karena itu adalah kematian super cepat tanpa rasa sakit."Tidak, jangan katakan itu," ucap Cheng Li dengan nada memohon.Dia terus memberikan kekuatan semampu dirinya sambil menanti datangnya para tabib yang akan membantu persalinan darurat itu."Sialan, mengapa mer
Beberapa bulan kemudian, Wu Mei Xiang merasa perutnya seolah bisa pecah atau meledak karena sudah membesar sangat sempurna, melebihi dari yang pernah dia bayangkan."Mengapa bisa sebesar ini? Anak-anak apa di dalam sana!"Wu Mei Xiang memukul perutnya pelan sambil menatap wajahnya dan penampakan barunya di sebuah cermin besar yang seolah mengejeknya karena menampilkan wajah jeleknya. Itu, sih menurut dia. Kalau Cheng Li akan selalu menganggap Wu Mei Xiang sangat menarik, seksi dan sangat menggemaskan."Berhentilah melakukan itu, kau bisa menyakiti dirimu dan anak-anak," ucap Cheng Li memeluk pinggang Wu Mei Xiang dari belakang. Pinggang yang dulunya ramping kini sudah hampir tidak berbentuk."Kau enak saja bicara. Coba kalau kau yang hamil dan berbentuk seperti gentong. Apa kau masih bisa mengatakan hal-hal seperti itu? Apa kau akan menghibur dirimu, huh?"Wu Mei Xiang mendengus kasar mendengar pujian tidak berguna dari mulut suaminya itu."Aku mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana ka
Selepas dari medan perang dan membuat beberapa kekacauan, Wu Mei Xiang kembali merasa bosan dengan hidupnya yang begitu-begitu saja. Anggap saja kalau dia memang sedang manja dan mencoba hal-hal lainnya.Dia dulunya seorang pekerja keras dan sekarang harus hidup dengan segala kemewahan dan segalanya tersedia."Aku benar-benar bosan, apakah memang tidak ada pekerjaan di sini?" tanya Wu Mei Xiang pada Wen Liwei."Pe-pekerjaan?"Wen Liwei gugup menjawab tuannya. Bagaimana bisa seorang raja atau pasangan raja disuruh bekerja?"Apa kau tidak tahu? Pekerjaan semacam hal yang menyenangkan."Wu Mei Xiang kesal dan hendak berlarian entah ke mana. Akan tetapi, perutnya yang membuncit membuatnya susah bergerak dengan bebas. Dia mulai bosan dan ingin segera melahirkan, barangkali anak-anak itu akan membuat hidupnya lebih berwarna nantinya."Ada apa, Sayang?"Cheng Li datang ke ruangan pasangannya selepas mengadakan pertemuan antara penguasa kota hantu dari beberapa sudut neraka."Tidak ada. Aku h
Bosan bermain dengan para iblis dan hantu, Wu Mei Xiang mulai merasa mengantuk. Dia sudah tidak tertarik dengan penampakan medan peperangan yang begitu-begitu saja."Sayang?"Cheng Li memeriksa kondisi Wu Mei Xiang yang sudah mengantuk dan hampir tertidur."Kalian uruslah segalanya, aku akan membawanya," perintah Cheng Li kepada Wen Liwei dan Jiang Qiao."Siap, Tuan," jawab keduanya dengan sopan.Mereka sudah mengerti apa yang harus dilakukan dengan ucapan sependek itu.Berbeda dengan kedua Jenderal yang sibuk itu, Qirong malah pusing memikirkan mengapa Cheng Li bisa sangat berubah. Dia dan kawanannya sesama hantu hijau sangat heran melihat raja iblis yang sangat manis dan lembut, terutama ketika mereka memperhatikan cara Cheng Li menggendong tubuh Wu Mei Xiang yang terlelap karena lelah."Menurutmu, mengapa dia bisa mengantuk? Dia, kan, iblis!"Ucapan Qirong terdengar iri atau cemburu."Lebih baik kau bersyukur karena tidak perlu lagi disuruh menari," kata Jiang Wanyin dengan suara d
Karena permintaan Wu Mei Xiang yang aneh itu, Cheng Li ikut menjadi aneh. Maksudnya, dia dengan pasrah dan tabah mengikuti kehendak pasangannya itu. Memang benar, pasanganmu ada gambaran dirimu, karena lama-lama kebobrokannya akan menular bagai wabah yang teramat sulit untuk dihentikan."What the hell?" teriak Jiang Qiao dengan ekspresi wajah terperangah melihat Cheng Li datang."Ya ini memang nerakalah!" dengus Qirong.Baru selesai bicara, Qirong ikut melongo melihat Cheng Li, raja mereka memasuki medan perang dengan langkah tegap dan gagah, bagai pahlawan. Dia benar-benar seperti dewa atau iblis paling keren. Anggap saja begitu.Lelaki itu tidak datang sendirian ke pertempuran kali ini, melainkan membawa istrinya. Yap! Betul, dia akan marah jika disebut istri, ya sudah pasangannya! Yang parahnya lagi, mereka bergandengan tangan.Hal itu sudah pasti membuat para iblis gagal fokus dan seketika waktu seolah terhenti dan semua fokus menatap pasangan aneh itu."Aku tidak salah lihat, kan
Wu Mei Xiang merebahkan tubuhnya dan dengan malas melepaskan sepatunya. "Setidaknya lepaskanlah ini," ucap Cheng Li melepaskan sepatu warna hitam itu. "Kau tahu aku malas. Lagipula itu akan menguras energi, kau tahu tabib tadi bilang apa," ucap Wu Mei Xiang dengan malas dan merasa bodo amat. Dia menutup matanya dan terus menerus memikirkan mengapa ada bagi di dalam perutnya padahal dia tidak memiliki rahim. "Cheng Li, katakan padaku mengapa bayi ini bisa berada di dalam sana. Mengapa mereka tidak memilih perutmu saja? Kau lebih kuat," kata Wu Mei Xiang tanpa membuka matanya. Cheng Li duduk di sebelahnya setelah melepaskan sepatu Wu Mei Xiang. "Karena kau ibu mereka," balasnya singkat. "Apaan ibu, aku ini ingin menjadi ayah saja, sayangnya memang aku perempuan," keluhnya. Wu Mei Xiang kesal dan sampai duduk karena emosi. "Setiap yang mengandung dan melahirkan akan menjadi ibu terlepas dari jenis kelamin mereka." Cheng Li masih mencoba tenang dengan segala kerusuhan Wu Mei Xian