Tepat di pagi yang cerah, Xander bersiap-siap untuk pergi ke kantornya. Dalam kegembiraan yang tipis, ia mengucapkan selamat tinggal pada Shilla yang masih sibuk menyiapkan sarapan."Aku akan ke kantor sekarang, sayang. Aku akan segera kembali untuk makan siang.""Oke, hati-hati di jalan. Sampai jum
Shilla dan Leona duduk di bangku ruang tunggu rumah sakit yang sunyi. Keduanya terlihat gelisah, tatapan mereka terus terpaku pada pintu ruang operasi tempat Xander menjalani prosedur medis yang berlangsung hampir empat jam lamanya."Bagaimana menurutmu, Leona? Apa yang mungkin terjadi di sana?" tan
Ruang perawatan Xander terasa sunyi. Detak jantung mesin yang terhubung padanya menjadi satu-satunya melodi yang terdengar di antara keheningan itu. Xander, yang biasanya penuh semangat dan berenergi, kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Pucatnya wajahnya mencerminkan perjuangan keras yang d
Sementara itu, Leona berkomitmen untuk memperbaiki hubungannya dengan Shilla. Meskipun mungkin ada perbedaan pendapat di antara mereka, dia ingin memastikan bahwa mereka tetap dapat bekerja sama dengan baik demi Xander dan keselamatan pernikahan mereka. Dalam diam, Leona berdoa agar mereka semua bi
Shilla melangkah perlahan di bawah guyuran hujan yang semakin deras. Angin sepoi-sepoi berusaha merobek payungnya, membuatnya harus memperbaiki pegangannya setiap beberapa langkah. Dia melirik ke arah langit yang kelabu, menyadari betapa cepatnya cuaca berubah dalam sekejap di kota ini.Sambil memeg
"Shh, Jelita sayang, apa yang terjadi?" desis Shilla sambil mencoba menenangkan bayi kecil itu.Dengan langkah terburu-buru, dia melangkah menuju dapur, mencari Leona, ibu dari Jelita. Namun, kegelapan yang tidak biasa menutupi dapur, dan ketika lampu menyala, pemandangan yang dihadapinya sangat men
Shilla terduduk dengan penuh kelelahan di ambang pintu rumahnya yang terbuka lebar. Hujan deras masih mengguyur dengan amarahnya, menyisakan tetesan air yang menetes dengan gesit dari atap-atap rumah. Wajahnya pucat, mata lelah yang mencari-cari sesuatu di tengah badai hujan itu. Napasnya tersengal-
Siang yang mendung menemani ketenangan yang terpancar dari dalam rumah Shilla. Setelah berbagai kekhawatiran semalam, Shilla akhirnya terlelap di sofa dengan baby Jelita di pangkuannya. Tubuhnya yang masih terasa letih dan pikirannya yang dipenuhi kecemasan membuat tidur itu menjadi begitu dalam.Le
"Demi Tuhan, Shilla, aku memohon padamu," ujar Xander dengan nada serius, "Leona adalah segalanya bagiku. Aku tahu kamu juga merasakannya begitu. Tolong, jagalah dia dengan sepenuh hati. Aku tak bisa membayangkan hidup tanpa kehadirannya."Shilla merasakan beratnya permintaan Xander. Dia mengangguk
Xander tengah berada di Bandung untuk menghadiri sebuah acara bisnis penting ketika ponselnya berdering. Dia mengangkatnya dengan cepat, berharap mendapatkan kabar baik dari rumah atau mungkin dari Shilla, kekasihnya."Tuan Xander, ini Shilla," suara cemas Shilla terdengar di ujung telepon.Xander b
Perjalanan dari bandara ke Bogor memakan waktu beberapa jam, terlebih karena lalu lintas yang cukup padat. Namun, semangat Shilla dan Xander tidak sedikit pun kendur. Mereka terus bercerita tentang pengalaman mereka di Malaysia, mulai dari keindahan alam hingga keramahan penduduk setempat yang membu
Baru saja kedamaian rumah tangga Shilla dan Xander kembali direguk, sebua insiden tak mengenakan kembali terjadi saat Xander berada di Malaysia. Shilla yang sedang makan malam bersamanya mendadak hilang. Hal ini membuat Xander frustasi. Ya,malam ini di tengah hiruk-pikuk dan keindahan panorama urb
Hujan rintik-rintik membasahi jendela kamar Shilla, membawa suasana melankolis ke dalam hatinya. Shilla memandang keluar, matanya berkaca-kaca. Dia menghela nafas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian yang telah lama dia simpan. Shilla tahu, ini saatnya dia berubah, menjadi lebih kuat, demi cinta
Maka, dengan payung besar membentang di atas mereka, mereka berjalan-jalan di taman yang basah, menikmati suara hujan dan udara segar malam itu. Langkah mereka seirama, menandakan kekompakan keluarga itu. Sesekali, mereka berhenti, menatap keindahan taman yang diterangi lampu-lampu taman, menciptaka
Meninggalkan kisah mengegerus hatinya mengenai Sarah, Shilla tak ingin terus berlarut dalam kecemburuannya itu. Hujan di Jakarta pada awal Februari ini masih begitu intens, membuat jadwal padat Xander pun terkendala karenanya. Sebagai seorang eksekutif muda di salah satu perusahaan teknologi terdep
Di tengah hiruk pikuk kantor yang sibuk dengan berbagai proyek dan deadline, ada satu cerita yang tak kalah menyita perhatian para pegawai. Kisah ini berputar pada tiga tokoh utama: Shilla, Xander, dan Sarah. Shilla, seorang wanita yang elegan dan penuh karisma, merupakan istri dari Xander, seorang
Di kantor yang selalu ramai, Xander duduk sambil menatap layar komputer yang menunjukkan betapa suksesnya bisnis mereka akhir-akhir ini. Sinar matahari sore yang masuk lewat jendela memberikan suasana yang cerah, tapi ada satu hal yang terus bermain di pikiran Xander—bagaimana cara yang tepat untuk