Lelaki itu terkapar di jalan raya dengan tubuh bersimbah darah. Lebih tepatnya, punggungnya yang terkena tembakan sebanyak dua kali membuat lelaki itu tak sadarkan diri, tetapi masih bernapas.
Dua orang lelaki yang baru saja meyelesaikan misinya, tentu saja segera masuk kembali ke dalam mobil dengan cepat. Mereka tak ingin ada orang yang memergoki perbuatan mengerikan yang baru saja mereka lakukan.
Kenapa mengerikan? Karena lelaki yang bersimbah darah itu terkapar di jalan raya tanpa busana sama sekali. Mirip bayi raksasa berwarna merah. Jika Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup, maka beruntunglah dia. Jika tidak? Maka lelaki itu akan kehabisan banyak darah dan mati juga secara perlahan.
Lima jam kemudian, disaat orang mulai banyak keluar rumah untuk bekerja atau sekedar ke pasar. Tubuh lemas dan begitu sekarat Rangga, mulai bergerak perlahan. Jari-jemarinya menunjukkan reaksi saat telinganya menangkap suara
Lelaki itu tengah menahan deru napas dan suara jantungnya yang bertalu sangat cepat. Obat yang diberikan Tante Hepi mulai membuatnya blingsatan menahan nafsu. Belum lagi nyeri di punggungnya belum hilang, karena sakit bekas peluru bersarang dan bekas jahitan masih terasa sangat pedih.Perawat tadi sempat mengatakan bahwa ia tak boleh banyak bergerak karena jahitannya masih basah dan juga masih terjadi infeksi di sana. Namun, hasrat kelaki-lakiannya sudah membumbung tinggi, ia tak sanggup lagi menahannya.Digigitnya bibir dengan kuat, lalu ia menggeser tangannya untuk menuju alat kelaminnya, dengan berat hati dan sangat terpaksa ia melakukan solo karir, karena sudah sangat tak tahan. Wajahnya yang kesakitan, sekaligus menahan nikmat. Ia tak tahu bagaimana mengendalikan ini semua, yang jelas ia harus segera menuntaskannya agar dadanya tidak terlalu sakit."Aaaaahh ...." Rangga mengerang kesakitan saat tubuhnya sedikit saja b
Ana melihat Jay terdiam. Napasnya memeng sedikit tersengal dan wanita itu tahu, jantung Jay saat ini pasti berdetak dengan cepat. Ia tak mengelak ataupun melarikan diri. Jay hanya bisa memandangi Ana dengan senyum tipis di bibirnya. Ia juga menoleh pada mimih dan apak yang masih terbengong dengan mulut setengah terbuka menanti pembelaan dari Jay. Namun lelaki itu bungkam. Jay tahu risikonya saat ini memukulkan benda keras di kepala Darto dan jika ia ditolong dengan cepat, maka lelaki itu bisa selamat. Namun sayang, sepertinya lelaki bejat yang hampir saja memperkosa Ana malah mati di tangannya. Ia tahu ini salah, hanya saja tak menyangka secepat ini dia akan ditangkap disaat yang tidak tepat.“Ayo, ikut kami ke kantor polisi. Nanti kamu bisa membuat kesaksian di sana,” ujar seorang petugas kepolisian sambil mendotorong sedikit tubuh Jay untuk kaluar dari ruang perawatan.“Sebentar, Pak. Ijinkan saya berpam
Rangga tak tahu ini sudah pukul berapa, yang jelas langit begitu gelap-tak ada pencahayaan sama sekali di dalam rumah sepi yang kini ia tempati. Bau menyengat dari kasur yang ia tiduri benar-benar membuatnya tak bisa memejamkan mata. Sudah enam kali dia diare, dan dua kali ia main solo karena obat laknat yang diberikan Tante Hepi padanya. Betapa sialnya lagi, ia tak bisa ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Tubuhnya masih sangat lemah tak bertenaga. Tak ada siapapun juga yang juga berkunjung malam ini. Bau anyir bercamour bau busuk menemaninya malam hampa penuh penyesalan.Sudah tiga malam dan tak ada kemajuan sama sekali tentang kelanjutan hidupnya saat ini. Belum lagi luka yang masih terasa sangat sakit. Meriang, demam, dan ditambah pula sakit kepala yang semakin menjadi. Ia butuh obat dan juga butuh dokter, tetapi taka da yang bisa membantunya saat ini. Ingin sekali menghubungi seseorang untuk meyelamatkannya. Diana atau Anita mungkin bisa, tetapi ia
