Aris memijat pelipisnya dan memejamkan mata. Masalahnya benar-benar runyam karena adik bajingannya itu. Bisa-bisanya Andreas merusak kesenangannya bersama Elsha dengan menyakiti Sashi. Sial.
"Mas, gue...."
Aris langsung berdiri dan melayangkan kepalan tangannya tepat di bibir Andreas. Laki-laki itu baru saja tiba dan hendak menjelaskan kepada Aris kejadian yang sebenarnya. Sayangnya, Aris yang
Aris mengumpat berulang kali, lalu menjambak rambutnya dengan kesal. Dia tidak tahu kenapa mudah sekali dipermainkan oleh Elsha. Apa karena Aris terlalu mencintai wanita itu sampai Elsha jadi semena-mena padanya?“Sial!”Aris menendang meja di depannya hingga benda tak bersalah itu bergeser jauh membentur sofa di seberang sana. Aris ingin sekali melampiaskan kekesalannya pada barang apa pun dan membuat barang tersebut hancur berderai seperti hatinya saat ini.Si duda mulai mengenaskan.“Mending gue balik dan minta restu Mami. Sekalian ditambahi penyedap bilang Elsha hamil anak gue. Kira-kira Mami serangan jantung gak, ya?” Aris bermonolog sendiri, lalu beranjak dari duduknya untuk segera pergi ke rumah Donita.Sekitar satu jam, Aris akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Butuh tiga puluh menit untuk Aris memikirkan kalimat apa yang akan dia gunakan untuk memulai pembicaraan kepada Donita
Elsha mengernyit bingung saat pintu kamarnya terbuka dan sosok yang sejak beberapa waktu lalu dia tangisi masuk sambil menyeret dua koper besar. Elsha masih diam memperhatikan Aris yang menutup serta mengunci pintu kamar, lalu pria itu berjalan ke arahnya meninggalkan kopernya di dekat pintu kamar."Kamu ngap-" Elsha dibuat bungkam oleh tingkah Aris.Tidak ada yang bisa keluar dari bibir Elsha
Aris tersentak dari tidurnya kala mendengar ringisan pelan di sampingnya. Pria itu menoleh dan mendapati wajah Elsha dengan ekspresi menahan sakit."Sayang, kenapa?"Elsha menggeleng, "gak tahu ini perutku sakit banget, Mas," adunya."Kita ke rumah sakit," Aris segera bergegas turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya."Ayo," Aris kembali dengan keadaan wajah yang lebih segar. Pria itu juga sudah mengenakan pakaian lengkap, lalu membantu Elsha mengenakan pakaiannya. Maklum, habis bercinta semalam suntuk membuat keduanya tertidur karena kelelahan sehingga lupa untuk mengenakan sehelai kain pun.Elsha mengalungkan kadua lengannya ke leher Aris. Dia biarkan Aris membawanya keluar kamar, lalu keluar rumah dan memasuki mobil. Hari masih gelap. Bisa Elsha pastikan kalau ini masih subuh."Sebentar," Aris berlari ke arah pintu rumah dan menguncinya. Sashi masih tidur dan Aris juga harus melindungi calon adik iparnya itu m
Elsha sudah dipindahkan ke ruang pemulihan. Dokter bilang, Elsha harus berada di sana selama beberapa jam ke depan. Karena dokter harus memastikan, apakah Elsha baik-baik saja, atau mengamali perdarahan berat, maupun komplikasi lainnya. Wanita itu tengah terlelap. Aris memandangi wajahnya yang pucat dengan pandangan khawatir.“Maaf,” Aris berbisik pelan sambil mengecup telapak tangan Elsha berulang kali. Pria itu merasa bersalah. Karena keegoisannya yang ingin mengikat Elsha, lalu membuatnya hamil secepat mungkin, Elsha harus mengalami hal menyedihkan seperti ini.Perasaan Aris jelas hancur saat tahu benihnya tidak sesuper itu. Apalagi saat dokter menjelaskan kalau kehamilan Elsha ini bermasalah dan bersumber dari spermanya. Sial. Aris merasa gagal menjadi pria yang sebenarnya. Kenapa si kental itu harus ada yang kosong atau berebut sel telur, sih? Kan, rencana Aris jadi gagal total ingin punya anak cepat.Aris sudah menghubungi Sashi dan mengabari p
Perdebatan kecil antara Elsha dan Aris masih tidak bisa terelakkan. Apalagi kalau keduanya membahas soal pernikahan. Aris ingin pesta yang mewah dan meriah, sedangkan Elsha ingin pesta yang sederhana saja. Wanita itu memikirkan kehidupan mereka ke depannya. Biaya hidup yang jelas semakin mahal, membuat Elsha sedikit berhemat untuk ke depannya.“Jadi, gimana? Semuanya udah lo urus, kan?”Elsha memperhatikan Aris yang saat ini sedang berbicara dengan Andreas. Kedua adik-kakak itu membahas persiapan pernikahan yang sudah Aris rencanakan. Ya, Elsha kalah. Aris-lah pemenangnya. Pesta mewah dan meriah akan tetap terlaksana.“Udah. Aman. WO yang lo minta udah menyanggupi pesta mewah sesuai keinginan lo. Gue juga udah bilang kalau ada spot buat relasi bisnis yang agak terpisah dari undangan luar. Jadi, ya, amanlah. Ngomong-ngomong, Mas, lo gak minta Mas Arjun buat jadi sponsor? Mayan, kan, tuh tua lapuk banyak duitnya.”Aris mengg