Rangga merasakan tubuhnya sudah cukup bertenaga, walau perutnya dilanda kelaparan. Sudah tiga hari Delon tidak mendatanginya dan memberikan makanan, sehingga selama tiga hari juga ia berpuasa. Beruntunglah ia bisa sedikit bergerak ke kamar mandi, sehingga ia bisa membilas sedikit bagian tubuhnya yang terasa lengket. Rangga juga sudah bisa buang air ke kamar mandi, hanya saja ia tidak memiliki apa-apa di dalam rumah ini. Minum pun terpaksa dengan air kran kamar mandi.Setelah mencuci muka, Rangga memakai sarung yang sangat bau menjijikkan. Tak ada kain lain yang bisa ia gunakan untuk menutupi tubuhnya. Mata sayunya menatap keadaan di luar rumah yang sangat sepi. Sebenarnya ada di mana ia kini? Kenapa tak ada tanda-tanda kehidupan orang lain di tempat ini.Kakinya melangkah terseok menyusuri ruang demi ruangan. Dibukanya pintu kamar untuk menemukan apa yang bisa ia pakai, atau pun mencari jalan untuk keluar. Mata lelaki itu membelalak sempur
Petaka Suami Tampan 42BerceraiAna menyadari bahwa ia sudah terlanjur mendekat pada bara api yang sangat membahayakan jiwanya. Maka dari itu ia pun harus segera menuntaskannya. Baik itu bersama Rangga atau pun bersama Tante Hepi. Butuh keberanian penuh dan membuang semua rasa khawatir, saat video mesum Rangga dan mantan ibu sambungnya itu ia sebarkan di akun media social Instagram. Apapun resikonya, akan ia tanggung. Sudah tak ada lagi rasa takut pada sosok lelaki yang saat ini masih berstatus suaminya. Ia akan membalas semua perlakuan jahat lelaki itu pada dirinya.Perjalanan menuju Jakarta sebentar lagi sampai. Lelaki tua yang duduk di samping Ana masih memejamkan mata karena semalaman ia tak bisa tidur. Apak menemaninya ke Jakarta untuk mengurus perceraian, sekaligus pergi mengunjungi salah satu anak perempuannya untuk meminta tolong membebaskan Jay. Tak ada yang bisa ia lukiskan sebagai rasa terima kasih atas segala perhatian
"Ana!" bagaikan melihat setan. Rangga terlonjak kaget dari posisi duduknya. Lelaki itu berdiri dengan wajah pucat ketakutan. Kepalanya terus saja menggeleng. Ia tidak percaya Ana masih baik-baik saja setelah dikerjai oleh dua orang pesuruhnya."Kenapa? Kaget kalau aku baik-baik saja? Heh ... Tuhan pasti menjaga orang baik dan tidak bersalah, Tuan Rangga, dan Tuhan juga tidak akan tidur saat melihat orang jahat dan licik seperti kamu. Ini buktinya! Gelandangan? Seorang Rangga menjadi gelandangan? Ya ampun, kasihan sekali. Ck, aku tak perlu lagi menuntut balas, biarkan Tuhan dan alam yang menghukum semua perbuatanmu. Oh iya, aku sudah mengurus perceraian, dan sepertinya ini bisa jadi salah satu bukti, selain video mesum menjijikkan kamu dengan seorang nenek." Ana benar-benar mengungkap semua yang ada di dalam hatinya. Takkan ia beri kesempatan pada Rangga untuk membela diri.Memang Rangga tampak menyedihkan, tetapi ia tidak iba. Malah sangat
“Halo, assalamualaykum. Iya betul, saya Udin. Ini siapa ya?”“Kami dari rumah sakit XXX, mau memberitahukan bahwa Ibu Hepi Astuti baru saja meninggal dunia, lima belas menit yang lalu.”“Innalillahi wa innaa ilaihi rooji’un.” Ana tersentak saat bibir Mang Udin mengucapkan doa bagi orang yang meninggal dunia.Ana menatap pias wajah lelaki setengah baya yang kini sudah terduduk lemas di kursi teras. Ia tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun, tetapi Ana sangat tahu apa yang terjadi pada kabar dari seberang sana. “A-apakah b-benar Tante Hepi yang ….” dan dengan leher yang amat lunglai, Mang Udin mengangguk.Mereka bertiga menuju rumah sakit, menggunakan mobil sedan mewah milik Tante Hepi. Mang Udin yang terbiasa mengendarainya sudah tak canggung lagi. Lelaki itu tak banyak bicara, ia hanya fokus pada jalanan yang kami lewati saat ini.
Ana terbangun lebih dulu dari mimih dan apak. Ia bangun dengan perlahan dari ranjang dan langsung menuju kamar mandi untuk melaksanakan dua rakaat sebelum azan subuh. Suara gemericik air dan derit pintu yang ia geser menutup dan terbuka, sangat hati-hati ia lakukan agar tak menimbulkan suasana bising dalam rumah. Setelah salat sunnah, sambil menunggu azan Subuh, Ana menyempatkan diri untuk mengaji dua lembar ayat suci alqur’an. Tak lupa ia buksa sedikit jendela, agar hawa dingin dan sejuk di luar sana mengisi udara kamarnya.Begitu selesai melakukan ibadah Subuh, Ana pun bergegas ke dapur untuk memasak nasi. Sambil menunggu nasi matang, Ana menyapu rumah mulai dari kamarnya, dapur, ruang tengah, dan yang terakhir ruang tamu. Mimih dan apak masih belum membuka pintu kamar, sepertinya kedua orang tua itu terlelap sangat nyenyak.Krek!Ana menoleh ke asal suara derit pintu yang bergeser. Mimih baru saja keluar dari kamar,