Karena kedua orangtuanya sudah tidak ada, bukan karena sudah meninggal dunia, tapi karena keberadaannya tidak jelas di mana, Elsha hanya didampingi oleh Sashi sebagai satu-satunya anggota keluarga yang ia punya. Hari ini, tepat setelah lima minggu melewati proses serba dadakan ala Aris, akhirnya hari penting itu tiba juga.Pernikahan. Elsha masih seperti bermimpi di siang bolong. Wanita itu tidak pernah menyangka kalau takdir akan membawanya kembali pada pria pertama yang mencuri hatinya. Lalu, takdir juga mempersatukan mereka dalam sebuah hubungan yang sah.Ya, sah.Akad nikah Elsha dan Aris sudah dilangsungkan tadi pagi di kediaman Elsha. Lalu, untuk acara pesta mewah yang Aris minta dilaksanakan di sebuah hotel mewah milik salah satu sahabatnya, Dio.Elsha tengah Bersama Sashi di ruang khusus untuk mempelai wanita. Elsha tampak cantik dengan balutan gaun pesta yang mewah dan indah melekat di tubuhnya. Tidak ada bagian tubuh yang terbuka banyak karena i
Malam pertama Elsha dan Aris menjadi suami istri jangan diharapkan romantis. Elsha jelas sangat Lelah setelah melayani para tamu undangan yang ia yakin pasti lebih dari perkiraan undangan. Apalagi kondisi Elsha juga membuat Aris sedikit was-was. Sejak kemarin, Elsha mengeluh sakit kepala. Lalu, Aris? Pria itu jelas tidak akan memaksa. Lagi pun, mereka sudah sah. Mau berkuda kapan saja dan di mana saja sudah aman."Yang, ini masih dipake gak?"Pagi pertama menjadi suami, Aris bersikap sangat perhatian. Pria itu bahkan menawarkan diri untuk memasak sarapan. Sayangnya, Elsha tidak mengizinkan suaminya menginjak dapur untuk melakukan keinginan pria tersebut."Apa itu?" tanya Elsha masih dengan mata terpejam karena kantuk."Bra sama celana dalam.""Itu belum dipake!" seru Elsha."Terus kenapa ditaruh di sini?" Aris mendekatkan kedua kain di tangannya ke depan hidung. Wangi. Bukan wangi khas kepemilikan Elsha.Mantan duda tidak berubah sama
Aris sedang bersiap ingin berangkat ke kantor saat ponselnya berdering. Panggilan masuk dari Donita adalah yang Aris tunggu sejak satu bulan menikah. Senyum geli Aris seketika langsung terbit membayangkan betapa kesalnya Donita saat ini.“Halo, Mi?” sapa Aris kalem.“Kamu masih inget punya Mami?” tanya Donita dengan sinis di sebrang sana.Aris menahan kedut bibirnya yang ingin sekali menyemburkan tawa. “Hampir lupa, sih, kalau enggak ditelpon ini,” katanya.“Anak durhaka,” desis Donita.Tawa Aris akhirnya menyembur juga. Walaupun merek sempat berdebat dan saling berkeras suara karena perihal Elsha waktu itu, tapi Aris bukan tipe pria pendendam. Apalagi ini pada Donita, wanita yang sejahat apa pun, tetap ibunya.“Mentang-mentang kamu udah nikah, jadi bisa seenaknya? Udah sebulan ini, dan kalian gak ada inisiatif buat ke sini? Hebat.”Aris menggaruk p
"Pa?"Sultan mendongak menatap Aris yang kini sedang memijit pelan kaki Elsha. Wanita itu mengeluh sakit pada kakinya karena tadi tersandung di undakan tangga saat mau ke lantai dua."Kaki Mami sakit," jawab Aris."Kit? Pa?"Aris terkekeh. "Bantu Papi pijit dong, Bang, itu sebelahnya," suruh Aris.Bocah itu lantas beranjak dengan semangat meski awalnya terduduk lagi karena gerakannya tergesa. Elsha yang tengah duduk bersandar di kaki sofa memperhatikan saja bagaimana Sultan memijit kakinya."AW," ringis wanita itu saat Aris memijitnya sedikit kuat."No!" Sultan melotot pada Aris karena membuat Elsha kesakitan.“Parah, sih, ini si embul bakal posesif banget sama kamu, Yang,” decak Aris.Elsha tertawa dan mencubit gemas pipi Sultan yang tampak memerah. “Botol susunya tadi ketinggalan di rumah Mama Sashi, ya, Bang,” katanya.Sultan mengangguk lucu, “ndak pa,” balasnya.&ldqu
Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang sangat disyukuri. Elsha merasakan itu. Pertama, bersyukur karena sebelumnya ia masih diberi kesehatan oleh sang pencipta sehingga bisa mencari nafkah untuknya dan Sashi.Kedua, bersyukur karena ia dipertemukan kembali dengan Aris dan menjalin hubungan serius hingga memiliki bayi mungil seperti saat ini.Ketiga, bersyukur karena ia memiliki keluarga baru yang begitu perhatian dan penuh limpahan kasih sayang. Nikmat mana lagi yang harus Elsha abaikan?Semua yang ia terima di kehidupan ini, ada baik dan buruknya. Tidak ada kehidupan yang selalu buruk dari awal hingga akhir. Pun, sama, tidak ada kehidupan yang selalu baik dari awal hingga akhir. Pasti ada titik masalah.Untuk Elsha sendiri, buruknya kehidupan yang ia rasakan adalah saat ditinggalkan kedua orangtuanya. Lalu, baiknya bertemu orang-orang baru.Membahas orangtua, Elsha tiba-tiba saja meneteskan air mata. Ia sudah tahu seberat apa perjuangan seorang
Minggu ke-40 yang ditunggu-tunggu Aris dan Elsha akhirnya tiba juga. Sangat mendebarkan dan menegangkan. Anak pertama mereka akan lahir ke dunia.Seperti halnya kedua suami istri itu, Donita dan yang lainnya juga merasakan hal yang sama. Ini adalah cucu pertama bagi Donita dan keponakan pertama juga bagi Arjun dan Andreas serta para istri dan kedua putri Donita.Elsha menarik napas berulang kali. Matanya terpejam dengan dahi yang dipenuhi oleh keringat. Aris yang berada di atasnya membisikkan kata-kata sayang dan semangat untuk sang istri tercinta."Ayo, Bu, sedikit lagi," Dokter menyuruh Elsha untuk terus mengejan mengikuti arahannya."Ayo, Sayang, kamu bisa," bisik Aris. Pria itu duduk di kursi tepat di atas kepala Elsha yang terbaring. Sehingga Aris mudah untuk mengelus kepala wanita tersebut.Suara tangis bayi yang memekakkan telinga membuat Aris berseru syukur dan mengecup kening Elsha. Elsha bernapas lega seketika saat merasa plong begitu saj
Elsha tidak pernah sekali pun meragukan perkataan dan rencana Aris. Jika pria itu sudah berkata A, maka yang akan terwujud jelas A. Seperti saat ini, Aris benar-benar menyuruh orang untuk membereskan barang-barang penting yang harus mereka bawa.“Itu gak usah, Mbak, tinggalin aja,” larang Elsha saat seorang wanita ingin memasuki sebuah kotak yang Elsha tahu isinya apa.“Ini taruh di dalam box itu aja, biar nanti saya gak pusing nyarinya,” kata Elsha lagi saat salah satu barang yang biasa dia pakai hendak dimasukkan ke dalam box barang kerjaan suaminya.“Yang,” Aris datang dengan segelas susu untuk Elsha. Pria itu duduk di sebelah Elsha memperhatikan tiga orang yang sedang berbenah.“Banyakan barang-barang bayi. Tahu gini, mending aku suruh kemarin orang store anter ke rumah baru aja,” decak Aris.“Ya, kan, gak tahu. Gak bakal nyangka juga ini bakal pindah cepet begini,” balas Elsh
Berselang tiga hari setelah Elsha keluar dari rumah sakit, Aris menghubungi Arjun. Pria itu tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk meminta bantuan sang kakak. Berbeda dengan Aris, Andreas malah lebih memilih langsung menemui pria itu. Menurutnya lebih puas menjelaskan kondisi saat ini secara bertatap muka.“Suruh Aris ke sini,” titah Arjun kepada Andreas.“Gak bisa, dia jagain Kak El sama Sashi di rumah. Lo yang ke sana aja gimana, Mas? Mampir bentar habis pulang kampus,” pinta Andreas.Arjun tampak berpikir sebentar sebelum mengangguk pelan. Dia akan menelepon Alura untuk mengabari kalau ia akan mampir ke rumah adiknya sebentar. Agar istrinya tidak menunggu Arjun seperti kemarin.Setelah merasa tidak ada lagi yang perlu dibicarakan, Andreas pamit pergi. Sedangkan Arjun Kembali melanjutkan pekerjaannya. Saat sedang fokus, ponsel Arjun berdering, panggilan masuk ketiga kalinya hari ini dari orang yang sama. Aris.Di sebran
Elsha terpekur. Aris sampai bingung melihat istrinya. Mata Elsha hanya fokus pada ponsel di tangannya. Aris mendekat dan mengelus lengan Elsha."Sayang....""Mas, lihat, baca." Elsha menyerahkan ponselnya pada Aris. Pria itu membaca setiap teks yang masuk ke ponsel sang istri.
Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat bagi Elsha. Kini ia merasa bahagia. Apalagi Donita sudah menerimanya dengan tangan terbuka. Keduanya juga sudah akrab seperti anak dan ibu, bukan seperti menantu dan mertua. Elsha berterima kasih kepada buah cintanya dan Aris. Berkat janin itulah Donita perlahan menerimanya."El, ini bagus, deh," Donita menghampiri Elsha dengan beberapa pakaian bayi-bayi lucu. "Pilih warna netral aja biar nanti pas bayinya lahir bisa dipake cowok maupun cewek," lanjutnya.Elsha mengangguk saja. Dia dan Aris memang sengaja untuk tidak menanyai jenis kelamin janinnya kepada dokter. Mereka ingin kejutan. Apa pun jenis kelaminnya, mereka terima dengan bahagia."Abu-abu ini bagus, Mi," kata Elsha.Donita setuju, dia juga sejak tadi lebih tertarik pada warna tersebut. "Ambil semua aja, deh, ya, Mami gak rela balikin ini, lucu," ucapnya menatap tangan kirinya yang memegang baju warna biru."Udah, borong aja," Aris yang sejak tadi be
Elsha keluar dari kamar mandi bertepatan dengan Aris yang masuk ke dalam kamar. Pria itu baru saja pulang kerja. Wajahnya terlihat lelah dan pakaiannya tidak serapi tadi pagi. Elsha berjalan mendekat saat Aris sudah mengunci pintu. Telapak tangannya mengusap dada bidang Aris, lalu ia tersenyum sambil mendongak menatap sang suami."Capek?" tanyanya.Aris balas tersenyum. Melihat sambutan Elsha dan senyuman yang merekah indah di bibirnya saja sudah membuat Aris bahagia. Lelah bekerja sudah sering pria itu rasakan sejak dulu. Tapi berbeda dengan sekarang. Lelahnya terbayar dengan sosok Elsha."Sedikit." Aris menarik Elsha semakin menempel dengan tubuhnya. Lengan pria itu melingkar di pinggangnya. Kakinya perlahan berjalan maju sehingga Elsha perlahan mundur."Wangi banget, sih," Aris mengendus leher jenjang Elsha, membuat sang istri tersenyum kegelian."Mandi dulu, ya, aku siapin air hangat," suruh Elsha.Aris tidak melepaskan belitan lengannya
"Mas, ini penting gak?"Aris menoleh, lalu mengangguk sebagai jawaban dan kembali fokus pada ponsel di tangannya. Elsha yang melihat tingkah menyebalkan sang suami langsung saja mendengkus sambil menghentakkan kaki memasuki kamar mandi."Tuh laki kenapa, sih? Tadi siang senyum-senyum kayak orang gila, sekarang cuek banget," gerutu Elsha saat berdiri di depan wastafel menatap pantulan dirinya."Aw," Elsha meringis saat tangannya tak sengaja menyenggol agak kuat buah dadanya. "Nyeri banget," keluhnya.Usai membasuh wajah, Elsha membuka pintu kamar mandi dan hendak keluar. Tapi, Langkah kakinya sontak terhenti Ketika Aris berdiri di depannya dengan sebuket bunga. Ingatan Elsha tiba-tiba saja berputar ke hari di mana Aris melamarnya. Seperti déjà vu. Saat itu, Elsha juga baru keluar dari kamar mandi dan terdiam ketika matanya langsung disuguhkan dengan buket bunga besar di depan matanya."Mas...," cicitnya.